Seorang wanita bernama Nairiya yang saat ini berusia 23 tahun yang merupakan seorang pianis di acara pernikahan temannya itu tiba-tiba mendapatkan tugas dari bayangan malaikat untuk menyelamatkan temannya yang akan menikah itu.
Namun Nairiya malah terluka parah akibat menyelamatkan temannya itu, rupanya temannya itu lah yang memiliki niat jahat kepadanya.
Bayangan malaikat itu meminta Nairiya untuk mengembalikannya ke dalam pohon dan ternyata setelah kembali ke dalam pohon, seorang pria bernama Leonardo yang diduga adalah bayangan malaikat itu akhirnya sadar dari komanya dan mengingat semua kejadian itu.
Apakah bayangan itu akan meninggalkannya sendirian? Atau membantunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 32 - LOVELY WEDDING
Beberapa saat kemudian, setelah mengerjakan terjemahan untuk beberapa kalimat di buku pelajaran yang berbahasa Inggris itu.
Saat aku sedang menoleh ke arah jam dinding kamarku itu, ternyata waktu sudah menunjukkan jam 9 malam lewat 4 menit dan di sana aku masih saja melakukan pekerjaanku walaupun sudah merasa sedikit mengantuk.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang masuk ke kamarku, aku pun mengabaikan suara itu karena masih fokus melakukan pekerjaanku itu.
Suara langkah kaki itu seperti sedang berjalan mendekatiku, karena suaranya semakin jelas aku pun langsung berhenti melakukan pekerjaanku dan menoleh ke belakang untuk melihat siapakah yang masuk ke kamarku ini. Namun sebelum akhirnya aku dapat menoleh ke belakang, tiba-tiba seorang laki-laki memelukku dengan hangat dari belakang.
Dari pelukannya, aku dapat mengetahui jika orang ini adalah Leonardo. Aku pun tersenyum lebar lalu memegang kedua tangannya itu dan bertanya kepadanya, “Gimana tadi pertandingan bolanya? Siapa yang menang?”
“Seru kok, tadi Jerman menang” jawab Leonardo dengan nada bicaranya yang lembut itu.
Aku pun bertanya kembali kepadanya dengan suara yang lembut, “Hehe, udah ngantuk kah?”
“Belum, maunya tidur sama kamu” jawab Leonardo dengan sikapnya yang tiba-tiba manja itu.
Aku pun bersikeras untuk tetap melanjutkan pekerjaan sebagai penerjemah itu di depan layar laptopku ini, “Sebentar ya, lagi mau ngerjain ini dulu”
Leonardo pun memelukku dengan lebih erat lagi lalu berkata, “Jangan pura-pura, aku yakin kamu juga udah ngantuk”
Aku pun menatapnya dengan perasaan yang kesal namun karena wajahnya saat ia mengantuk itu terlihat sangat imut dan lucu maka aku tidak akan melanjutkan pekerjaanku lagi dan tidur dengannya tanpa rasa kesal sama sekali.
“Iya deh, ini aku matiin laptopnya” jawabku sambil mematikan layar laptopku itu lalu aku pun memasukkan laptopku itu ke dalam tas ranselku yang ada di bawah meja kerjaku itu.
Setelah itu, aku pun mematikan saklar lampu kamarku itu yang berada tepat di atas meja kerjaku itu lalu berjalan menuju kasurku dan berbaring di sana.
Leonardo pun berjalan mengikutiku dari belakang dan tidur bersamaku tepat di sebelah kiriku sambil memelukku dengan erat saat ingin tidur.
"Leo, apakah aku istrimu juga di kehidupan lalumu itu?" tanyaku kepadanya karena tiba-tiba aku memikirkan pertanyaan itu di pikiranku.
Leonardo pun tersenyum dan menjawab dengan nada pelan, "Iya sayang, kenapa?"
Aku pun menjawabnya kembali karena merasa ada yang aneh dan salah dengan menoleh ke arahnya, "Kamu bohong ya? Waktu itu kamu pernah bilang kalau aku akan menjadi pasanganmu selamanya tapi kamu baru bilang 2 tahun lalu"
Leonardo pun menjawabku kembali dengan nada bicaranya yang sabar sambil tersenyum, "Sayang, di kehidupan lalu itu bukan kamu karena dia adalah iblis. Sekarang kamu bukanlah iblis"
"Oh baguslah kalau begitu" jawabku dengan perasaan yang lega setelah mendengar jawaban dari Leonardo itu.
“Kalau begitu, selamat tidur ya sayang” kata Leonardo kepadaku dengan nada suara yang lembut sambil mengelus kepalaku.
Aku yang tadinya menghadap membelakanginya akhirnya mengubah posisiku jadi kami saling tidur berhadap-hadapan saat itu. Aku pun langsung memeluknya kembali dan menjawabnya dengan nada suara yang pelan dan lembut karena tiba-tiba merasa sangat mengantuk, “Selamat tidur juga, mimpi yang indah ya”
“Iya, kamu juga” jawab Leonardo dengan suaranya yang lembut itu.
Kami pun akhirnya tertidur berdua dengan posisi saling berpelukkan itu.
Di keesokan harinya, pada pukul 7 pagi terlihat saudara kembarku yaitu Ethelia yang baru saja sampai di rumahku itu.
Saat ini ia sedang berada di dalam kamarku dan mengeluarkan gaun pernikahan wanita serta pakaian pernikahan pria dari dalam tas ranselnya yang besar itu lalu memberikannya kepadaku dan Leonardo untuk berganti pakaian.
Ethelia pun berkata kepada kami dengan tersenyum senang, “Ini pakaian pernikahan yang sudah orang tuaku beli, sudah siap banget mereka menikahkanku. Untung ada Nairiya haha”
“Hahaha, terima kasih banyak ya, gak nyangka orang tua kamu udah se-prepare ini” jawabku sambil tertawa kecil dengan mukaku yang masih terlihat sangat mengantuk itu walaupun sudah mandi tadinya.
“Dicoba aja dulu, semoga cocok deh” kata Ethelia sambil menoleh ke arahku dengan wajah yang meyakinkan.
Aku pun menjawabnya dengan perasaan yang yakin, “Harusnya sih ya, ukuran tubuh kita juga gak jauh berbeda”
Aku pun berganti pakaianku di sebuah kamar mandi di dalam kamarku dan setelah itu baru lah Leonardo pun berganti pakaian setelah aku selesai berganti pakaian.
Setelah kita berdua selesai berganti pakaian, akhirnya untung saja gaun pernikahan tersebut cocok di tubuhku kalau tidak kan bahaya ya, iya kali harus beli lagi di hari yang sudah mepet banget ini.
Lalu tanpa berlama-lama lagi, aku pun berjalan ke meja riasku dan duduk di sebuah kursi tepat berada di depan meja riasku itu yang terletak menghadap ke arah meja kerjaku itu. Ethelia pun mulai berjalan mendekatiku dan mengeluarkan sebuah kotak alat riasnya dari dalam tas ranselnya itu lalu membuka kotak alat riasnya itu dan mulai merias wajah aku dengan cantik.
Lalu ayahku yang juga berada di kamarku itu pun merapikan pakaiannya Leonardo tersebut serta mulai merias wajah Leonardo dengan riasan yang tipis.
Setelah beberapa menit yang juga terbilang lama itu, akhirnya kami selesai dengan riasan kami dan tinggal berangkat ke gereja yang dituju tersebut.
“Kamu cantik banget Nai” puji Leonardo saat sedang menatap ke arah wajahku dengan dalam itu yang sukses juga membuat wajahku memerah karena tersipu malu oleh pujiannya itu.
Aku pun memujinya kembali dengan nada suara yang sedikit dibuat lebih memikat kepadanya, “Iya kamu juga sangat tampan, Leo”
“Ah makasih ya” jawab Leonardo dengan kondisi wajahnya yang juga ikut tersipu malu itu.
Ethelia pun berkata kepada kami dengan tersenyum lebar sambil menatap lembut ke arah kami, “Bagus deh kalau sudah pada cantik dan tampan, sekarang ayo berangkat ke gereja Evangeline itu”
Kami pun akhirnya berjalan mengikutinya dari belakang untuk berangkat ke gereja tersebut.
Setelah kira-kira 30 menitan perjalanan dari rumah ke gereja Evangeline tersebut, akhirnya kami sampai juga di gereja yang dimaksud itu.
Di dalam gereja Evangeline itu sudah terlihat kedua orang tuanya Leonardo yang sudah menunggu sejak beberapa menit yang lalu dan mereka juga mengenakan pakaian terbaik mereka di hari pernikahan anak laki-lakinya mereka ini.
Aku yang mengenakan kerudung pengantin putih elegan yang menutupi bagian depan wajahku dan gaun yang menjuntai panjang sampai mengenai lantai yang memiliki warna putih elegan dengan hiasan renda dari bagian dada sampai pinggangku lalu beberapa berlian di bagian bawah gaun serta di bagian lengan pendek itu, juga beberapa mutiara yang ditata di bagian leher gaun tersebut yang berbentuk V dan di bagian bahu atau pundak. Selain itu aku juga mengenakan sepatu hak berwarna putih susu dengan tinggi kira-kira 3 cm.
Sedangkan Leonardo dengan kemeja putih elegan dengan dasinya yang berbentuk pita berwarna hitam serta dipadukan jas lengan panjang berwarna hitam dan bawahan celana panjang hitam, untuk sepatunya juga menggunakan sepasang sepatu pantofel yang berwarna hitam.
Terlihat seorang pastor yang sedang berjalan ke arah meja altar yang terdapat di sana terlebih dulu dengan pakaiannya yang rapi dan wangi tersebut sebelum akhirnya kami berdua berjalan bersama dari depan pintu masuk gereja itu menuju ke depan meja altar yang terletak tepat di depan patung Yesus Kristus itu dengan Leonardo yang adalah pengantin prianya juga membawa sebuket bunga mawar di depan.
Saat sudah berada di depan meja altar tersebut, aku dengan Leonardo pun berdiri dengan saling tersenyum kepada satu sama lain dan berhadap-hadapan.
Lalu setelah itu, pastor tersebut pun langsung bertanya tentang ketersediaan kami untuk menikahi satu sama lain yang di mana kami dengan senang menjawab bersedia. Lalu ia juga mengucapkan beberapa doa untuk kami agar diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus.
Setelah beberapa doa suci yang diucapkan oleh pastor tersebut dan setelah diperbolehkan pastor untuk memberikan bunga itu, Leonardo pun berjalan mendekat ke arahku untuk memberikan sebuket bunga mawar itu lalu ia pun langsung memegang kedua pundakku dan mencium keningku.
Lalu setelah itu, akhirnya kami berdua pun dengan senang bertukar cincin nikah. Aku dengan senang memasangkan cincin nikah di jari manis kirinya Leonardo dan begitu juga Leonardo yang memasangkan cincin nikah di jari manis kiriku.
Lalu kami pun tersenyum senang dengan merasakan perasaan bahagia yang bercampur sedih ini dan menatap ke arah satu sama lain dengan tatapan yang dalam dan tulus. Setelah itu, Leonardo pun dengan tersenyum lebar berjalan mendekatiku lalu memegang wajahku dengan kedua tangannya dan dengan perlahan mulai mencium bibirku itu dengan romantis.
...****************...
...~ THE END ~...
...****************...