Kisah ini bercerita mengenai sepasang suami istri yang di satukan dalam pernikahan karena perjodohan semata, Dafa... tidak pernah menerima pernikahannya dengan zila, karena di hati Dafa ada anak perempuan lain yang bertakhta di sana, sedangkan zila sangat bahagia dengan perjodohan itu, karena zila sudah lama mencintai Dafa, sampai satu tahun pernikahan mereka dafa tidak berubah juga, sampai akhirnya zila mengandung, perlahan Dafa berubah dan mulai memerhatikan zila, tapi kehadiran masa lalu Dafa kembali mengguncang rumah tangga mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pendarahan
..."Aku hanya takut jika hadirmu hanyalah sebatas ilusi"...
"Jadi kamu pulang nya kapan"
"Ga tau"
"ga tau gimana, yang jelas kalo di ajak ngobrol biar saya jemput"
"Mungkin sampai saya melahirkan, atau mungkin saya tidak akan pulang lagi"
"Jangan sembarangan kamu kalo ngomong"
"Loh, bukannya anda juga menginginkan hal ini, kenapa sekarang malah seolah apa yang saya lakuin salah, dengan seperti ini__kita tidak harus saling bertemu lagi"
Keduanya duduk di tepi ranjang, dan saling menatap, zila menatap Daffa dengan tatapan heran sedangkan Daffa menatapnya zila depan tatapan yang sulit di artikan.
"saya tidak ngizinin kamu lebih lama di sini"
zila mulai tersulit emosinya, tapi zila masih berusaha untuk menahan nya, takut jika emosi itu meledak orang tuanya akan tau kondisi rumah tangga mereka yang sebenarnya
"Anda jangan egois dong, saya pulang untuk menenangkan diri, saya lelah terus-menerus bertengkar setiap hari nya, saya lelah, saya butuh ketenangan, tapi anda malah datang menyusul saya, apa yang sebenarnya anda inginkan"
Tidak langsung menjawab__Daffa hanya menatap lekat wajah zila, Daffa bisa melihat betapa lelahnya wanita di hadapannya ini, lelah dengan semua kebohongan Rumah tangga mereka
Daffa menunduk sesaat, menatap jemari lentik zila yang tidak lagi tersemat cincin pernikahan di jari manisnya.
"Sejak kapan kamu melepasnya"
"Melepas apa , jangan mengalihkan pembicaraan"
"cincin pernikahan kita"
Akhirnya zila paham kemana arah pembicaraan Daffa, zila juga tertunduk menatap jari manisnya yang sudah kosong entah sejak kapan, tapi pria di depannya ini baru menyadari kekosongan itu__sekarang, sekilas zila tersenyum menatap Daffa , lebih tepatnya tersenyum miris.
"Bukan kah lebih baik seperti ini" Zila tersenyum memandangi jari jari lentiknya yang putih pucat
"Lebih baik di lepas jika menang tidak di inginkan" Lanjut zila
"saya tidak suka kamu melepas nya"
"saya bingung__anda ini maunya apa sih, sejak awal__Anda yang tidak pernah memakai cincin milik anda, Sekarang anda marah ketika saya mengikuti apa yang anda lakukan, apa sih mau anda sebenarnya"
"Saya ingin kamu tetap ada di samping saya"
"Jangan mengucapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan isi hati anda"
"Saya bersungguh sungguh"
" Ayyh__iya saya paham, anda tidak perlu kawatir saya tidak akan memisahkan anda darinya"
zila berucap sambil menatap perutnya, tangan nya juga terulur untuk mengelus lembut perut buncit di balik baju yang ia kenakan
"Saya tidak akan memisahkan anak saya dari ayahnya, anda bisa bertemu dengan nya kapan pun anda mau" lanjut zila
"STOP MEMBICARAKAN TENTANG PERPISAHAN"
untung orang tua zila sedang tidak berada di rumah, teriakan Daffa mungkin bisa terdengar dari luar walaupun kamar zila kedap suara sekalipun, zila bahkan tersentak mendengar bentakan Daffa
"Kenapa anda terus saja membentak saya, saya ada salah apa apa lagi dengan Anda, saya sudah berusaha pergi agar tidak terjadi lagi pertengkaran di antara kita , tapi anda malah datang lagi dengan emosi anda yang mudah meledak"
mata zila mulai berkaca-kaca, hatinya sebenarnya sakit setiap Daffa meninggikan Suara di depan nya, zila selama ini hanya berpura pura tegar dengan semua sikap kasar Daffa
"Maaf, saya tidak bermaksud"
zila berdiri berniat menyudahi obrolan yang selalu saja berakhir dengan pertengkaran.
Tapi Daffa dengan cepat menahannya, Daffa membalik tubuh kecil zila agar menghadap nya, Daffa menarik zila ke dalam pelukannya.
zila menganga__ tidak percaya dengan tindakan Daffa, tubuh zila seakan membeku di tempat, Sulit untuk merespon karena semua nya terjadi tiba Tiba
tangan Daffa terangkat mengusap pelan rambut zila, sampai akhirnya zila mulai tersadar dan berusaha lepas dari pelukan Daffa
"Maafkan saya Zil"
Zila terus berusaha mendorong tubuh Daffa agar menjauh darinya tapi apalah daya tubuh kecil zila tidak sanggup melawan tubuh kekar Daffa
"Maaf"
hanya kalimat maaf yang terus keluar dari mulut daffa. zila pada akhirnya pasrah di dalam Kungkungan Daffa, tidak membalas pelukan Daffa__ walaupun debaran jantung nya mulai tidak normal, mungkin Daffa juga bisa merasakan betapa cepat jantung zila berdetak , karena zila juga bisa merasakan debaran jantung Daffa melebihi debaran jantung manusia normal
.....
zila duduk mematung menatap tv dengan Layar hitam di depan nya. Zila masih tidak percaya dengan kejadian beberapa saat yang lalu, dimana Daffa menarik nya masuk ke dalam pelukannya.
Sulit untuk memahami sikap Daffa akhir akhir ini, Kadang dia diam , dingin seperti biasa nya, kadang dia perhatian, yaa, walaupun zila sadar semua perhatian itu hanya untuk anaknya . Tapi kejadian tadi__zila tidak mengharapkan hal itu terjadi,
"Jangan melamun , ga baik ibu hamil kebanyakan melamun"
zila tersadar dari lamunannya mendengar suara Farah
Farah datang dengan piring kue coklat kesukaan zila, di belakang__Ali ayahnya membawa nampan berisi teh di atasnya.
"panggil suami kamu nak"
"iya Bun"
zila berdiri untuk memanggil Daffa, tapi ternyata Daffa sudah lebih dulu turun dan bergabung dengan mereka
"Sini nak kita minum teh bareng" ajak Farah , Daffa mengangguk dan duduk tepat di samping zila, sedangkan Farah dan Ali duduk di sofa samping mereka.
zila mengambil satu potong kue coklat kesukaan nya, zila terlihat sangat menikmati kue buatan Farah karena memang sudah lama zila ingin makan kue buatan ibunya itu, yang sejak kecil menjadi favorit nya
Habis satu potong kue, zila kembali mengambil satu potong kue
"pelan pelan nak makannya" tegur Farah takut zila tersedak , padahal zila bukan anak kecil lagi , begitu di manjanya zila di dalam keluarga nya
"Enak Bun, zila suka"
"iyaa sayang makan yang banyak ,tapi pelan pelan__nanti tersedak Lo"
"Malu Lo di liatin Daffa terus" Ali memang Suka menggoda putri kesayangannya itu. Ali suka melihat zila kesal
zila yang tadi masih fokus dengan makanan nya , mengalihkan pandangannya ke arah Daffa dan tatapan mereka bertemu dengan cepat Zila kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Apa sih yaah" kesal zila dan meletakkan kembali kue nya di atas piring
" Ayaaah" tegur Farah
"Maaf ,maaf, ayah bercanda sayang, makan lagi dong kuenya"
"malas udah ga mood" zila melipat tangannya di atas dada menyenderkan punggungnya di punggung sofa
"Ayah sih" Keluh Farah
Daffa yang sejak tadi hanya menyimak, mengarah kan tangannya yang memegang satu potong kue ke arah zila
"Makan kalo kamu suka"
zila tidak merespon
Daffa mendekatkan kue yang ia pegang ke arah mulut zila
"Nak , itu Dafa mau nyuapin kamu sayang "
zila menatap manik Daffa yang sejak tadi menatap nya, mau tidak mau zila membuka mulutnya agar Daffa bisa menyuapinya
"Jangan seperti ini" bisik zila di telinga Daffa
Zila hanya tidak ingin kedua orangtuanya mengeluarkan pertanyaan lain yang tidak bisa zila jelaskan dan berakhir dengan kebohongan lagi, melihat rumah tangga nya dengan Daffa yang terlihat harmonis nyatanya sangat miris.
zila mengambil kue lain agar Dafa tidak perlu menyuapinya lagi.
"cie cie ada yang malu malu niyh"
"ayaahh" kesal zila karena ayahnya yang terus saja mengejek
Ali tersenyum jahil, Farah memukul pelan lengan Ali karena tingkat nya
sedangkan Daffa Hanya diam sibuk dengan pikirannya
flashback on
"Mas__zila sudah masak makan malam , turun yo kita makan dulu"
Zila masih mengetok pintu kamar Daffa berulang kali tapi tidak ada sahutan dari dalam.
"Mass"
lagi lagi zila harus menerima kenyataan jika Sampai kapan pun__Daffa tidak akan mau memakan masakan nya
Mata zila mulai berkaca-kaca tapi dengan cepat Zila Menatap langit langit rumah, agar air matanya yang sudah ada di pelupuk mata tidak keluar.
"mas, makan dulu___"
ucapan zila terpotong karena daffa tiba tiba membuka pintu kamarnya
"makan Yo mas, zila sudah siapin makan malam"
Tidak peduli, Daffa lebih memilih berjalan melewati zila, dengan pakaian rapi entah mau kemana pria itu malam malam seperti ini
"mau kemana mas"
tanya zila, tapi tidak ada jawaban, zila terus mengejar Daffa hingga sampai di 4 anak tangga terakhir, pijakan zila tidak sempurna dan membuat nya jatuh. walaupun tersisa 4 anak tangga , tapi bagi zila itu sangat sakit, punggung nya membentur kuat di anak tangga
"Ya Allah sakit"
keluh zila sambil memegang punggung nya yang terasa remuk, sedangkan Daffa tidak peduli sama sekali , melihat zila yang berdiri kesusahan Daffa lebih memilih pergi tanpa ada niat membantu
"Astagfirullah mas"
"ayah"lirih zila menahan sakit , baik sakit karena jatuh dari tangga, juga sakit karena sikap Daffa.
Rasa sakit di punggung zila belum juga mereda, mau tidurpun zila kesusahan, mungkin bagian punggung nya sudah memar , zila meraih ponselnya di atas nakas Berniat menelpon Daffa.
satu panggilan tidak ada jawaban
panggil kedua masih belum ada jawaban
panggil ketiga pun tidak ada Jawaban
"mas angkat dong__ya Allah"
"loo ko ga bisa , apa nomor ku di blok yaa"
"astaghfirullah mas, sebegitu menganggu kah aku di hidup mas, aku kesakitan mas, aku butuh bantuan"
"Tega banget kamu mas"
karena Daffa sudah memblokir nomor nya__ zila akhirnya menelpon Hana sahabat Nya tidak ada pilihan lain zila tidak sanggup kerumah sakit sendiri.
lama menunggu akhirnya Hana datang, dengan susah payah zila berdiri dari duduknya , untuk membukakan pintu
"zila , Lo kenapa"
Hana membantah zila berdiri
"Antar gw ke rumah sakit Han"
"Lo kenapa, Lo sakit"
"tadi gw jatuh dari tangga"
"Astaga Zil,ayo ayo pelan pelan"
Di rumah sakit zila langsung di periksa, Sukur nya tidak ada cindera serius, setelah di beri obat zila di ijinkan untuk pulang.
di dalam mobil Hana__ zila menahan sesak di hatinya, zila juga hanya diam setelah mereka masuk kedalam mobil
"Lo ko bisa jatuh Zil" Hana memecah keheningan di antara mereka
"gimana lagi udah takdir Han"
"iss, ga lucu Zil, bahaya Lo"
"gw kurang hati hati pas jalan"
"suami Lo mana"
"Daffa keluar tadi__entah kemana"
"gw udah Kawatir banget liat Lo nahan sakit untungnya cuman memar"
"hemm"
sejak saat itu zila tidak pernah lagi menghubungi Daffa, jangan tanya__Daffa mungkin sejak awal dia memang tidak pernah menyimpan nomor ponsel zila , dan riwayat panggilan mungkin langsung di hapus setelah zila menelpon nya.
zila juga mengganti kartu nya , entah kenapa yang pasti jika zila terus menggunakan nomor ponsel yang sama , rasa sakit karena Daffa tidak mengangkat telpon di hari sat zila benar benar membutuhkan bantuan , terus berputar di kepalanya.
flashback of
"Zila ayo pulang sama saya besok"
"zila, saya tau kamu belum tidur"
"Zila"
"saya masih mau disini, anda bisa pulang duluan, nanti saya bisa pulang sendiri atau minta antar ayah"
jawab zila dengan posisi membelakangi Daffa
Daffa akhirnya pasrah sampai kapan pun Daffa meminta zila pulang wanita itu tidak akan mau ikut dengan nya.
"Kalo mau pulang kabarin saya"
"Saya bisa minta antar sama ayah "
Daffa lagi lagi harus menarik nafas kasar, ingin rasanya pria itu meluapkan emosinya
"Saya suami kamu Zil, saya masih ada , saya masih bisa jemput kamu, kenapa susah sekali membuat mu paham Zil"
"Saya tidak tau caranya memberi tahu anda, 2 tahun kita menikah saya tidak tau nomor telepon suami saya sendiri miris bukan"
deg
Apa yang di katakan zila benar, sampai sekarang bukan cuman Daffa yang tidak memiliki nomor ponselnya__ tapi zila juga, bukannya tidak perlu, zila pernah menyimpan nomor Daffa yang zila anggap orang penting di hidupnya, tapi kejadian di masa lalu sudah cukup menjawab kenapa zila tidak lagi memiliki nomor telpon Daffa
"Lucu kan kalo saya minta tolong bunda buat ngabarin anda"
"Mana hp kamu biar saya simpan nomor saya di situ"
"Ga usah"
"kamu ini maunya apa sih sebenarnya"
Daffa yang tadi berbaring di sebelah zila kini duduk bersila
"Saya mau tidur saya lelah"
"Zila, kamu jangan kurang ajar yaa sama saya, saya ini suami kamu"
" ya Allah kapan semuanya selesai hamba lelah" Lirih zila tapi bisa di dengar jelas oleh Daffa
"zila"
zila akhirnya bangkit dari tidurnya, dalam posisi berdiri menatap Daffa penuh kebencian
"Ok sekarang tidak usah bertele-tele, mari kita perjelas semuanya, sepertinya anda lupa hari di mana saya sangat membutuhkan bantuan anda"
"saya jatuh dalam posisi duduk, anda melihat dengan kedua mata anda saat saya jatuh , atau mata anda juga sudah buta sama seperti hati anda. saya menahan sakit, apa yang anda lakukan hah, apa, anda tidka peduli sama sekali dengan saya"
"Gw jatuh hanya karena mengejar pria yang tidak memiliki hati, Niat gw baik, gw cuman nawarin Lo makan, tapi apa, Lo melenggang pergi begitu aja, tanpa peduli gw yang menahan sakit di belakang.
"Ya Allah Daffa gw sakit hari itu , punggung gw remuk, gw butuh bantuan Lo , gw butuh Lo , buat ngepapah gw ke rumah sakit "
ok sekarang jangan salahkan zila, Daffa yang memancing emosi zila lebih dulu
"Berkali-kali gw nelpon Lo, dan tidak sekali pun Lo angkat panggilan gw, sebegitu mengganggu kah gw di hidup Lo__ hah"
" Tidak berhenti sampai di situ Lo ngeblokir nomor gw , gw nelpon Lo cuman mau minta bantuan Lo, ga perlu Lo datang sebagai suami gw, asal Lo ada sedikit rasa kemanusiaan buat nolongin gw"
"tapi apa , Lo malah ngeblokir nomor gw"
"Ya Allah Daffa, asal Lo tau seberapa sakit gw hari itu,bukan cuman perasaan gw yang sakit fisik gw juga Daffa"
"Jadi sekarang gw harap Lo ngerti"
"Dan gw mohon berhenti berpura-pura peduli dengan gw"
Daffa hanya diam mematung, Daffa paham sekarang, memang semua salah dirinya, daffa tidak menampik fakta apapun, Daffa hanya ingin memperbaiki rumah tangganya yang sudah ia rusak sejak awal, tapi Daffa selalu saja mendapat penolakan dari zila , mungkin karena caranya yang salah. Setiap kali mereka memulai sesuatu pasti di akhiri dengan pertengkaran
"Kamu kenapa Zil" Daffa bisa melihat zila meringis menahan sakit, Daffa ingin turun mendekati zila tapi dengan cepat Zila memberi tanda dengan tangan nya agar tidak mendekat
"akkhh"
"ayaaah, bundaaa"
"Zil , kamu kenapa"
zila memegangi perutnya, sakit__ perut nya sakit
Daffa membola kan matanya melihat darah mulai mengalir ke telapak kaki zila
..."zila kamu berdarah"...
Alhamdulillah..
Maaf mbak author, sedikit masukan dalam penulisan :
Biasanya, bukan biyasanya
Siapa, bukan siyapa
Semangat dalam berkarya mbak author..
Dan terimakasih atas karyanya yang sangat menghibur..
🙏💖
Tetap semangat mbak...
Selamat buat karya-karyanya ya..
sebenarnya tuh aku masih bingung sama alur ceritanya..apa lagi sama masa lalu daffa