Ketika sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam maka kamu bebas sekarang.
Ketika Ia kecelakaan hampir merenggut nyawa dan kritis beberapa waktu,suaminya justru tidak peduli dan merawat wanita lain yang hanya demam biasa di rumah sakit yang sama.
Pada akhirnya Liliana menyerah karena tak pernah di anggap dan tak pernah mendapatkan respon balik, sekalipun nyawanya hampir melayang jadi Ia mengajukan perceraian mereka.
Namun Ketika Ia sudah memutuskan menyerah dan bercerai, suaminya tiba-tiba berubah dan ingin mempertahankan pernikahan mereka.
Akankah Liliana berubah pikiran untuk bertahan?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hantari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apartemen Lily
"Kenapa kau tidak pulang?"
Lily tersadar dari pikiran kotornya dan langsung membuang tatapnya ke samping dengan melipat kedua tangan."Pulang?kenapa aku harus pulang?"
Sebenarnya dia masih begitu marah dengan tindakan Bara yang dengan seenaknya menarik surat gugatannya dari pengadilan agama.
"Ini adalah rumah ku dan mansion mu itu adalah rumah mu bukan rumah ku lagi tempat ku pulang!,kau tidak berhak mengatur-atur ku atau mengurusi urusan ku karna kita akan bercerai"
"Tapi kita belum bercerai"
"Bukankah sama saja cepat atau lambat kita akan bercerai?jadi tidak ada bedanya!. Sekarang yang ku mau kamu pergi dari rumah ku jangan sembarang masuk!"
Lily menarik tangan Bara yang basah untuk keluar,Ia menariknya dengan sepenuh tenaga tapi Bara bahkan sama sekali tidak bergerak.
"Apa kau tidak memikirkan bagaimana khawatirnya mama ketika kamu tidak pulang bahkan tidak mengabari ke rumah",Ucapan Bara membuat Lily berhenti hingga terdiam.
Lily memalingkan tatapannya ke samping,"Katakan saja aku ada urusan di luar,kau tidak perlu mencari ku apalagi kemari"
"Tidak bisa!mama memaksa ku mencarimu dan membawa pulang",Bara berbicara dengan ekspresi wajah yang sedikit cair tidak dingin seperti biasanya.
"Ternyata di paksa mama",gumam Ruby tersenyum miris, lagipula Bara memang tidak mungkin inisiatif mencarinya.
"Pergi dan katakan seperti yang kukatakan pada mama dan juga papa...,besok aku pasti pulang sekalian aku akan menjelaskan pada mereka perlahan mengenai hubungan kita"
Bara mengepal tangannya,ada kemarahan yang tak bisa Ia jelaskan."Apa kau tidak peduli pada kesehatan papa"
Lily langsung menatap tajam Bara dengan marah,"Tentu saja aku peduli,kau pikir tidak?dengar baik-baik ya meskipun kita tidak menikah sejak dulu aku sudah menganggapnya sebagai ayah ku jadi meskipun kita bercerai mereka adalah orangtua ku,jadi jangan coba mengatakan kalau aku tidak peduli pada mereka!"
Setelah mengatakan itu Lily tak bisa lagi membendung emosinya,Ia langsung menelfon penjaga keamanan apartemen itu untuk datang ke kamarnya.
"Halo pak,ada orang asing yang tiba-tiba masuk ke kamar saya tolong cepat segera kemari"
Bara terkejut dengan Lily yang menelfon keamanan,"Jika kau tidak pulang maka aku akan tetap di sini"
Lily terkejut apalagi Bara yang tiba-tiba menyambar ponselnya,dan begitu saja kembali menelfon keamanan yang baru saja Ia telfon.
"Tidak ada masalah apa-apa pak,saya hanya sedang bertengkar dengan istri saya",ujar Bara kemudian langsung menutup telfon.
Para keamanan disana juga sudah tau kalau Liliana sudah menikah,jadi mereka percaya dengan itu terlebih tadi Bara juga masuk dengan mengatakan sebagai suami Liliana sembari menunjukkan buku nikah mereka.
Setelah selesai Bara kembali memberikan ponsel Lily,"Kalau kamu memaksa tidak pulang,maka aku akan tetap di sini"
Lily tidak pernah sekesal itu dengan Bara yang ternyata sangat gila dan keras kepala,namun Ia memilih mengabaikannya karna Ia yakin pria itu sama sekali tidak akan mendengarkannya lagipula, lagipula Ia juga sangat malas untuk pulang sekarang karna di luar hujan sangat deras.
"Terserah!"
Begitu saja Lily meninggalkan Bara dan masuk ke kamarnya dengan mengunci pintu.
Bara terdiam di tempatnya pasrah dengan sikap Lily yang tidak biasa dengannya akhir-akhir ini,dan itu membuatnya merasa kehilangan sesuatu.
***
Sementara itu dikamarnya Lily kembali melanjutkan pekerjaannya,tak peduli bagaimana pria itu di luar sana.
Ia benar-benar tidak peduli,sampai satu jam hingga dua jam telah berlalu Ia baru ingat kalau Bara memakai pakaian basah,Ia menjadi khawatir sebagai orang yang memiliki kebaikan hati Ia menjadi tidak tega terlebih di luar tidak ada handuk, selimut atau segala macamnya.
Ia segera mengambil handuk dan membuka lemari pakaiannya bermaksud memberikan pakaiannya, daripada kedinginan kan?.Selain itu Ia juga membawakan selimut dan bantal ke luar.
"Aku melakukannya hanya karna masih memiliki prikemanusiaan", gumamnya sebelum akhirnya keluar dari kamar,namun yang membuatnya terkejut Bara terlihat tak memakai baju hanya celana saja dan sedang memasak di dapur dalam keadaan telanjang dada.
Gila!!!
Bara begitu terlihat seksi dan hot.
Karna dapur dan ruang tengah yang langsung menyatu membuatnya dengan cepat melihat Bara hingga Ia berhenti di depan pintunya dengan begitu kaget.
Bara baru saja selesai memasak dan menyadari kalau ternyata Lily sejak tadi memperhatikannya,hal itu membuatnya tersenyum tipis.
Senyuman itu membuat Lily sadar,dan langsung berbalik."Kenapa kau tidak memakai baju!!"teriaknya.
"Baju ku basah,dan aku mengeringkannyaa di mesin pengering,selain itu aku juga ing dan memasak?,aku memasak karna sejak siang tadi aku tidak ada makan dan aku lapar"
Bara menjelaskan agar Lily tidak marah padanya berujung mengusirnya nanti.
Lily sedikit merasa kasihan,Ia tau Bara orang yang sangat amat sibuk dan memang sering melupakan waktu makan sehingga dulu Ia selalu rajin memasak dan selalu memaksa Bara untuk makan bahkan Ia sering kali ke perusahaan untuk mengantar sarapan,namun Bara selalu menolaknya dengan mengusirnya dari perusahaan tanpa mau bertemu dengannya, namun betapa bodohnya Ia dulu yang masih setiap hari melakukannya, berharap Bara akan melihat ketulusan hatinya.
Mengingat kembali itu membuat bibirnya melengkung hingga membentuk senyum sedih,"Kau tidak boleh luluh Lily,kau sudah mengejarnya sejak SMA dan rela merendahkan dirimu hanya untuk mendapatkan pria itu, SUDAH CUKUP!"
"Ooh"
Sembari mengatakan itu,Ia menyeret langkahnya menuju sofa meletakkan semua yang Ia bawa,handuk, selimut,guling,dan pakaiannya.
Setelah itu tanpa memandang ke arah Bara lagi,Ia langsung berbalik dan masuk ke kamarnya dengan ekspresi yang berubah begitu dingin.
Bara yang memang memperhatikan gerak-geriknya tanpa sadar menghela nafas hingga berhenti dari aktivitasnya, perasaan yang begitu sedih menjalar di hatinya melihat sikap dingin Lily yang jauh dari sebelumnya.
***
"Kenapa sih tiba-tiba berubah seperti itu?kenapa tidak sejak dulu saja bersikap seperti itu?"
Lily menghapus air mata yang mengalir dari pelupuk matanya,"AKU BENCI KAMU BARA!AKU TIDAK AKAN PERNAH JATUH KE LOBANG YANG SAMA LAGI!"
Ia menghapus kasar air matanya dan kembali duduk di meja kerjanya,Ia memukul-mukul dadanya yang terasa sakit dan sesak.
Setelah bekerja lama hingga jam dua dini hari, akhirnya Lily tidak tahan lagi dan ketiduran di meja ia memang seringkali lupa waktu jika sedang menggambar atau mendesain produknya,karna itu memberinya kebahagiaan tersendiri.
***
Ke esokan paginya Lily terbangun dan merasakan seluruh tubuhnya sakit karena sepanjang malam itu Ia tidur di kursi,hingga lehernya begitu sakit.
Ketika Ia akan beranjak untuk kembali tidur di ranjangnya, tiba-tiba aroma wangi masakan yang menyeruak memenuhi hidungnya."Wangi sekali?,apa Monika sudah pulang?"
Segera Ia beranjak melupakan siapa yang saat ini berada di rumahnya.
Bersambung....
Terimakasih semuanya,jangan lupa like komen rate dan subscribe ya😉😆
🤭🤔 di lanjut ya Thor 🙏
lanjut Thor 💪😘🤗
harusnya kamu bilang pertemuan mu dengan laura