Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#9
Mahen mendudukkan dirinya di sofa. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa sambil menatap langit- langit rumahnya. Mahen menghela nafasnya panjang. Setelah hampir satu minggu ia berinteraksi dengan Keyla, Mahen mulai sedikit lebih bisa memahami Keyla. Mahen semakin merasa bersalah saat mengingat kembali apa yang sudah ia dan keluarga lainnya lakukan kepada Keyla selama ini.
Bagaimana mereka semua memperlakukan Keyla dengan seenaknya. Bagaimana ia yang memilih diam saja saat Keyla mendapatkan perlakuan kasar dan tidak adil dari mama dan saudara tirinya.
Belum lagi ucapan- ucapan keterlaluan yang keluar dari mulut mereka yang sudah pasti membuat Keyla merasa sakit hati, bahkan ucapan itu hampir setiap hari di dengar Keyla.
Mahen kembali menghela nafasnya panjang. "Apa Mahen sudah terlambat untuk melindungi Keyla bun?" Tanya Mahen lirih.
.
.
"Kita cari makan dulu ya baru ke makam bunda." Ucap Mahen sambil menggandeng tangan Keyla. Mahen menghentikan langkah kakinya saat merasa tidak ada respon dari adiknya. "Kenapa?" Tanya Mahen saat melihat Keyla yang hanya terdiam.
Keyla tersenyum tipis." Terserah kakak. Key ikut saja."
Sepanjang perjalanan Keyla hanya diam menatap jalanan yang ada di depannya. Mahen yang merasa ada sesuatu yang sedang di pikirkan Adiknya memilih untuk menepikan mobilnya.
Keyla menatap Mahen bingung. "Kenapa berhenti disini?" Tanya Keyla saat menyadari mereka berhenti di pinggir jalanan sepi. "Kata kakak kita akan cari sarapan dulu?" Tanya Keyla lagi sambil melihat sekeliling yang tidak menunjukkan adanya orang yang berjualan.
"Kamu kenapa? Ada yang kamu pikirkan?" Tanya Mahen sambil menggenggam tangan Keyla. "Jujur sama kakak."
Keyla menatap ragu ke arah Mahen. "Key nggak papa kak."
"Jangan bohong. Kakak tahu kamu sedang memikirkan sesuatu. Ngomong sama kakak key. Kak Mahen ini kakak kamu."
"Key hanya merasa takut. Key takut sikap kak Mahen akan berubah lagi. Key suka kak Mahen yang sekarang. Key suka kak Mahen yang perhatian, yang sayang sama Key seperti sekarang." Ucapnya sambil menundukkan kepalanya karena takut akan reaksi Mahen saat mendengar ucapannya.
Mahen akan meraih tubuh Keyla untuk ia peluk. Tapi lagi- lagi ia mendapatkan respon yang sama. Keyla kembali melindungi wajahnya menggunakan kedua tangannya. Mahen merengkuh tubuh adiknya untuk masuk kedalam pelukkannya. Ia usap kepala Keyla pelan. Mahen kembali merasakan rasa sakit saat melihat sekilas wajah ketakutan Keyla.
"Kakak tidak akan berubah Key. Kakak sayang kamu. Kamu adik kakak. Kakak janji mulai sekarang kakak akan menyayangi kamu. Kakak nggak akan membiarkan siapapun memukulmu, kakak akan melindungi kamu. Kakak nggak akan membiarkan kamu sendirian lagi." Ucap Mahel sambil menangis. "Maaf karena kaka sangat terlambat. Seharusnya kakak dari dulu melakukan ini kepadamu."
Keyla mengeratkan pelukkannya. Ia menggelengkan kepalanya di pundak Mahen. "Jangan meminta maaf. Key yang berterima kasih. Terima kasih kak, terima kasih karena menjadi salah satu alasan untuk Key harus bertahan." Ucap Keyla.
.
.
Saat sedang memakan sarapannya ponsel Keyla berdering. Ia mengernyit saat tahu siapa yang menelefponnya.
“Siapa?” tanya Mahen.
“Papa.” Jawab Keyla lalu memimilih untuk mengangkat panggilan itu.
“Halo pa?”
“Dasar anak sialan pulang kamu sekarang. Papa tunggu di rumah.” Ucap Keenan lantang.
“Tapi pa...”
“SEKARANG Keyla.” Potong Keenan lalu langsung memutuskan panggilannya.
“Ada apa?” Tanya Mahen saat melihat raut ketakutan di wajah Keyla.
“Papa menyuruh Key pulang kak. Papa terdengar marah sekali kak. Key takut. Bagaimana ini kak...” Ucap Keyla yang semakin ketakutan, pasalnya Keenan jika sudah marah terlalu menakutkan.
“Key tenang dulu ya. Kakak antar, tapi habiskan dulu makananmu okey.” Ucap Mahen sambil
menggenggam tangan Keyla yang mulai terasa dingin.
“Tapi kak, Key takut. Papa terdengar marah sekali.” Lirih Keyla.
"Iya kakak tahu. Tapi habiskan dulu makananmu. Setelah ini kakak ikut kamu pulang."
.
.
Saat akan memasuki rumah Ponsel Mahen berbunyi. Ia menyuruh Keyla unytuk masuk kedalam rumah terlebih dahulu.
"Kamu masuk dulu ya. Kakak angkat telepon dulu sebentar." Ucap Mahen. Keyla pun menganggukkan kepalanya.
Ia berjalan memasuki rumah dengan rasa takut. Rasa takut Keyla semakin terlihat jelas saat melihat wajah sang papa.
"Papa." Panggil Keyla lirih. "
PLAK!!!!
Satu tamparan keras mendarat mulus di pipinya.
PLAK!!!!
Kali ini tamparan beralih ke pipi Keyla yang satunya.
PLAK!!!!
"Dasar anak kurang ajar." Ucapnya Keenan dengan lantang.
PLAK!!!!
Kali ini tamparan Keenan benar- benar keras sehingga membuat tubuh Keyla oleng dengan sudut bibir yang berdarah. Saking kerasnya sampai Keyla tidak bisa lagi merasakan sakitnya.
"Siapa yang menyuruhmu untuk keluar dari rumah ini tanpa seizin papa?" Keenan berucap dengan penuh amarah. Ia memberikan tendangan ke arah perut Kayla yang membuat Keyla meringis merasakan sakit. Ia berusaha untuk melindungi kepalanya saat menyadari tujuan dari tendangan papanya adalah kepalanya. Tapi entah kenapa rasa sakit yang sempat ia rasakan tiba- tiba menghilang.
Belum puas dengan menampar dan menendang Keyla, Keenan meraih cambuk yang memang di siapkan untuk menghukum Keyla jika ia membuat kesalahan. Keenan cambuki tubuh Keyla tanpa ampun. Bahkan tidak ada ringisan yang keluar dari mulut Keyla sehingga membuat Keenan semakin marah.
"Stop!! Berhenti. Apa yang sudah papa lakukan?" Teriak Mahen sambil mendorong papanya lalu beralih ke arah Keyla.
Keenanpun menghentikan cambukannya.
"Apa yang sudah papa lakukan?" Tanya Mahen lagi sambil menatap papanya tajam.
Keenan tertawa sinis. "Apa maksud dari pertanyaanmu? Bukankah memang mulai dari dulu papa selalu menghukumnya dengan cara seperti ini" Ucap Keenan sambil menatap remeh ke arah Mahen.
"Lalu apa ini?" Tanya Keenan saat melihat Mahen masih memeluk tubuh Keyla.
"Memang apa kesalahan yang sudah adikku lakukan?" Tanya Mahen
Keenan menatap sinis Mahen. "Adik??? Apa kamu sekarang membelanya? Kamu sudah mulai berpihak kepada anak pembawa sial ini?" Keenan balik bertanya. "Padahal papa baru satu bulan meninggalkan rumah ini."
"Sayang lebih baik kamu masuk dan tidak usah ikut campur urusan papamu. Biarkan papamu menghukum anak pembawa sial ini." Bujuk Sofia sambil meraih lengan Mahen.
Mahen menghempaskan tangan Sofia dan lebih memilih membantu Keyla untuk berdiri.
"Belajar menjadi pahlawan kamu dek." Celetuk Malfin saat melihat Mahen membantu Keyla.
"Kamu masih kuat untuk berjalan kan dek?" Tanya Mahen kepada Keyla. Keyla menganggukkan kepalanya dengan mata yang berkaca- kaca karena kembali mendengar panggilan dari Mahen.
Malfin tertawa sinis melihat interaksi antara Mahen dan Keyla. "Bahkan sekarang kamu juga memilih abai dengan kakak." Ucapnya lalu beranjak pergi.
"Akan kamu bawa kemana anak pembawa sial itu?" Tanya Keenan saat melihat Mahen menuntun Keyla keluar dari rumah.
Mahen menghentikan langkahnya. "Yang pasti aku akan membawanya pergi dari orang- orang yang suka menyakitinya." jawab Mahen tanpa menoleh.
"Kak Mahen." Panggil Kezia sambil bergelanjut manja saat berpapasan di depan pintu. mahen dengan terpaksa menghentikan langkah kakinya. "Kakak kemana saja. Zia kangen kakak."
"Lepas Zia." Ucap Mahen yang membuat Kezia cemberut. "Kakak harus pergi."
"Kakak akan pergi dengan dia lagi?" Tanya Kezia sambil menunjuk ke arah Keyla.
Mahen menurunkan jari tangan Kezia. "Jaga sopan santunmu."
"Kakak." Protesnya sambil menghentakkan kedua kakinya. "Apa sekarang kakak membela anak pembawa sial ini." Ucapnya sambil kembali menunjuk ke arah Keyla.
"Kakak sudah bilang untuk menjaga sopan santunmu Zia. Dia bahkan lebih tua darimu. Dan berhenti menyebutnya anak pembawa sial karena anak pembawa sial ini adalah adikku." Ucap Mahen yang membuat Kezia semakin membenci Keyla.