NovelToon NovelToon
Menanti Cahaya Diujung Kesedihan

Menanti Cahaya Diujung Kesedihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Meindah88

Asmaralda, seorang gadis buta yang penuh harapan menikah dengan seorang dokter. Suaminya berjanji kembali setelah bertemu dengan orang tua, tapi tidak kunjung datang. Penantian panjang membuat Asmaralda menghadapi kesulitan hidup, kekecewaan dan keraguan akan cinta sejati. Akankah Asmaralda menemukan kebahagiaan atau terjebak dalam kesepian ???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.3

Abrisam menatap punggung tanpa ekspresi, entah apa yang ada dibenaknya. Apakah ada rasa kasihan dalam hatinya?" Abrisam tak tahu dan sedikit bingung, kemana hatinya akan berlabuh?"

Menatap langit-langit senja sembari memikirkan seorang wanita yang menjadi tambatan hatinya saat ini. Pria itu mencari tempat yang aman, agar leluasa meluapkan rasa rindu pada sang kekasih. Tangan itu meraih sebuah ponsel yang ada di saku, mencari nomor seseorang dan menekan tombol.

" Assalamualaikum...mas, Abi?" terdengar suara wanita dari seberang yang dirindukan.

" Waalaikumsalam, Sayang. Mas sangat kangen," sahutnya membuat wajah sang kekasih bersemu merah.

" Makasih mas, kapan balik? Tante Rani sedang sakit." sahut Hana.

Abrisam nampak cemas mendengar penuturan kekasihnya bahwa sang mama telah jatuh sakit.

" Mama sakit apa, Sayang? Mama tidak bilang apa-apa pada Abi.

Hana merasa bersalah, ternyata tante Rani tidak mengatakan apa-apa terkait kondisinya saat ini dengan putranya.

" Tante Rani sudah agak mendingan kok mas," sahutnya.

Tapi Abrisam sudah terlanjur mendengar kondisi sang mama sehingga dia memutuskan untuk pulang sebelum waktunya usai.

" Beritahukan pada mama kalau mas akan pulang secepatnya." sahutnya tanpa memikirkan wanita yang baru saja dinikahi.

" Terserah mas deh, Hana akan sampaikan pada tante Rani, pasti beliau sangat senang.

Hana pun tak kalah rindunya pada sang kekasih hingga ia mencari akal agar sang kekasih cepat pulang.

" Sayang, tunggu mas Abi ya!"

***

" Dua hari lagi saya akan kembali ke kota." sahut Abrisam tanpa rasa kasihan pada gadis buta itu.

Asmaralda tersenyum lembut membuat Abrisam tak mampu mengalihkan pandangan.

" Mas membawaku pergi juga kan?" sahutnya. Begitu besar harapan Ralda untuk ikut bersama suaminya. Dia tidak punya sanak saudara di sini, hanya ada tetangga dan itu pun jika mereka kasihan. Entah kenapa orang tuanya mengasingkan diri di pulau ini, hingga tak pernah kembali ke kota. Ia pernah mendengar cerita dari orang tuanya bahwa dia memiliki paman angkat yang baik hati. Hidupnya cukup bergelimang harta dan tinggal di kota. Hanya saja, Ayahnya tidak enak hati selalu meminta bantuan padanya dan ia pun kurang tahu letak kota tersebut.

" Nanti kupikirkan lagi," sahutnya membuyarkan lamunan Ralda.

Desiran hebat menjalar di tubuh Ralda mendengar keraguan suaminya. Sesak, tentu saja. Bukankah Abrisam telah berjanji di hadapan sang bapak untuk menjaganya di setiap saat. Lantas dimana janji itu?" batinnya bergelut.

Abrisam nampak merasa bersalah tapi dia harus apa? Ada hati yang harus dijaga saat ini. Tidak ingin melukai hati perempuan itu meski dirinya melukai hati wanita lain.

"Tidurlah, ini sudah larut malam." ajaknya.

Ralda menurut dan ikut naik ke kasur tipis yang selalu menemani tiap tidurnya. Merebahkan tubuh rampingnya sembari memejamkan mata, terlintas bayangan ayahnya hingga tak terasa keluar air mata membasahi pipinya cantiknya.

Dari samping, Abrisam memperhatikan wajah cantik Ralda, jantungnya selalu berdetak kencang kala melihat pemandangan indah itu. Hatinya bergetar tak karuan, tapi pria itu berusaha menepis.

Malam yang larut, dingin kian mendera menembus dinding kulit. Ada rasa sesuatu yang menjanggal dalam diri Abrisam dan berusaha ditolak. Sesekali menormalkan pikirannya yang saat ini berkelana di mana-mana.

Sesaat pria itu menelisik wajah cantik Ralda yang sudah memejamkan mata. Parasnya sangat menawan. Abrisam menggeleng cepat, seketika dia teringat Hana dan tak ingin menghianati kekasihnya, apakah dia sanggup menahan diri?"

***

Hentikan mas!" sontak Ralda terkejut dari tidurnya kala merasakan benda keny4l seseorang tengah menyentuhnya. B1b1r mungilnya yang baru saja tern0dai oleh suaminya sendiri dengan kasar menghapus jejak itu. Dadanya naik turun mengatur nafas yang kian menderu.

Ralda terbangun mendadak ketika merasakan tekanan berat di atas tubuhnya. Mata yang masih setengah terpejam itu langsung terbuka lebar saat sadar bahwa itu adalah Abrisam, suaminya, yang tengah mendekapnya erat. Wajahnya yang pucat dan nafas yang tersengal-sengal menandakan ketakutan yang ia rasakan. Abrisam, yang biasanya bersikap dingin dan datar padanya, kali ini terlihat berbeda dengan raut muka yang serius dan tatapan yang dalam.

"Jangan lakukan, Mas!" ucap Ralda dengan suara gemetar, berusaha mendorong Abrisam agar melepaskan cengkeramannya. Abrisam, yang tampak seperti terbangun dari trans, perlahan mengendurkan pelvkannya dan memandang Ralda dengan rasa bersalah yang mendalam.

"Maafkan saya, Ralda," kata Abrisam dengan suara serak, matanya tidak berani menatap langsung ke arah Ralda. Dia merasa malu telah membuat istrinya ketakutan, sekalipun itu tidak disengaja dan terjadi dalam keadaan setengah sadar. Ralda, dengan hati yang masih berdebar, mencoba menenangkan diri dan memahami situasi, namun kejadian itu telah meninggalkan kesan yang tidak mudah untuk dihapus dalam benaknya.

"Apa yang mas lakukan pada Ralda?" ujar Ralda dengan nada sedikit meninggi.

Ia tak terima dengan perl4kvan Abrisam tanp4 seizin- nya. Abrisam seketika mengacak rambut tak karuan, apa yang dilakukan pada wanita ini? Sungguh ia tak dapat menahan diri.

" Maaf," ucapnya lagi sembari merebahkan kembali tubuh kekarnya.

Tangan Ralda mer4ba di sekitar mencari seseorang." Cari apa ?" tubuh Ralda membeku dan terdiam sesaat.

Abrisam kembali mendekati istrinya, tubuh itu kembali bergejolak ketika menatap b1b1r kemerah-merahan itu di depannya sendiri.

" Apa saya salah ketika mendekatimu? Saya adalah suamimu dan berhak atas yang kamu miliki." ujarnya mengingatkan.

Ralda tak dapat berkata apa-apa lagi dan berpikir apa yang dikatakan suaminya ada benarnya.

" Ta-tapi, jika mas tidak mencintaiku, Ralda tidak bisa mengabulkan keinginanmu mas. Maaf..!" ucap Ralda memberanikan diri.

" Baiklah," sahut Abrisam nampak kecewa. Sayang sekali istrinya tak mampu melihat raut wajah itu.

Abrisam beringsut dari tempatnya menuju ruangan lain. Menelpon seseorang menghilangkan keresahan hatinya. Ada rasa kekesalan menyelimuti ketika dapat penolakan dari Ralda. Des4han nafas panjang dari pria itu menandakan ada sesuatu yang menggangu pikirannya.

" Mas Abi menelpon malam-malam begini, tumben?" ucap seorang wanita di tempat lain.

Abrisam terdiam dan berpikir alasan yang cocok dikatakan pada sang kekasih. Hana di sebrang sana dengan sabar menunggu suara bariton sang kekasih.

" Abi tidak sabar bertemu denganmu sayang," ucapnya.

" Deg," seorang wanita yang berada di belakang pria itu memegang dada yang terasa sesak. Seketika jantungnya berdenyut nyeri mendengar kata sayang dari mulut suaminya untuk orang lain. Ralda yakin jika saat ini, suaminya tengah berbincang-bincang dengan seorang wanita.

Ya, Ralda mengikuti suara ke mana langkah suaminya, ia pun merasa bersalah atas apa yang dilakukannya tadi.

" Mas Abrisam ngomong sama siapa? Apakah istri ataukah kekasihnya yang ada di kota?

Butiran-butiran cristal berjatuhan membasahi pipi cantiknya, dengan cepat ia meninggalkan tempat itu.

" Ayah menitipkanku pada orang yang salah," ujarnya. Tangan itu dengan k4sar menghapus jejak cairan hangat tersebut, dan tak ingin sang suami melihat. Dia boleh rapuh tapi di depan seseorang yang bernama Abrisam tidak akan ditampakkan.

Hampir satu jam Abrisam menelpon sang kekasih kemudian masuk ke kamar begitu saja. Sesaat melihat wajah cantik istrinya, kekesalan kembali menyeruak kala mengingat penolakan istrinya.

" Mas sedang menelpon siapa?" tiba-tiba Ralda bertanya dengan rasa ingin tahu. Entah kenapa, rasa cemburu menghantui saat ini.

" Mama, saya sedang menelpon wanita yang sedang melahirkanku ke dunia ini." kilahnya.

Ralda tak bersuara lagi, ia lebih memilih memejamkan mata dan tak ingin mendengar alasan yang lain lagi.

" Bagaimana nanti kamu bisa menghabiskan hari-harimu ketika saya tidak ada." ucapnya. Hati Ralda bergemuruh hebat, benar saja suaminya akan pergi dan kembali ke kota tanpa dirinya. Janji yang diucapkan di depan ayahnya hanyalah bualan semata dan tak akan pernah ditepati.

" Anda tidak usah memikirkan itu pak, Dokter, saya akan baik-baik saja di sini tanpa anda. Walaupun tidak dapat melihat tapi saya sudah terbiasa melakukan hal apa pun dalam keadaan kegelapan.

Hati Abrisam seketika terenyuh, sebuah kalimat yang menyayat hati. Bagaimana ia membiarkan gadis berparas ini hidup sendirian sedangkan dirinya sudah berjanji di depan pak Jaenab.

"Aaakh.. semuanya kacau." racaunya, sembari mer3mas rambutnya dengan kas4r.

1
Rayta Nya Firman
double up thor
Desi Ragiel Nst
br eps ¹ . uda lgsung nusuk jatung thor..
Meindah88: terimakasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!