Sarah tidak menyangka jika ia akan di pertemukan dengan seorang duda yang memiliki 2 putra lucu, imut, dan tampan. Tentu saja ketampanan itu berasal dari ayahnya. Namun sayang Dia berjanji tidak ingin menjalin hubungan apalagi menikah setelah istrinya mengkhianatinya. Namun saat bertemu Sarah ia melanggar janjinya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17: Ke kamar
"Tapi aku ingin melihat anak-anak Dev," ucap ku dengan memanggil namanya. Ya, namanya atau dia akan memanggil ku sayang.
"Anak-anak sudah tidur bukan, sekarang itu yang perlu kamu lihat ayah mereka," ucapnya pada ku namun tatapan matanya fokus ke makanan tanpa melepaskan tangan ku. Ingin rasanya wajahnya itu ku cabik-cabik sekarang. Aku geram sendiri melihatnya. Apa dia tidak tahu kalau sekarang jantung ku sudah ingin terbang saja.
"Ba..baik lah, aku akan duduk di sana saja" ucap ku padanya dan melepaskan tangan ku. Aku berjalan mengitari meja dan duduk berhadapan dengannya. Sesekali aku meliriknya, ia tampak menikmati makanannya.
"Biar aku saja" kata ku padanya saat aku melihatnya hendak menyimpan piringnya.
"Tidak apa-apa, kamu duduk di situ saja. Aku bisa sendiri" ucapnya.
"Ayo" ajak Devano.
"Kemana?".
"Ke kamar".
"Ke..kenapa kita harus ke kamar," tanya ku. Aku takut karena dia mengajak ku ke kamar. "Apa dia ingin melakukan sesuatu dengan ku, tidak..tidak..dasar pria brengsek?" batin ku.
"Apalagi kalau bukan untuk tidur?".
"APA...? dasar brengsek. Aku bukan wanita gampangan yang semau mu bisa kau tiduri," ucap ku geram. Aku melihat dia mengerutkan dahinya. Apa mungkin aku salah bicara.
"Siapa yang bilang kalau aku mau meniduri mu? Aku bilang kita ke kamar untuk tidur, maksud ku tidur di kamar masing-masing. Atau kamu ingin kita tidur bersama begitu, kalau kamu izinkan aku mau kok?" ucapnya pada ku membuat ku malu. Aku sudah berpikiran yang tidak-tidak padanya.
"Eh...bukan...maksud ku.....aku..aku..ke kamar anak-anak dulu. Aku sudah mengantuk. Selamat malam," ucap ku padanya lalu aku berjalan dengan cepat menuju kamar Damien.
Pagi harinya setelah aku selesai membantu para pelayan memasak, aku membangunkan anak-anak dan membantu mereka mengganti pakaiannya.
"Wahh..anak-anak mommy harum banget. Jadi pengen cium dan peluk tapi mommy bau keringat karena habis masak," ucap ku dengan raut wajah sedih.
Darren dan Damien saling bertatapan lalu keduanya tersenyum.
"Mom, menunduk lah" ucap Darren padaku dan aku langsung menundukkan badan ku, menyamakan tinggi ku dengan mereka.
"Cup..mommy tetap harum kok, meskipun sudah memasak," ucap mereka setelah mencium pipi ku.
"Anak mommy memang yang terbaik deh. Kalian tunggu di bawah ya, mom mandi dulu baru kita sarapan," ujar ku pada Darren dan Damien.
Sekarang aku punya masalah baru, pakaian ku ada di dalam kamar Devano. Aku lupa memindahkannya ke kamar Darren. Aku tidak jadi tidur di kamar Devano dan memilih tidur di kamar Darren karena lebih besar dibandingkan kamar Damien. Tentu saja Damien juga tidur bersama kami. Aku melangkahkan kaki ku menuju kamar Damien. Setelah sampai di depan pintu, aku mengetuknya namun tidak ada jawaban dari dalam. Aku meraih gagang pintu dan membukanya dengan pelan, untung saja tidak terkunci. Saat masuk aku terperanjat melihat Devano yang tertidur dengan keadaan Shirtless, hingga menampilkan perut sixpack berototnya. Selimut yang di pakainya hanya sebatas pinggang saja membuat air liurku hampir menetes kalau tidak aku tahan. Dia benar-benar tampan dan luar biasa. Bahkan pikiran ku sekarang sudah lari kemana-mana, hingga membuat pipi ku merona.