Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Naina dan Arsen, kini tengah merebahkan tubuhnya karena rasa lelah. Arsen terus menatap istrinya lekat. Naina memang ratunya tidur. Berjam-jam sudah dia tidur, tapi tak juga merasa cukup.
" Apa yang sebenarnya terjadi padamu? kenapa semuanya sangat janggal? "
Arsen tersenyum mengingat kejadian enam belas tahun lalu.
FLASHBACK
Arsen dan Tomi yang saat itu masih remaja, sedang menyusuri hutan bersama Ayahnya. Bukan tanpa tujuan, Arsen, Tomi dan Mendiang Ayahnya Arsen, sangat menyukai hutan itu. Hutan yang sunyi, tempat dimana keluarga Ayahnya Arsen di lahirkan. Ada sekitar enam rumah yang berdiri di sana saat itu. Dan salah satunya, adalah rumah kedua orang tua Ayahnya Arsen.
" Ayah, sangat merepotkan sekali kalau harus berjalan kaki. Apa Ayah tidak bisa membuat jalanan agar mobil bisa lewat? " Gerutu Arsen.
" Tidak Nak. Ayah lebih suka berjalan kaki. Tenang saja, disini tidak ada hewan buas. " Ujar Ayah yang terlihat tak berniat menghentikan langkah kakinya. .
Setelah beberapa saat, Ayah dan Arsen menyadari jika Tomi tak lagi ada dibelakang mereka. Ayah yang panik, dia memutuskan untuk kembali menyusuri jalanan yang sudah ia lewati.
" Tunggulah disini, Nak. Ayah akan mencari Tomi. Dia pasti tersesat. " Ujar Ayah.
" Jangan-jangan, dia di terkam harimau. " Tebak Arsen.
" Tidak mungkin. Hutan ini tidak ada harimau. " Elak Ayah.
" Atau, dia jatuh ke jurang mungkin. " Tebak Arsen lagi.
" Berhenti omong kosong! disini sangat jauh dari jurang. " Jawab Ayah.
" Aku tidak ikut, Ayah. Aku tunggu disini saja.
Lama Arsen menunggu kembalinya sang Ayah dan Tomi. Karena merasa bosan, Arsen memutuskan untuk melanjutkan langkahnya. Pelan suara tangis anak kecil terdengar. Semakin Arsen melangkah maju, suara itu juga semakin jelas terdengar. Arsen yang penasaran mencoba mencari dimana sumber suara tangis itu. Cukup lama dia mencari, dan akhirnya dia menemukan seorang anak kecil yang merengkuh ketakutan sembari merintih.
Arsen menggoyangkan tubuh anak kecil itu menggunakan kakinya. Tak bergeming pada awalnya.Tapi suara Arsen yang meninggi karena kesal, membuat anak itu semakin beringsut ketakutan.
" Hoi!! kau manusia sungguhan atau jadi-jadian?! kalau bukan manusia sungguhan, lebih baik aku pergi saja. " Ujar Arsen yang akan segera meninggalkannya.
" Jangan pergi... Ana takut. Kakak! Kakak! tolong Ana! " Pekik bocah itu.
Arsen berjongkok untuk memastikan bahwa bocah kecil itu bukan manusia jadi-jadian. Dia menyibakkan rambut bocah yang bernama Ana itu. Ternyata manusia sungguhan batin Arsen.
" Diamlah adik kecil. " Arsen membujuk Ana agar mau bangkit dan tidak lagi merebahkan tubuhnya di tanah yang lumayan lembab hari itu.
" Kenapa kau ada disini? kau tinggal di hutan ini? " Tanya Arsen yang merasa iba dengan penampilan acak-acakkan. Tapi, Arsen kembali berpikir melihat pakaian dan penampilan Ana yang terkesan mahal walaupun memang kotor.
Ana menggeleng karena bibirnya asik sesegukan tiada henti. Dia hanya menatap Arsen lekat seolah meminta perlindungan. Tubuhnya yang gemetar menandakan bahwa bocah itu benar-benar merasa sangat takut.
Arsen memeluk Ana untuk memberikan ketenangan. Setelah beberapa saat, Ana sudah mulai tenang. Arsen mengeluarkan roti dan air mineral yang ada di tas ranselnya.
" Makanlah, "
Ana menganggukkan kepala lalu dengan lahap dia menghabiskan roti itu.
" Apa yang kau lakukan di hutan seperti ini? " Tanya arsen yang merasa jika anak kecil itu sudah jauh lebih baik.
Ana terdiam sembari menatap Arsen dengan tatapan sedih.
" Ada apa? kau bisa ceritakan padaku. " Ucap Arsen.
" Aku dan saudara kembar ku sedang bermain, Kakak. Lalu, paman dan bibi datang. Mereka bilang, mereka ingin mengajak kami bermain. Tapi, aku dan Nero ( saudara kembar Ana/Naina ) ditinggalkan di pinggir jalan. paman dan bibi bilang, mereka kan menjemput kami. Tapi, mereka tidak datang juga. Lalu, ada paman jahat yang mencoba menculik aku dan Nero. Nero memberontak dan menyuruhku untuk berlari. Lalu aku berlari sampai ke sini. " Ana kembali menangis. Dia begitu menyesal karena meninggalkan saudara kembarnya dan pergi begitu saja.
Arsen memeluk gadis kecil itu. Dia menepuk-nepuk pelan punggung Ana pelan untuk memberikan semangat.
" Baiklah, jangan menangis. Sebentar lagi Ayahku akan datang. Kau bisa kembali menemui orang tuamu. " Arsen mencoba menenangkan.
Bukanya berhenti menangis, Ana justru semakin kencang menangis. " Nero! aku mau Nero. " Pintanya sembari meringkuk dan menangis.
Arsen benar-benar hampir frustasi dengan Ana. Dia tidak memiliki pengalaman untuk menenangkan gadis kecil saat menangis. Rasanya, dia malah ingin menjitak dengan kuat kepala anak itu. Tapi, melihat Ana yang begitu menyedihkan, membuat Arsen kembali merasa iba.
" Dengar, Ana. Apa kau sangat menyayangi Nero mu? " Tanya Arsen.
Ana menatap Arsen dan mengangguk.
" Dia pasti akan sangat sedih kalau kau menangis dan dalam keadaan seperti ini. Dia sangat menyayangimu kan? dia pasti sangat menderita kalau tahu keadaan mu menderita begini. "
Ana menghapus air matanya. Dia mencoba menahan tangisnya. Benar, dia memang begitu menyayangi Nero. Begitu juga dengan Nero. Nero adalah saudara kembar yang begitu mencintainya. Dia tahu bagaiman Nero. Dia paling tidak suka melihat Naina bersedih ataupun terluka.
" Kakak, apa kau berjanji akan mengantarku pulang? aku ingin menemui Nero. " Pinta Ana sembari menatap Arsen dengan tatapan memohon.
" Iya. Tapi ada syaratnya. " Ucap Arsen sembari mengangkat jari telunjuknya.
" Apa? " Tanya Ana.
" Tersenyum dan jangan menangis lagi. " Pinta Arsen tersenyum menatap bocah lucu dihadapannya itu.
Ana mengangguk-anggukkan kepalanya. " Baik, Kakak. "
Ana tersenyum dan menghapus air matanya.
Ana menatap Arsen yang duduk bersampingan dengannya. Dia tersenyum menatap wajah pria remaja yang sangat tampan.
Cup.....
Ana mengecup pipi Arsen lalu tersenyum senang. Berbeda dengan Ana. Arsen justru membulatkan matanya karena terkejut.
" Kenapa kau mencium ku bocah nakal?! " Tanya Arsen yang lebih terlihat gugup dari pada marah.
" Karena Kakak baik dan sangat tampan. " Ujar Ana yang tak hilang senyum manisnya.
" Kau masih kecil, tapi kenapa kau begitu cabul? " Protes Arsen sembari memegangi pipinya.
" Cabul? cabul itu apa kak? " Tanya Ana bingung.
" Bukan! bukan apa-apa. "
Setelah beberapa jam, Ayahnya Arsen akhirnya menemukan Arsen setelah lelah mencari Tomi. Awalnya dia begitu bingung dengan adanya gadis kecil yang ada didekat Arsen. Tapi, setelah Arsen menjelaskan semuanya, Ayah Arsen mengangguk mengerti. Dia dan Arsen memutuskan untuk mengantar Ana kerumahnya. Sedangkan Tomi, dia sudah berada di rumah neneknya Arsen.
Ayahnya Arsen memeluk gadis kecil itu untuk membuatnya lebih tenang. Sungguh, dia sangat membenci orang-orang yang menggunakan anak-anak untuk melampiaskan amarahnya. Tapi entah apa alasan paman dan bibi Ana membuang sepasang anak kembar itu.
Setelah satu jam diperjalanan, Ana sudah sampai di rumah orang tuanya. Tentu saja karena kemampuan sang Ayah dalam mencari informasi.
" Baiklah gadis kecil, kembalilah ke rumah mu. " Ucap Ayahnya Arsen sembari menurunkan Ana dari gendongannya. Ana mengecup pipi Ayahnya Arsen sebelum lolos dari dekapannya.
" Terimakasih, paman. " Ucapnya sembari tersenyum manis. Ayahnya Arsen mengelus pucuk kepala Ana sembari mengangguk.
Tatapan Ana beralih ke Arsen. Dia meraih tangan Arsen dan menggenggamnya.
" Kakak, aku sudah mencium pipimu. Saat dewasa, aku akan datang dan memberikan ciuman di bibirmu. Tidak ada yang boleh menciumnya selain aku ya? "
Ayahnya Arsen menahan tawanya. Lain apa yang terlihat di wajah Arsen. Dia nampak merona tapi dengan tatapan marah.
" Apa yang kau bicarakan? bocah cilik! " Protes Arsen.
" Tentu saja aku bersungguh-sungguh kakak. Kau harus berjanji padaku. Hanya aku yang boleh mencium bi,..
" Diam! baiklah! iya. iya. Aku berjanji. " Kesal Arsen.
.............