Ho Chen ditakdirkan memiliki kekuatan di atas alam Dewa, dia berguru kepada Feng Ying yang menjadi legenda di masa lalu.
Namun untuk mencapai kekuatan tersebut tidaklah mudah.
Dengan berlatih di bawah bimbingan Feng Ying, Ho Chen telah berhasil menjadi pendekar hebat di usia yang masih muda.
Pada saat itulah gurunya memberi ujian untuk pergi berpetualang, petualangan yang akan memulai semuanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelang pusaka
Ho Chen sebenarnya tidak mau berpisah dengan Feng Ying. Karena selain Feng Ying, dia tidak memiliki siapa-siapa lagi.
“Chen'er guru tau kamu tidak ingin guru pergi.! Namun ini sangat penting, guru harap kamu mengerti,"
Dengan berat hati Ho Chen mengangguk, dan tanpa dia terasa matanya mulai berair.
“Murid mengerti guru, namun..!" Ho Chen menghentikan kata-katanya.
“Aku mengerti! Namun kamu seharusnya sudah bisa menjaga diri sendiri. Kalau kamu memang ingin bertemu denganku ada satu cara,"
“Apa itu caranya guru,?" Ho Chen bertanya dengan tatapan penuh harapan.
“Kamu harus berlatih dengan giat. Saat kamu sudah cukup kuat untuk keluar dari desa, kamu bisa pergi ke arah Utara, dan pergilah ke puncak gunung Tirai Kabut. Di sanalah kamu bisa bertemu denganku,"
“Guru, seberapa jauh gunung itu?"
“Kalau kamu berjalan kaki tanpa berhenti, kemungkinan 1 atau 2 tahun sudah sampai. Kalau berlari tanpa henti, mungkin 8 bulan, bisa 1 tahun juga. Kalau terbang, sekitar 3 atau 5 bulan,"
Ho Chen yang awalnya bersemangat kini berubah melongo keheranan. Yang awalnya dianggap sebagai harapan, kini seperti ujian.
“Baiklah guru aku akan berlatih sampai menjadi kuat, dan saat itu tiba aku akan pergi ke tempat guru,"
Ho Chen berkata tanpa ada keraguan, kini dia yakin kalau gurunya memang sengaja memberikan ujian.
Feng Ying tersenyum lebar mendengarnya, lalu dia mengeluarkan sebuah gelang. Gelang itu memiliki 7 permata, 6 berwarna hijau, dan 1 di tengah berwarna putih.
“Pakailah gelang ini! Gelang ini adalah gelang pusaka dan bisa menyimpan barang tanpa batas. Di dalam gelang sudah aku isi dengan barang barang yang kamu butuhkan. Selama kamu bisa menjaganya, maka barang yang ada di dalam bisa kamu gunakan selama 80 tahun,"
Gelang itu memang sudah diisi oleh Feng Ying beberapa ribu tahun lalu. Semua harta kekayaan sakte awan daun, mulai dari jubah, uang, pusaka, pil, dan berbagai kitab beladiri.
Ho Chen bingung saat melihat gelang tersebut, dia menerima gelang besar tersebut, Ho Chen membolak-balikan gelang tersebut mencari sesuatu.
“Apa maksud guru? Di dalam di isi barang? Tapi dimasukin dan dikeluarkan dari mana guru?" Tanya Ho Chen yang masih membolak-balikan gelang tersebut.
Feng Ying menggaruk kepala yang tidak gatal sebelum menjelaskan cara menggunakannya.
"Kamu hanya perlu mengayunkan lengan sesuai keinginanmu. Mau memasukkan dan mengeluarkan barang yang kamu inginkan. Kalau ingin melihat barangnya, kamu bisa melihat di permata putih.
Ho Chen mengayunkan gelang tersebut, namun tidak terjadi apa-apa.
Ho Chen memasukkan gelang itu pergelangan tangannya. Gelang yang besar tersebut langsung menyesuaikan diri dengan lengan Ho Chen yang kecil.
“Bagus, sangat cocok! Sekarang kamu alirkan energimu, lalu masukkan pedang ini dengan pikiranmu, dan keluarkan lagi sesuai keinginanmu,"
Ho Chen melakukan apa yang diperintahkan gurunya. Dan benar saja setelah Ho Chen mengalirkan energinya, ke 7 permata bercahaya sangat terang beberapa saat, dan redup kembali.
Ho Chen mengayunkan lengannya ke arah pedang di depannya dan pedang tersebut lenyap. Ho Chen mengangguk karena mulai memahami cara kerja gelang tersebut.
“Baiklah Chen'er! Kurasa sudah waktunya, jaga dirimu baik-baik," Feng Ying mengelus kepala muridnya dengan lembut.
“Terima kasih guru, murid berjanji tidak akan mengecewakan guru,” Ho Chen memeluk erat-erat gurunya.
“Selamat tinggal chen'er, jaga diri baik-baik, guru akan menunggu kedatanganmu di gunung Tirai Kabut,"
Setelah berkata demikian Feng Ying mundur dua langkah, dia tersenyum lembut lalu menghilang begitu saja seperti ditelan bumi.
Ho Chen masih menatap tempat Feng Ying menghilang, setelah beberapa saat dia menghela nafas dan kembali menatap gelang di pergelangan tangannya.
“Barang apa yang ada di dalam ini?"
Ho Chen menggunakan energi pada kedua matanya. Dia melihat permata putih itu, setelah dia melihat isi di dalamnya, Ho Chen sampai lupa menarik nafasnya.
Terlihat puluhan kitab, ratusan pusaka, puluhan jubah, ratusan pil dan tanaman herbal, dan yang lebih bikin tercengang ratusan juta koin emas.
Koin emas adalah mata uang yang dipakai untuk bertransaksi. Ada tiga mata uang yang dipakai yaitu, perunggu, perak, dan emas.
Yang tertinggi adalah koin emas, dan yang terendah adalah koin perunggu.
Satu koin perak sama dengan seratus koin perunggu, satu koin emas sama dengan seratus koin perak atau sepuluh ribu koin perunggu.
“Guru dapat dari mana koin emas sebanyak ini?" Gumam Ho Chen pelan.
Ho Chen lalu keluar dari rumahnya dan melanjutkan latihannya.
Ho Chen berlatih ilmu Tiupan Mata Angin. menggabungkan serangan tendangan dan pukulan, setiap pukulan dan tendangan yang diarahkan mengandung energi berbentuk angin yang sangat mematikan.
Ho Chen berlatih sendiri lebih setengah hari, saat sedang fokus berlatih, dua orang datang menghampirinya. Ho segera menghentikan latihannya dan menoleh ke arah dua orang tersebut.
**
“Guru, kenapa kita harus mampir ke desa Air Tebing? Kenapa kita tidak langsung pulang ke sakte saja?"
Seorang anak laki-laki berumur 13 tahun sedang mengeluh malas kepada gurunya.
“Rui'er guru hanya ingin memastikannya. Apa lagi ini perintah langsung dari ketua sakte," Jawab sang guru dengan menepuk pundak muridnya.
“Baiklah guru, murid akan mengikuti guru,” jawab sang murid pasrah.
Muridnya bernama Jie Rui dan gurunya bernama Jian Heeng. Mereka berdua memakai pakaian putih dan di punggungnya ada gambar petir berwarna kuning.
Jian Heeng ingat saat diberi pesan oleh ketua sektenya. Saat sudah menyelesaikan misi, mereka berdua harus mampir ke desa Air Tebing. Bukan tanpa alasan, kematian seratus anggota sakte Darah iblis sudah tersebar luas. Ketua sakte mereka berdua ingin memastikan tentang keberadaan pendekar sepuh yang memakai jubah putih bergaris tiga warna hijau tipis dilengan.
Sebenarnya Jian Heeng lebih heran terhadap sang ketua sakte. Menurutnya banyak orang yang mampu membunuh seratus anggota bahkan lebih. Namun kenapa ini sangat penting.
“Apa ketua mengenal pria sepuh tersebut?" Batin Jian Heeng dalam hati.
“Guru lihat ada anak kecil sedang berlatih," Jie Rui menunjuk ke arah yang di maksud.
Saat mereka sampai di desa, mereka melihat anak kecil berumur 8 tahunan sedang berlatih seorang diri. Jian Heeng terpana dengan setiap gerakan yang dilakukan anak itu.
Setiap gerakannya lembut seperti angin yang bertiup sepoi-sepoi, namun pukulan dan tendangannya mengeluarkan energi angin yang mematikan.
Mereka berdua segera menghampiri anak itu, dan sepertinya anak itu juga menyadari kedatangan mereka.