Aku hanya seorang figuran dalam kisah cintamu. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Aku masih bisa melihatmu. Aku masih bisa menyukaimu sebanyak yang Aku mau. Tidak apa-apa Kamu tidak melihatku, tapi tetap ijinkan Aku untuk melihatmu. Karena keberadaanmu bagai oksigen dalam hidupku. (Khansa Aulia)
*Update Senin-Sabtu
*Minggu Libur 😁
^ErKa^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 4 - Hadiah Kecil
Malam itu Aku tidak bisa konsentrasi belajar. Bayangan Alex menari-nari di benakku. Aroma tubuh dan shamponya seolah-olah memenuhi panca inderaku. Dalam hati dan pikiranku bertanya, mengapa Alex sangat baik padaku? Padahal Aku adalah orang yang terbuang.
Jangankan anak sekeren Alex, anak yang sama-sama secupu Aku pun membuangku. Jangankan mengajak bicara, menoleh saja tidak. Lalu mengapa Alex bisa sebaik itu?
Aku sangat senang Alex sebaik itu, tapi Aku juga ketakutan. Aku takut harapanku akan terlalu tinggi sehingga nantinya perasaan itu akan menghempaskanku begitu dalam.
Aku melihat diriku di kaca. Ya, Aku harus sadar diri. Inilah Aku, si upik abu. Tidak mungkin seorang pangeran tampan seperti Alex akan menoleh padaku. Bisakah Aku tetap menyukai Alex? Apakah Alex akan marah dan mengucilkanku bila tahu perasaanku?
Ya, Alex pasti akan merasa jijik. Seorang pria muda setampan dia disukai oleh anak sepertiku, pasti seperti aib baginya. Lebih baik Aku menyimpan perasaan ini sendiri. Itu pasti lebih bagus untuk Kita berdua.
***
Hari ini adalah pelajaran bahasa Indonesia. Guru memberi tugas untuk membuat film pendek yang berdurasi maksimal 30 menit. Setiap kelas wajib mengumpulkan satu film yang nantinya hasil dari film ini akan dilombakan dengan kelas lain.
Seperti biasa, Alex ditunjuk menjadi ketua. Dia mulai memutuskan tema film dan panitianya. Dia menunjuk seksi acara, bendahara, sekretaris, perlengkapan, para pemain, pembuat naskah, dan lain-lain.
Awalnya Alex menunjukku dibagian tim pembuat naskah, namun banyak yang protes karena merasa Aku tidak layak berada di tim itu. Kesepakatan bersama memutuskan Aku berada di tim perlengkapan.
Alex memilih para pemainnya. Karena wajah Alex paling tampan di antara yang lain, dia ditunjuk sebagai pemeran utama pria, sedangkan Briana sebagai pemeran utama wanita. Briana adalah salah satu remaja cantik yang berada di kelasku. Dari tatapan matanya, Aku tahu Briana menyukai Alex. Tapi Alex tidak pernah menggubrisnya karena dia sudah memiliki Diana.
"Catat semua nomor HP kalian. Agar tim acara lebih mudah menghubungi kalian satu persatu." Ujar Alex.
Mereka berkerumun dan menyerahkan nomor handphonenya. Aku hanya duduk di kursiku. Menatap mereka semua dengan bingung.
"Khansa, kenapa masih di sini? Tim acara sedang mendata nomor HP. Cepat kesana." Alex memerintah. Aku menatap Alex dengan bingung.
"Ak-Aku tidak punya nomor HP..."
"Serius Kamu tidak ada HP?" Alex bertanya dengan tidak percaya. Aku menganggukan kepalaku.
Hah, bagaimana mau beli HP, kalau buat makan saja masih susah? Keluargaku tidak seroyal itu. Kami lebih mementingkan mengenyangkan perut Kami yang acapkali kelaparan dibandingkan harus membeli sebuah HP.
Alex menatapku dengan pandangan tak terbaca. Kemudian binar kecil tampak dimatanya, seolah-olah dia sedang mendapat ide.
"Oke, nggak apa-apa kalau nggak ada HP. Kita akan memikirkan solusinya nanti." Dia tersenyum dan berbalik meninggalkanku.
Aku hanya bisa menghela napas berat. Hanya Aku yang tidak memiliki HP di kelas itu. Hanya Aku yang tidak bisa merasakan kenyamanan berkomunikasi itu. Tapi tidak apa-apa, setidaknya perutku masih kenyang.
***
Keesokan harinya, Aku ke sekolah seperti biasa. Hari itu kelas belum mulai. Aku langsung ke kursiku. Meletakan tas di laciku. Ketika meletakan tas, Aku merasa ada sesuatu di dalam laciku. Aku meraba-rabanya dan mengeluarkan bungkusan berwarna coklat.
Aku melirik ke kanan dan ke kiri, merasa mungkin ada seseorang yang salah meletakan barang di laci mejaku. Ketika tidak ada yang peduli dengan tingkahku, dengan gugup Aku membuka bungkusan itu.
Betapa terkejutnya Aku melihat dusbook HP Nokia 2300. Pikiranku dengan cepat langsung berpikir, pasti ada yang salah.
"Teman-teman, ada yang salah masukin barang di laci mejaku. Milik siapakah ini?" Aku mengacung-ngacungkan benda itu. Namun seperti biasa, tidak ada yang menghiraukanku. Aku bagaikan manusia transparan bagi mereka.
Ketika Aku berusaha untuk membuat pengumuman lagi, tiba-tiba kertas kecil melayang dari dossbook itu yang keberadaannya tidak begitu Kuperhatikan tadi.
Aku mengambil kertas itu dan membacanya.
"Pakai ini dulu. Ini bekas, bukan baru. Aku sudah tidak memakainya lagi, oke. Alex"
Aku menatap catatan itu dengan tidak percaya. Alex meminjamkan ponsel untukku? Untuk apa? Apa ini gara-gara kemarin Aku mengatakan padanya tidak punya HP?
Ah, Aku tidak boleh menerima pemberian ini. Aku harus segera mengembalikannya pada Alex.
Aku menunggu Alex datang. Dan benar saja, tidak berapa lama kemudian dia datang. Aku menunggu sampai jam istirahat tiba.
"Al... Alex..." Ujarku mencicit, berusaha memanggil-manggil namanya.
Alex menoleh dan langsung tersenyum melihatku. Ah, lagi-lagi senyum itu membuatku buta. Mengapa dia harus setampan itu?!
"Iya Sa? Oh, Aku tahu, Kamu mau bahas masalah HP kan? Aku tidak menerima pengembalian. Itu HP bekas, yang sudah tidak Aku pakai. Kamu bisa memakainya sekarang. Kalau Kamu tidak nyaman, anggap saja Aku meminjamkannya untukmu. Itu agar Kita sekelas lebih mudah berkomunikasi, tidak ada alasan lain. Oke?"
Aku bahkan belum berbicara, Alex sudah berbicara panjang lebar. Membuatku tidak bisa membantah dan hanya menganggukan kepalaku dengan bodohnya. Ya, Aku selemah itu bila berhadapan dengan Alex.
"Bagus. Nantinya tim acara akan mengirim jadwal pertemuan dan syuting Kita melalui ponsel. Aku sudah mendaftarkan nomormu. Jadi Kamu tidak perlu mendaftarkannya lagi."
"Ba-baik..." Hah, kenapa Aku tidak bisa membantah Alex? Selemah itukah hatiku?
Alex meninggalkanku sendirian di kelas. Seperti jadwal-jadwal sebelumnya, sepertinya dia mengunjungi kelas Diana, Sang Pujaan hati.
Aku kembali menatap dusbook HP itu di tanganku. Pelan-pelan Aku membukanya. Tampak ponsel berukuran mini yang cocok untuk perempuan. Ponsel itu berwarna putih dengan keypad berwarna pink dan ungu.
Apa ponsel ini benar-benar bekas Alex? Mengapa sangat girly sekali? Memikirkan Alex menggunakan ponsel itu membuatku terkikik.
Aku mulai belajar menggunakan ponsel itu. Aku melihat daftar kontak. Ternyata hampir semua kontak teman sekelas ada di sana. Aku mengetik nama Alex, dan nama itupun muncul. Hatiku tiba-tiba menghangat.
Menatap namanya di kontak HP saja sudah membuatku sebahagia ini. Aku merasa lebih dekat dengannya. Aku meraba namanya, seolah-olah Aku sedang memegangnya. Wajahku tiba-tiba memerah. Aku mengutuk pikiran kotorku sendiri.
Hah, bodoh sekali. Umurku bahkan masih 15 tahun. Mengapa Aku begitu memikirkan Alex? Ini sangat tidak bagus!
Ketika sedang asyik melamun, tiba-tiba ponsel itu bergetar. Pertanda ada pesan masuk.
"Nanti malam, jam 18.30 WIB berkumpul di Food Court daerah Ahmad Yani. Syuting pertama akan dimulai di sana. Mohon kehadirannya tepat waktu, karena masih ada briefing. Terima kasih."
Oh, daerah Ahmad Yani? Jaraknya sekitar 11 km dari rumahku. Kalau mengayuh sepeda lumayan capek juga. Kalau naik angkot harus ganti angkot dua kali, itu pemborosan. Tidak mungkin Aku membebani ayahku dengan meminta ongkos angkot.
Hemm, sepertinya Aku tetap harus mengayuh sepeda. Bila ingin tiba di sana tepat waktu, Aku harus berangkat satu jam sebelum acara di mulai. Baiklah, Aku pasti bisa melakukannya. Tetap semangat Khansa!! 😊
***
akunya
Emg keren lu Thor/Ok/