Sweet Alexsandra, seorang gadis yang memiliki sifat dingin. Ia dipaksa untuk menikahi seorang lelaki kejam demi keuntungan bisnis orang tuanya. Perusahaan lelaki itu begitu sulit ditaklukkan. Sehingga gadis itu digunakan sebagai alat. Sweet harus rela melepaskan segala mimpinya. Menjadi seorang istri dari lelaki yang sama sekali tidak menganggap dirinya ada. Lelaki yang selalu menganggapnya sebagai pecinta harta.
Hidup tanpa cinta sudah menjadi hal lumrah baginya. Mungkinkah ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Apa kau lelah?"
Sweet cukup kaget mendengar suara Alex saat baru keluar dari ruang ganti. Lalu ia pun beranjak menuju meja rias, dan duduk di sana sambil menyisir rambut hitamnya dengan lembut.
"Aku bertanya," lanjut Alex berjalan menghampiri Sweet. Menatap lekat bayangan gadis itu di balik cermin. Memainkan rambut panjang Sweet dengan jemarinya.
"Aku lelah," sahut Sweet bangun dari posisi duduk. Sweet memilih langsung berbaring di kasur. Karena sedang datang bulan, tubuhnya terasa lemas dan sangat malas untuk bergerak. Rasa lapar pun mendadak hilang, mungkin keberadaan orang baru membuatnya merasa canggung. Apa lagi melihat sikap Arnold padanya, sangat mirip dengan sikap Alex.
Sweet menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuhnya. "Kau belum makan, jangan merepotkanku lagi," ujar Alex menarik selimut dengan kasar.
"Biarkan aku istirahat, aku lelah." Sweet memejamkan matanya. Sedangkan Alex mulai kesal dengan penolakan Sweet.
"Bangun, jika tidak aku yang akan memakanmu sekarang." Ancaman Alex sama sekali tidak dihiraukan gadis itu. Merasa kesal, Alex langsung menarik tangan Sweet hingga terduduk. Gadis itu mendesah kesal seraya membuka matanya.
"Sekali saja kau mendengar perkataanku, Ana. Aku paling muak dengan sikapmu yang membangkang," mendengar itu Sweet pun langsung menatap Alex tajam.
"Tidak ada alasan untukku mendengar perkataanmu. Aku bukan siapa-siapa di sini," sarkas Sweet dengan lantang.
"Kau istriku dan aku...."
"Suamiku? Itu yang ingin kau katakan bukan? Aku juga muak mendengar semua itu, bahkan pernikahan ini sama sekali tidak jelas. Aku tidak pernah setuju untuk menikah, bagaimana bisa kau mengatakan aku istrimu. Apa gelar suami istri hanya cukup dengan selembar kertas, tanpa ikatan suci yang sesungguhnya? Aku lelah, lelah dengan semua permainanmu." Sweet meluapkan segala aral dalam hatinya. Matanya mulai memanas, hendak menumpahkan semua rasa sakit di dalam lubuk hati yang terdalam.
Semua perkataan Sweet berhasil membuat Alex mematung. Semua itu benar apa adanya, pernikahan ini tidak pernah ada.
"Kau tahu, aku benci saat kau menyentuhku dengan sesuka hati. Aku punya harga diri dan sebuah batasan, aku seorang muslim dan tidak dapat kau sentuh atau menyentuhmu tanpa ikatan suci. Jika alasanmu karena surat perjanjian itu, kau salah besar. Aku tidak pernah tahu tentang semua itu. Kau tidak akan percaya padaku, karena dimatamu aku hanyalah sebuah boneka bergilir bukan?"
Lagi-lagi Alex terdiam, menutup rapat mulutnya. Setiap perkataan yang dilontarkan gadis itu bagaikan sebuah tamparan keras untuknya.
Sweet menangis, berharap semua ini cepat berakhir. Jika bisa, ia akan pergi sejauh mungkin. Meninggalkan dunia yang penuh dengan tipu daya ini.
"Sudah cukup kau bicara?" Alex menarik tangan Sweet dan menyeretnya keluar dari kamar.
"Lepas," Sweet menarik kasar tangannya dari genggaman Alex. Merasa geram, Alex kembali menarik lengan gadis itu lebih kuat. Menghapus jarak antara mereka.
"Aku sudah kehabisan rasa sabar, Anna. Ikut denganku atau aku benar-benar melakukan itu di sini," ancamnya dengan tatapan tajam. Sweet memalingkan wajahnya.
"Hapus air matamu, jangan berpikir aku akan merasa kasihan padamu." Alex menimpalinya. Sweet memilih untuk diam, ia benar-benar tak memiliki tenaga untuk melawan lagi. Rasa nyeri di pangkal perutnya berdenyut hebat.
Alex melepaskan cangkramannya, lalu meninggalkan Sweet yang masih terdiam mematung. Sweet memejamkan matanya, berusaha untuk menenangkan gejolak hatinya. Tangannya bergerak untuk menyapu sisa air mata di pipi. Lalu berjalan malas menuruni satu per satu anak tangga. Jika bisa, rasanya ingin sekali menjerit sekuat tenaga. Melepaskan rasa penat dan perih yang selalu memenuhi relung hatinya.
Langkah kaki Sweet sempat tertahan saat melihat meja makan yang sudah hampir penuh. Hingga matanya ikut berhenti, ketika mata lembut mengarah padanya.
"Anna, bergabunglah. Mari kita makan sama-sama," ajak Nissa dengan logat Indonesia yang begitu lembut. Sweet tidak menanggapi ajakan itu. Rasanya begitu berat untuk mengangkat kaki. Ia juga menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sana. Termasuk Alex yang masih memberikan tatapan seperti sebelumnya.
"Tunjukkan rasa hormatmu, Anna." Alex mengeluarkan perintah dengan begitu lantang.
"Alex, jangan terlalu kasar. Bagaimanapun dia istrimu," ujar Nissa menatap Alex memohon.
"Aku akan melakukan itu jika kau ada di posisinya," sahut Alex yang berhasil mendapatkan tatapan tajam dari sang Kakak.
"Berhenti berdebat, kita lanjutkan makan kalian," sanggah Arnold melirik Sweet sekilas.
Wajah gadis itu terlihat pucat, dengan kedua mata yang sayu. Sweet menutup mulutnya saat rasa mual tiba-tiba menyerang. Ia pun sedikit berlari menuju toilet bagian belakang. Semua itu berhasil mencuri perhatian Alex. Lelaki itu bangun dari posisi duduk dan mengikuti arah pergi Sweet.
Alex berdiri diambang pintu toilet, dan cukup kaget saat melihat Sweet terus memuntahkan cairan dalam tubuhnya, semua itu ia lihat dari cermin. "Ada apa denganmu?"
Sweet langsung mengangkat sebelah tangannya, melarang Alex untuk masuk. Namun lelaki itu sama sekali tidak menghiraukan larangan itu, dan mendekati Sweet.
"Siang tadi kau makan?" tanya Alex membantu Sweet memegangi rambutnya. Sedangkan gadis itu masih terus memuntahkan cairan bening. Sweet hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. Ya, siang tadi ia memang tidak sempat makan. Ini semua juga bukan salahnya, Alex memberikan begitu banyak pekerjaan. Pertemuan dengan Grace juga menyita waktu istirahatnya.
"Dasar bodoh!" umpat Alex mengerutuki kebodohan Sweet. Mendengar itu, Sweet menampik lengan Alex yang memegang rambutnya.
"Alex, ada apa dengannya?" tanya seseorang yang berhasil mengejutkan keduanya. Alex pun langsung menoleh, mendapatkan Nissa sudah berdiri di depan pintu. Wanita itu berjalan pasti mendekati Sweet yang sedang membersihkan mulutnya.
"Kau sakit?" tanya Nissa merapikan rambut Sweet dengan penuh kelembutan. Lagi-lagi Sweet hanya menggeleng pelan.
"Alex, apa jangan-jangan istrimu hamil?" tanya Nissa yang berhasil membuat Sweet dan Alex saling melempar pandangan.
Hamil? Bagaimana mungkin, bahkan aku tidak pernah melakukan itu. Pikir Sweet dalam hati.
Hamil? Aku saja tidak pernah menyentuhnya lebih jauh, hamil anak siapa? Pikir Alex.
"Aku ingin ke kamar," ucap Sweet beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Alex dan Nissa yang masih berdiri mematung. Nissa menatap Alex cukup intens.
"Sebaiknya kamu panggilkan dokter, istrimu terlihat pucat. Mungkin saja dugaanku benar," ujar Nissa tersenyum senang. Sedangkan Alex sama sekali tidak bereaksi.
"Jangan berpikir macam-macam, aku dan dia tidak pernah melakukan apa pun. Dia memiliki riwayat sakit lambung," jelas Alex yang langsung meninggalkan Nissa. Wanita itu terlihat berpikir keras, mencoba mencerna perkataan Alex.
Mereka sepasang suami istri, tapi tidak pernah melakukan apa pun? Itu tidak mungkin. Aku tidak bisa mengerti hubungan mereka berdua. Pikir Nissa dari lubuk hatinya yang terdalam.
"Antar bubur hangat ke kamar," perintah Alex pada Kepala pelayan Gi. Wanita lanjut usia itu merasa bingung, karena ia belum pernah sekali pun memasuki kamar Tuannya.
"Ah, siapkan semua itu. Aku yang akan mengantarnya," lanjut Alex yang baru ingat akan laranganya sendiri.
"Baik, Tuan." Wanita lanjut usia itu pun langsung bergegas menuju dapur. Meminta sang koki untuk memasak pesanan Tuan mudanya.
"Paman, apa Kakak cantik sakit?" tanya Dika yang sedang menikmati buah potong.
"Yes, Boy. Dan berhentilah memanggilnya kakak cantik, dia Tantemu."
"Tidak mau, dia lebih cocok menjadi Kakakku," sahut Dika dengan santai.
"Alex, benarkah kalian sudah menikah? Apa agama gadis itu?" tanya Arnold menatap Alex penuh selidik. Nissa yang baru duduk pun ikut menatap Alex penasaran. Sedangkan Milan dan Mala hanya saling melempar pandangan. Sedangkan yang ditanya sama sekali tidak memiliki niat untuk menjawab.
"Aku tidak menemukan berita pernikahanmu, hanya pertunanganmu yang aku ketahui. Jangan bermain api, jika kau tak ingin terbakar, Alex."
"Aku tidak pernah takut untuk terbakar, dibanding lepas tangan tentang kejadian yang menimpa Mom and Dad," balas Alex yang langsung pergi meninggalkan meja makan.
"Kau akan kecewa jika menyelidiki kasus itu semakin dalam, Alex." Teriak Arnold yang mulai tersulut emosi.
"Mas, jangan terlalu keras padanya. Biarkan dia melakukan apa yang menurutnya benar," ujar Nissa berusaha menenangkan suaminya.
"Lalu membiarkannya jatuh ke dalam jurang yang sama sepertiku dulu?" tanya Arnold kesal. Nissa tersenyum tulus, mengusap punggung suaminya dengan lembut.
"Kalian adik kakak, jadi sifat kalian begitu mirip. Tidak bisa dipungkiri jika dia melakukan hal yang sama sepertimu, Mas."
"Sayang," Arnold semakin kesal mendengar perkataan istrinya.
"Benar itu, Tante. Mereka berdua sangat mirip. Kita lihat apa yang akan terjadi?" sambung Mala ikut menimpali.
"Mungkin penyesalan," kali ini Milan Juga ikut bersuara. Malam ini mereka bertiga begitu kompak. Sedangkan Arnold hanya bisa menghela napas berat.
"Jadi Mas tidak keberatan jika Anna terus berada di samping Alex?" pancing Nissa.
"Tidak, sebelum aku tahu seperti apa gadis itu sebenarnya." Setelah mengatakan itu, Arnold pun ikut meninggalkan meja makan. Menyisakan tiga wanita yang saling melempar senyuman dan si kecil Dika yang tidak mengerti apa pun. Nissa memang sudah banyak mendengar tentang Sweet lewat Milan dan Mala. Ia sangat senang Alex mendapatkan pengganti dirinya. Setidaknya ia lega, ada kemungkinan Alex membuka kembali hatinya. Meski Nissa tidak yakin dengan mengetahui sifat keras kepala Alex yang begitu mirip dengan suaminya.