karya ini murni imajinasi author jika ada kesamaan nama itu hal yang tidak di sengaja
Galang Bhaskara adalah anak yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri waktu masih bayi. Setelah Galang tepat berumur tujuh belas tahun, Galang bermimpi bertemu kakek tua bungkuk yang mengaku sebagai leluhurnya.
Bagaimana perjalanan Galang untuk menjadi pahlawan kota? Dan, akankah Galang menemukan keluarga kandungnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
singokolo vs gondoruwo
"Wah, hebat, kamu Lang, udah punya motor!" ucap Pak Kardi, orang yang biasa membeli kayu bakar dari Bu Sari.
"Motor ini cuma dikasih, Ko Pak," jawab Galang.
"Beruntung banget kamu, Lang, dikasih motor sebagus itu. Tapi hati-hati, lo Lang, di sini sekarang lagi banyak kasus begal," kata Pak Kardi.
"Emangnya udah ada korbanya, Pak?" tanya Galang.
"Udah banyak, Lang. Begal itu beraksi malam-malam, paling sering di Jalan rantingsari" jawab Pak Kardi.
"Ya udah, Pak, makasih peringatannya, Pak," kata Galang.
"Ya, sama-sama, Lang. Ini kayunya mau dijual?"
"Iya, Pak."
Singkat cerita, Galang selesai menjual kayu di pasar.
"Apa gw tangkep aja, yah, begal yang meresahkan itu," gumam Galang dalam hati sambil mengendarai motornya.
"Pertama-tama, gw ke Jalan rantingsari dulu deh," ucap Galang dalam hati.
Dalam waktu 10 menit, Galang sudah sampai di Jalan rantingsari. Dia melihat jalan itu memang sangat sepi.
"Sepi banget nih jalan, pantes aja banyak begal di sini," ucap Galang dalam hati.
Tiba-tiba, Galang tersenyum smirk saat merasakan ada yang mengawasinya. Galang berpura-pura tidak tahu dan membiarkan orang itu menghampirinya. Tetapi, dugaan Galang salah. Orang itu hanya mengawasi Galang saja.
"Bagus juga motor bocah itu," ucap orang yang mengawasi Galang.
"Apa gw begal, yah? Tapi gw ga bawa celurit, terus gw juga cuma sendiri. Kalau yang punya motor jago berantem, gimana? Bisa babak belur gw," ucap orang yang mengawasi Galang.
Orang itu pun pergi memanggil teman-temannya. Galang yang merasakan orang yang mengawasinya pergi langsung mengikuti dari belakang.
Dalam waktu 15 menit, orang yang mengawasi Galang sampai di vila besar ujung jalan.
"Bro, tadi gw liat orang sendirian di Jalan rantingsari, pake motor sport, mana motornya bagus banget lagi," ucap orang tersebut.
"Ya udah, cung kita begal aja langsung!" ucap orang-orang tersebut. Ada empat orang di gerbang vila tersebut.
"Vila ini kayanya markas begal-begal tadi deh," ucap Galang dalam hati.
Galang melihat kelima orang tersebut membawa celurit dan golok, membuat Galang ragu-ragu untuk menghajar mereka.
"Apa gue bisa lawan mereka?" tanya Galang dalam hati.
"Hahaha, kalau cuman senjata biasa seperti itu, mana mungkin bisa menembus kulit Tuan" ucap Singokolo.
Galang tersenyum kecut mendengar ucapan Singokolo.
Tanpa berlama-lama, Galang langsung menggas motornya dan sampai di depan gerbang vila tersebut. Tatapan kelima orang itu langsung menatap Galang dengan tatapan serakah.
"Hahaha, ga usah disamperin, datang sendirian," ucap kacung pria yang tadi mengawasi Galang.
"Serahin motor lu, cil! Kalau kaga, kepala lu lepas dari badan lu!" ucap kacung sambil menodongkan goloknya ke wajah Galang.
Tanpa berkata kata, Galang langsung mencekram golok itu dengan tangan kosong. Golok yang sangat tajam itu langsung remuk saat di cengkram Galang. Kelima orang tersebut membelalakan matanya melihat Galang meremukan golok tersebut.
Galang yang melihat orang-orang itu terkejut langsung menyerangnya dengan pukulan dan tendangan. Hanya beberapa detik saja, para begal langsung tidak sadarkan diri dengan darah segar keluar dari mulutnya setelah menerima pukulan Galang.
"Mending gw berantas sampai ke akar-akarnya," ucap Galang dalam hati.
Galang mendobrak gerbang vila itu, dan gerbang tersebut langsung ambruk. Tanpa berlama-lama, Galang langsung berlari menyerang orang yang di depan vila tersebut. Orang-orang yang melihat Galang datang langsung terkejut.
"Cari mati, nih bocah! Langsung aja sikat!" Puluhan pria berlari hendak menyerang Galang.
Galang memukul pria pertama dengan sedikit bertenaga tepat di dadanya, membuat pria tersebut terpental dan menabrak temannya. Orang tersebut langsung mati terkena pukulan Galang.
"Apa, Bagong tewas!" ucap teman para begal.
Galang kembali melesat memukul satu persatu dari para begal dengan gerakan yang sangat cepat. Para begal yang melihat Galang dengan sangat cepat mencoba membacok Galang dengan golok dan celurit, tetapi sama sekali tidak mempan dan hanya membuat bajunya robek.
Hanya beberapa detik saja, Galang membuat para begal terkapar tidak berdaya di halaman vila tersebut. Galang berdiri tegak dengan baju robek-robek, tetapi tidak ada darah sama sekali, bahkan keringat saja tidak terlihat dari tubuh Galang.
Galang melihat orang-orang keluar karena suara bising.
"Siapa kamu? Kenapa kau membuat keonaran di sini?" tanya orang bertato dan langsung menodongkan pistol ke arah Galang.
"Singokolo, apa pistol bisa menembus kulitku?" tanya Galang pada Singokolo.
"Kalau hanya pistol, tidak akan bisa menembus kulit Tuan. Orang yang bisa melukai Tuan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan yang luar biasa seperti orang yang sering datang ke rumah Tuan," jawab Singokolo.
Mendengar jawaban Singokolo, Galang langsung melesat memukul tepat di bagian muka pria tersebut. Darah keluar dari hidung pria tersebut. Dia belum sempat menembak karena gerakan galang sangat cepat.
Orang-orang yang melihat temannya dipukul dan terkapar langsung menyerang Galang secara bersamaan. Galang mengambil pistol yang digunakan pria tadi dan membuat jarak dengan orang yang menyerangnya. Setelah cukup jauh, Galang melesatkan tembakan tepat di bagian kaki-kaki mereka.
"Dor! Dor! Dor!
Akhh! Akhhh! Akhhh!" Orang-orang tersebut langsung tidak bisa berdiri.
"Cukup!" terdengar teriakan sangat keras dari pintu vila. Seorang pria muda berjas, Pak Jonathan, akhirnya keluar. "Bocah itu membuat keonaran, Pak! Habisi saja dia!" ucap pria bertato.
"Siapa kamu? Kenapa kau membuat masalah dengan kami?" tanya Jonathan.
"Aku adalah malaikat pencabut nyawamu," ucap Galang sambil tersenyum smirk dan langsung menembakan peluru ke arah kaki jonathan.
Dorr!
Tetapi sedetik kemudian, Galang membelalakan matanya melihat orang tersebut masih berdiri tegak.
"Hahahaha! Apa kau pikir bisa melukai aku dengan pistol?" teriak Jonathan, dan matanya langsung memerah. Tiba-tiba dia melesat ke arah Galang dan memajukan tinjunya.
Galang bisa melihat itu, tidak ingin meremehkan musuhnya. Galang mengeluarkan sedikit energi dari pusakanya dan dipusatkam di tangan kanannya. Galang langsung beradu tinju dengan Jonathan.
Bang! Debu bertebaran di mana-mana, dan Jonathan terhempas dan terjatuh tersungkur setelah beradu tinju dengan Galang. Tangannya langsung terasa nyeri.
"Sial! Kekuatan macam apa ini?" tanya Jonathan dalam hati. "Dia bukan orang biasa, Jonathan. Bahkan aku tidak bisa mengukur kekuatannya," bisik makhluk yang berada di tubuh Jonathan.
"Kalau begitu, bantu aku membunuh anak itu!" balas Jonathan.
Galang melihat ke arah Jonathan. Tiba-tiba, dari dalam tubuh Jonathan, keluar gondoruwo dengan cakar yang sangat tajam.
"Hari ini kau akan menjadi makanan dari khodamku, bocah!" teriak Jonathan.
Gondoruwo langsung melesat, berniat mengukur kekuatan Galang. Galang melihat gondoruwo itu hanya tersenyum smirk.
"Singokolo, makan makhluk itu," ucap Galang dalam hati.
"Baik, Tuan," jawab Singokolo.
Gondoruwo Jonathan dan para anak buahnya membelalakan matanya begitu melihat kepala singa bermahkota bermata merah Darah. membuka mulutnya dan langsung memakan gondoruwo yang melesat hidup-hidup.
Jonathan langsung pingsan melihat khodamnya dimakan begitu saja tanpa perlawanan sama sekali. Orang-orang yang melihat Galang langsung kencing di celana, padahal kepala Singokolo sudah tidak terlihat.
"Jangan bunuh kami, Tuan!" ucap para begal dengan bergetar.
"Aku tidak akan membunuh kalian, asalkan kalian menelpon polisi dan menyerahkan diri kalian," ucap Galang.
"Baik, Tuan. Kami semua akan menyerahkan diri kami ke polisi," jawab begal tersebut langsung menelpon polisi dan meminta untuk datang ke vila di ujung Jalan rantingsari.
"Dan satu lagi, jangan bawa-bawa identitasku, atau kalian akan aku jadikan santapan oleh makhluk peliharaanku.
"Baik, Tuan!" jawab orang-orang tersebut secara bersamaan.
Galang langsung kembali pulang dengan baju yang robek-robek. Orang-orang yang melihat Galang hanya menatap dengan heran, tetapi Galang tidak perduli.
Beberapa menit kemudian, Galang akhirnya sampai di rumah dan mengendap-endap masuk, langsung mengganti pakaiannya.