(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!)
Demi mendapatkan uang untuk mengobati anak angkatnya, ia rela terjun ke dunia malam yang penuh dosa.
Tak disangka, takdir mempertemukannya dengan Wiratama Abimanyu, seorang pria yang kemudian menjeratnya ke dalam pernikahan untuk balas dendam, akibat sebuah kesalahpahaman.
Follow IG author : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di paksa kembali
Malam itu, masih dengan sisa ketakutannya, Via menceritakan segala yang dialaminya pada Tuan Gunawan. Tentang hidupnya dan alasan yang membuatnya rela menjadi wanita penghibur, membuat pria paruh baya itu menatapnya dengan iba.
"Jadi kau melakukan semua ini demi anakmu yang sakit?" tanya Tuan Gunawan diiringi anggukan kepala oleh Via.
"Aku juga tidak mau masuk ke dunia itu. Tapi aku tidak punya pilihan lain."
"Aku bisa mengerti, Nak. Pasti semua ini berat bagimu. Tapi bukankah kau bilang anak itu hanya anak angkatmu? Dan kau rela melakukan semua ini demi anak yang tidak memiliki hubungan darah denganmu?"
Via mengusap setitik air matanya. "Bagiku Lyla adalah segalanya. Dari ibu manapun dia terlahir, bagiku dia tetap anakku."
Pria itu tersenyum tipis, ada kekaguman besar pada sosok wanita muda di depannya, yang baginya memiliki hati yang begitu lembut.
Tidak lama kemudian, seorang karyawan hotel masuk ke kamar itu dengan membawa sebuah paper bag. "Permisi, Tuan. Ini pesanan anda."
"Letakkan di meja saja, terima kasih." Ia meraih dompet dari saku celana, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang, dan memberikan pada karyawan hotel itu. Setelahnya menggeser paper bag itu ke hadapan Via. "Ini pakaian untukmu. Gantilah pakaianmu di kamar mandi."
Ragu-ragu, Via meraih benda itu dan melangkah masuk ke kamar mandi. Dalam hati ada sedikit rasa lega, namun juga bingung, mengapa pria paruh baya itu sangat baik pada seseorang yang baru dikenal.
*********
_
_
"Aku akan mengantarmu pulang," ucapnya sesaat setelah Via keluar dari kamar mandi.
"Tidak usah, Tuan. Saya akan pulang sendiri. Anda sudah menyelamatkan saya tadi."
"Tidak apa-apa. Aku akan mengantarmu. Di luar malam-malam begini berbahaya untuk seorang gadis."
Bersama seorang asisten, Tuan Gunawan mengantar Via pulang dengan sebuah mobil mewah. Sepanjang jalan, pria paruh baya itu menanyakan banyak hal dan Via menjawab apa adanya walaupun masih terlihat cukup malu. Dua pria yang duduk di kursi depan bahkan terlihat cukup heran dengan tuannya yang tidak biasanya senang berbicara dengan orang asing.
Kurang dari tiga puluh menit, mereka tiba di panti asuhan ...
"Jadi kau tinggal di sini?"
Via menyahut dengan anggukan, diiringi senyum tipis. "Tuan, terima kasih sudah menolong dan mengantar saya pulang. Semoga suatu hari saya bisa membalas kebaikan Tuan."
****
_
_
_
_
"Assalamu alaikum ..." ucap Via saat masuk ke dalam rumah.
"Walaikum salam." Seorang wanita paruh baya datang menghampiri, dengan raut wajah khawatir. "Via ... kamu darimana, Nak? Kenapa baru pulang?"
Bu Retno, seorang wanita paruh baya pengurus panti asuhan. Seorang wanita yang telah dianggap Via bagai ibu sendiri.
"Lembur, Bu... Aku menerima pekerjaan sambilan."
"Kerja sambilan? Apa itu?"
"Bantu teman menyelesaikan orderan, Bu," jawab Via berbohong. Ia tidak mungkin jujur pada wanita itu bahwa dirinya menerima pekerjaan sebagai wanita penghibur. Jika Bu Retno tahu, beliau pasti akan sangat sedih. Sebab setahunya Via adalah anak yang baik, sopan, dan rajin beribadah.
Wanita itu mengusap puncak kepala gadis yang telah dibesarkannya itu, ada rasa sedih terlihat di sana, menyaksikan betapa Via berjuang untuk seorang anak yang bukan darah dagingnya.
"Kamu sudah bekerja keras untuk Lyla, Nak. Allah pasti membalas semua kebaikanmu." Ia mengusap setitik air matanya. "Ya sudah, sekarang makan dan istirahat. Kamu pasti belum makan."
"Iya, Bu!" jawabnya pelan, tanpa berani menatap wajah teduh wanita paruh baya itu. "Bu... ini ada sedikit uang. Lumayan buat tambah-tambah biaya berobat Lyla."
Via menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu pada Bu Retno. Ia dapat melihat wajah Bu Retno yang sedikit heran, seolah ada pertanyaan darimana Via mendapatkan sejumlah uang itu yang bahkan lebih dari gajinya di butik tempatnya bekerja.
Demi menghindari pertanyaan yang Via tidak sanggup menjawab, ia memilih masuk ke kamar. Di sanalah ia menangis sejadi-jadinya. Perasaan bersalah yang teramat besar. Bukanlah hasil kerja halal yang ia berikan pada Bu Retno, melainkan uang yang baginya haram.
Via teringat kejadian buruk yang dialaminya tadi, menyesali keputusannya sendiri. Puas menangis, Via masuk ke kamar mandi dan berwudhu. Gadis itu bahkan merasa malu membersihkan dirinya dengan air wudhu.
Apa aku masih layak bersujud setelah dosa besar yang kuperbuat ?
Malam semakin larut...
Sesaat setelah menjalankan shalat malam, perasaannya kini lebih damai. Via memutuskan untuk tidak lagi pergi ke tempat hiburan itu. Ia berpikir akan mencari pekerjaan yang lebih layak dan halal.
*****
Keesokan harinya ...
Malam itu, Via sedang menjaga Lyla yang sedang demam tinggi. Tidak sedikitpun Via meninggalkan gadis kecilnya itu. Ia merawat Lyla Dengan penuh kasih sayang.
Seorang anak panti kemudian datang menghampirinya. "Kak Via ... di depan ada orang cari Kak Via."
"Siapa, Dek?"
"Tidak kenal, Kak. Bilangnya mau ketemu Kak Via."
Via berpikir sejenak, sebab tidak biasanya ada orang yang datang mencarinya. "Ya sudah, kakak titip Lyla dulu ya..."
Wanita muda itu segera mengayunkan langkahnya menuju ruang depan, dimana dua pria bertubuh tinggi besar sudah menunggunya. Via bahkan tidak mengenal siapa orang-orang itu.
"Maaf, ada apa, ya?" tanyanya tanpa basa basi.
Tanpa sepatah kata pun kedua pria itu menarik lengan Via menuju sebuah mobil yang terparkir di depan sana, sehingga Via memberontak berusaha melepaskan diri.
"Kalian siapa? Tolong lepaskan aku!"
"Jangan banyak bicara!" bentak pria itu. "Ikut saja! Kau sudah membuat kesalahan besar!"
Dengan kasar, mereka mendorong Via masuk ke mobil. Bahkan mencengkram kuat-kuat lengan wanita itu yang terus memberontak. Hingga tiga puluh menit kemudian mereka tiba di suatu tempat.
Sepasang bola mata Via membulat, saat menyadari tempat itu adalah tempat yang ia datangi semalam. Dua pria itu kemudian menyeretnya masuk untuk menemui seseorang.
"Cleopatra... Selamat datang kembali," ucap Marco menyeringai menakutkan.
Dua pria bertubuh besar itu mendorongnya dengan keras sehingga terjatuh tepat di bawah kaki Marco.
"Jadi kau mau kabur setelah membuat masalah? Kau di bayar mahal untuk menyenangkan Aldi. Tapi kau malah melarikan diri. Apa kau mau menipuku?" Nada bicara Marco terdengar santai, namun menakutkan di telinga Via.
"Ti-tidak! Saya mohon, lepaskan saya, Tuan! Saya tidak bisa melakukan pekerjaan ini." Via memelas memegangi kaki Marco. Berusaha memohon agar pria itu mau mengampuninya.
"Kau tahu berapa banyak kerugianku karena ulahmu?" teriaknya.
"Ma.. maafkan saya, Tuan," ucapnya terbata-bata menahan ketakutan.
"Enak ya, minta maaf dan kau pikir itu cukup? Kau harus membayar semua kerugianku akibat tindakanmu itu."
Bola mata Via berkeliling pada setiap sudut ruangan itu, seolah ingin mencari bantuan. Hingga tatapannya menangkap sosok Laras. Wanita itu dan beberapa teman lainnya hanya menatap dengan iba.
"Scarlet, ajak dia ke ruang ganti. Karena malam ini, dia harus menyelesaikan tugasnya melayani Aldi."
"Baik, Bos," jawab Laras.
Dua pria suruhannya kemudian menyeret Via memasuki ruang ganti. Mereka berjaga di depan pintu agar gadis itu tidak bisa lari dari sana. Laras pun ikut masuk ke ruangan atas perintah Marco.
"Cleo... kenapa kau melarikan diri kemarin. Kau tahu, bos sangat marah padamu," ucap Laras meraih sebuah pakaian yang menggantung di lemari.
Via mengusap setitik air matanya. "Aku bukan Cleo, Ras... Aku Via," tegasnya.
"Tapi di tempat ini kau adalah Cleopatra. Bukan Via. Jadi mulai malam ini, kau akan tetap bekerja di sini dan menjadi Cleopatra," ujar Laras.
Via menjatuhkan tubuhnya, berlutut di hadapan Laras. "Ras... aku mohon, aku mau pulang. Lyla sakit dan aku harus menemaninya."
Laras tak mengindahkan ucapan Via. Sangat berbahaya menentang Marco yang terkenal kejam. "Cepat gunakan pakaian ini. Aku dengar dari bos, pria yang kemarin membayarmu akan datang malam ini. Aku mohon Via, demi keselamatanmu dan demi pengobatan Lyla, lakukanlah pekerjaanmu dengan baik."
"Tapi aku benar-benar tidak bisa, Ras. Aku bukan wanita malam. Aku tidak mau menjual diriku."
"Kau sendiri yang memulainya, Cleo. Jadi kau harus terima resikonya. Sekali kita terjerat ke dunia hitam ini, kita tidak akan bisa keluar dengan mudah."
Via terdiam mendengar perkataan Laras, memang benar dirinyalah yang telah memulainya. Ia yang mendatangi laras untuk meminta diberikan pekerjaan itu, walaupun awalnya Laras sudah memperingatkan sebelumnya.
Laras memaksa Via memakai pakaian terbuka itu lalu meriasnya secantik mungkin. Sementara Via kembali menangis teringat pada Bu Retno dan si kecil Lyla.
Bu Retno dan Lyla pasti mencariku. Aku harus bisa pergi dari sini.
Tok tok tok...
Terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras, membuat Via tersentak kaget.
"Buka pintunya!" teriak seorang dari balik pintu. Dengan cepat Laras berlari membuka pintu.
"Dimana Cleopatra? Bos sudah menunggunya," tanya seorang pria dengan tidak sabarnya, membuat Via kembali ketakutan.
Karena tak kunjung keluar, akhirnya mereka memilih menyeret Via keluar dari ruang ganti.
"Tolong lepaskan saya, Tuan." Sekali lagi Via berusaha memohon pengampunan pada Marco.
"Melepasmu? Enak sekali kau meminta," ujarnya sinis, lalu menatap pengawalnya. "Bawa dia ke kamar itu. Tuan Aldi sebentar lagi akan datang."
"Tolong ampuni saya, Tuan. Saya mohon," lirihnya berusaha memberontak. Namun tidak ada seorang pun yang peduli atau mendengar. Mereka hanya saling tatap satu sama lain.
"Lepaskan gadis itu!" Terdengar suara berat seorang pria yang baru saja masuk bersama dua orang pria berpakaian hitam di belakang punggungnya.
***
tp ntar mau baca ulang lagi 😁😁
lubang yang salah 😆😆😆😆😆😆
banyak mengandung bawang 😭😭😭😭
lyla kn anakmu 😏😏😏😏
blm bisa move on