Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-24
Dryana memang merasa lain, mungkin hatinya perlahan terbuka untuk seorang Evan, sosok yang bisa melindungi tentu membuatnya merasa nyaman.
"Ada apa?" Tanya Grandpa sedikit terbata saat melihat sang cucu tercinta sepertinya terdiam sedari tadi.
"Tidak ada Grandpa, aku hanya kasian dengan Evan, dia bekerja cukup keras rupanya, terkadang sampai tidak mengenal waktu"
"Hem, dia laki-laki yang bertanggung jawab Dry, aku yakin pasti sedang mempersiapkan sesuatu untuk kalian" dengan sangat pelan Darel Mozart berusaha untuk bicara walaupun tidak begitu jelas.
"Aku juga merasa seperti itu Grandpa, terkadang Evan begitu berbeda, walaupun tidak menunjukkan, tapi aku tau dia berwawasan cukup luas akan kalangan kaum Borjuis di Dunia"
"Benarkah?"
"Iya Grandpa, terkadang saat berbincang, tanpa sadar dia mengatakan hal-hal seperti itu, atau bahkan tempat-tempat ekslusif yang hanya di ketahui oleh orang-orang tertentu"
Penjelasan panjang lebar di berikan oleh Dryana yang hari ini kita mang ingin berbincang akan sosok Kekasihnya, namun seperti biasa tak ada jawaban untuk memuaskan rasa penasarannya, Evan tetaplah Evan yang di kenal selama ini.
Hingga kemudian, terdengar Lhenia memanggil namanya.
"Ada apa?" Tanya Dryana terkejut mendapati Lhenia Sidah ada di depan pintu kamar Darel Mozart.
"Tuan Ricky mencari anda" ucap Lhenia dengan mimik khawatir nya.
"Kalau begitu tunggu Grandpa disini bukankah sudah waktunya kamu membersihkan kamar ini?" Sahut Dryana.
"Iya Nona, Siap!"
Dryana bergegas pergi dengan sebelumnya mencium kening sang Grandpa.
"Tenanglah Grandpa, aku akan bersikap manis dan tak akan melawan"
Darel Mozart mengangguk, jawaban Dryana membuatnya tenang kembali, pertikaian Dryana dengan pamannya selalu membuat Darel Mozart cemas, takut akan keselamatan cucu satu-satunya.
Memenuhi panggilan, kini Dryana sudah berada di ruang tengah, menghampiri sebuah kursi dan duduk tamp la menoleh ke arah orang yang memperhatikan sedari tadi.
"Apa kau tidak punya sopan santun?" Tanya Karla Miguel.
"Tentu saja punya, tapi semua itu aku berikan pada orang yang pantas mendapatkannya" Jawab Dryana yang sebenarnya sangat malas untuk berdebat kali ini.
Karla semakin emosi dibuatnya, tak banyak kata, dengan langkah cepat, akhirnya Karla Miguel memilih meninggalkan ruangan yang bisa membuatnya semakin gila.
Kini tinggal Ricky Harson, berjalan pelan mendekati, lalu memutari dengan sesekali mencium harumnya rambut Dryana.
"Kenapa kau memanggilku?" Tanya Dryana yang sebenarnya malas dan risih untuk bertemu sosok laki-laki brengsek dihadapannya.
"Katakan padaku, sejauh mana laki-laki brengsek itu menyentuh mu?" Tanya Ricky.
"Sejauh yang aku mau, memangnya kenapa?" Dryana masih tenang di tempatnya, dengan balasan tatap mata yang tajam.
"Shitt!, apa dia sudah mengambil semua yang ada di tubuhmu?" Tanya Ricky penasaran.
"Sekali lagi sudah aku katakan, itu urusanku dan bukan urusan mu!" Sahut Dryana.
Keduanya saling melakukan kontak mata cukup lama, jika dianggap Dryana akan takut, nyatanya tak ada hal seperti itu terbawa dari cara Dryana menaklukkan tatapan mata Ricky pada akhirnya.
"Aku peringatkan Dryana, jangan keluar kemanapun hari ini, ada hal penting yang akan di bicarakan oleh Sandiago Gurven padamu" dengan suatu perintah, Ricky yang merasa kalah akhirnya berbicara.
"Terserah, aku mau keluar atau tidak, bukan urusanmu!"
"Dryana!' sentak Ricky yang mulai terganggu dengan jawaban Dryana.
"Jangan melewati batasmu Ricky Harson, selama ini sudah cukup aku diam dan mengalah pada kalian"
"Kau, sudah kelewatan Dryana, memangnya apa yang kau punya ha!, bahkan kekasih mu saja tak mau ambil pusing untuk mengurus mu, dia lebih mementingkan uang dari pada kamu, bersyukur lah karena Sandiago Gurven masih mengharapkan mu" ucap Ricky dengan tatapan nyalang.
Seandainya saja Dryana saat ini tidak sedang memainkan peran sesuai keinginan Evan, mungkin laki-laki brengsek di hadapannya ini sudah dia tendang, apalagi kakinya sudah sangat gatal karena lama tak melakukan pemanasan.
Dan pertikaian dirasa cukup dilakukan, Dryana hanya terdiam dan membiarkan Ricky seolah menang, lalu dirinya segera kembali ke kamarnya dengan melampiaskan kekesalannya menendang tumpukan bantal yang kebetulan ada yang berserakan.
Sementara itu di sudut tempat lain, kini Evan sudah ada di sebuah ruangan mewah dengan arsitektur klasik nan menarik, Evan berbincang dengan serius.
"Aku akan bertemu dengan tiga perusahaan itu Uncle Daniel, bagaimana menurutmu?"
"Hem, mau bagaimana lagi, jika niatmu adalah untuk menyelamatkan wanita yang sudah kau Klaim sebagai milikmu, aku setuju"
"Thanks Uncle, Sorry sampai detik ini belum bisa memperkenalkan langsung padamu"
Ada senyuman tipis dari Daniel, tentu dirinya tak akan pernah tinggal diam begitu saja, selalu memantau keadaan Evan, dan jangan bilang masih belum tau siapa Dryana sebenarnya.
"Oh, aku lupa, pasti Uncle sudah tau dia bukan?"
"Hem, jangan meremehkan ku boy, apapun yang kamu lakukan, aku masih memantau nya"
"Okey, setidaknya aku sudah lega dengan menceritakan segalanya ke Uncle"
"Tapi tetap saja, berhati-hati lah, jangan salah langkah yang bisa menimbulkan masalah lain, ada Nama besar keluarga juga yang harus kamu jaga kerahasiaan nya, apa kau mengerti Ev?"
"Tentu saja"
Percakapan terhenti, bukan Evan memang ingin diam, tapi memberikan yang lebih tua kesempatan untuk berbicara lebih dulu, karena Evan tau, masih ada rasa penasaran dan kekhawatiran di hati Daniel saat ini.
"Sejauh mana?" Tanya Daniel tanpa melihat Evan dan tampak menikmati hidangan.
"Emm, aman"
"Aman mu tidak bisa aku percaya Ev, jawab yang benar"
Evan terkekeh, tau akan jawaban apa yang sebenarnya ingin di dengar oleh Daniel.
"Dia masih tersegel Uncle, jangan khawatir"
"Oh Tuhan, Syukurlah, jangan sampai kau berbuat lebih Ev, atau aku sendiri yang akan menghajar mu jika sampai menghamili anak orang"
Kembali Evan tertawa, kebiasaan tengilnya memang tidak pernah bisa hilang, lalu melanjutkan bicara, "Skin to Skin tidak akan membuat hamil Uncle"
Bug!
"Kendalikan kebiasaan buruk mu!" Daniel langsung memukul Evan seketika.
"My God, sakit sekali!" Than memegang kepalanya yang baru saja di pukul oleh Daniel.
Perbincangan berhenti sejenak, saat kemudian deringan ponsel Evan terdengar nyaring di telinga.
"Okey Dry, jika aku belum kembali, masuklah dulu" begitulah Evan memberikan ijinnya, dan Daniel nampak ikut mendengarkan.
"Apa Pasword nya masih sama?" Tanya Dryana.
"Tentu saja, mungkin aku akan sedikit terlambat, karena masih ada urusan penting"
"Tidak masalah, aku akan membuat makanan juga" jawab Dryana.
"Hem, sepertinya kau sangat merindukanku Dry?"
"Jangan mulai Ev!" Seru Dryana memperingati.
Kembali Evan tertawa senang, lalu kemudian melanjutkan, "Jangan lupa bawa pakaian sek-si!"
"Dasar mesum!" Jawab Dryana cepat.
Klek
Sambungan segera di putuskan, dan Evan masih tersenyum senang, kemudian Evan dikejutkan dengan tatapan mengerikan.
"My God, Uncle mengejutkanku!" Teriak Evan.
Daniel ingin sekali lagi memukul kepala keponakannya itu, tapi sayang, Evan sudah lari menuju pintu dan mengucapkan salam untuk keluar dari sana, hingga akhirnya hanya gelengan kepala yang dilakukannya.
"Dasar Bad Boy"
Jangan lupa KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.