Apa hal yang paling menyeramkan di dunia ini?
Mungkin jika Zahra ditanya hal itu maka ia akan menjawab bahwa pernikahan beda agama adalah yang paling berat sekligus menyeramkan. Jangankan untuk menjalani, bahkan untuk membayangkannya 'pun Zahra tidak mampu. Namun garis takdir berkata jika jalan ini memang harus Zahra lalui, yaitu menjadi pengantin pengganti untuk atasannya yang memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Lalu akan seperti apakah kehidupan rumah tangga mereka berlayar? Apakah dalam pelayaran dalam biduk rumah tangga ini mereka akan menemui pelangi, atau justru rintangan badai yang akan mereka jalani? Ikuti kisah selengkapnya eksklusif hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Niat awal Jonathan yang ingin libur hari ini ia batalkan. Sebab, berada di rumah sampai jam makan siang sangatlah membosankan. Oleh sebab itulah, akhirnya Jonathan memutuskan untuk pergi ke perusahaan.
"Selamat pagi, Tuan Muda," sapa Sekretaris Zahra.
"Pagi."
Zahra langsung mengambil buku agendanya dan berniat mengikuti Jonathan dan Paulus ke dalam ruangan Jonathan untuk membacakan agenda hari ini. Namun, Paulus mengangkat tangannya menginterupsi pada Zahra agar tidak ikut masuk, dan Zahra tentu tidak bisa melawan perintah Paulus. Akhirnya, Jonathan dan Paulus berlalu dari hadapan Zahra.
"Tidak biasanya Tuan Paulus menghalangiku masuk. Apa mereka ada urusan penting pagi ini?" monolog Zahra tak habis pikir. Sebab, biasanya ia akan ikut masuk ke ruangan Tuan mudanya untuk membacakan agenda, tetapi kali ini ia justru dilarang masuk.
Di dalam ruangan Jonathan, Jo duduk di kursi kebesarannya dan menyibukkan diri dengan berkas-berkas yang belum ia periksa sebelumnya. Sedangkan Paulus juga ikut sibuk mengurus beberapa berkas lain yang diberikan padanya.
Hampir empat jam Jo dan Paul di dalam ruangan Jo tanpa beranjak keluar sama sekali, hal itu membuat Zahra semakin bertanya-tanya. Bahkan, beberapa janji temu dengan klien telah Zahra cancel secara sepihak tanpa persetujuan Jo dan Paul, sebab dua laki-laki itu tidak ada yang bisa dihubungi sama sekali.
"Mereka sedang apa di dalam sana, kenapa tidak keluar-keluar juga." gerutu Zahra.
Dring...
Telepon di meja Zahra kembali berdering, dan langsung Zahra angkat dengan sedikit malas. "Halo?" sapanya ramah. "Maaf Tuan, mohon sampaikan pada Tuan Rahm bahwa Tuan Muda Jonathan belum bisa menghadiri jamuan siang ini." jawab Zahra setelah seseorang di seberang telepon menyampaikan maksudnya menghubungi Zahra. "Iya, baiklah. Sekali lagi atas nama Tuan Muda Jonathan Fox, saya meminta maaf. Terima kasih." Zahra meletakkan kembali gagang telepon ke tempat semula diiringi helaan napas kasar.
Zahra membuka buku agendanya, lalu mencoret nama Tuan Rahm yang tertulis di sana. Tanpa Zahra sadari, Jo dan Paulus telah berdiri di dekat meja kerjanya dan melihat apa yang barusaja ia lakukan.
"Sekretaris Zahra," panggil Paulus.
"Saya, Tuan." jawab Zahra sedikit terkejut, sebab ia benar-benar tidak menyadari kedatangan dua atasannya tersebut.
"Cancel semua agenda hari ini, Tuan Muda ada urusan penting."
"Siap Tuan."
Setelah mendengar jawaban Zahra, Jonathan dan Paulus kembali pergi, membuat Zahra kembali diliputi kebingungan. Tetapi Zahra memilih untuk tidak ambil pusing dan kembali fokus pada pekerjaannya.
...•••***•••...
Pukul sebelas siang, Jonathan akhirnya tiba di tempat janjian bersama Sherin. Bertepatan dengan kedatangan Jonathan, Sherin juga datang, hingga sepasang kekasih itu masuk bersamaan ke dalam.
Keduanya masuk ke ruang VVIP yang telah dipesan sebelumnya. Sembari menunggu pesanan datang, Sherin berdehem pelan untuk menormalkan detak jantungnya sebelum mengutarakan apa yang akan ia utarakan.
"Jo," Sherin memberanikan diri menggenggam tangan Jo.
"Sayang, ada apa?" Jo tentu terkejut, sebab Sherin tidak pernah menggenggam tangannya lebih dulu seperti ini.
"Aku ingin kembali meminta maaf atas kejadian tadi malam." ucap Sherin pelan.
"Ini sudah kita bahas tadi malam 'kan? Dan aku sudah katakan bahwa aku tidak apa-apa." ucap Jo lembut.
Sherin menggeleng pelan dengan air mata yang mulai berlinang di kedua mata indahnya. "Aku salah, aku terlalu gegabah menolakmu tadi malam."
"Sayang, apa yang kau katakan?"
"Lamaranmu tadi malam masih berlaku 'kan, Jo? Aku menerimanya, aku menerima lamaranmu." Akhirnya Sherin mampu mengucapkan kalimat ini ditengah air matanya yang mulai membasahi pipi.
"Sayang," Bukannya senang mendengar perkataan Sherin yang akhirnya menerima lamarannya, Jo justru merasa ada yang berbeda dari kekasihnya.
Jo bangkit dari duduknya, lalu memeluk kekasihnya yang kini tengah menangis. Jo tidak bersuara, ia memberikan waktu untuk Sherin meluapkan perasaannya. Setelah Sherin sedikit lebih tenang, Jo menarik kursi di samping Sherin, lalu duduk di sana.
"Sayang, katakan padaku ada apa?" tanya Jo lagi, kali ini intonasi suaranya jauh lebih lembut daripada sebelumnya.
Sherin menarik napas sejenak untuk menormalkan dirinya. Ia lantas menatap dalam-dalam kedua mata Jo. "Aku tidak bisa tidur semalaman Jo, dan aku sudah memikirkan ini dengan pikiran tenang. Aku tahu bahwa aku salah karena menolakmu tadi malam dan sekarang aku baru sadar bahwa tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain bisa menikah denganmu, orang yang aku cintai. Aku tidak peduli lagi dengan karierku, yang aku tahu, aku sangat mencintaimu dan ingin bersama denganmu selamanya."
"Benarkah?" tanya Jo tak percaya.
Sherin mengangguk yakin, "Aku menerima lamaranmu, Jo. Dan aku bersedia menikah denganmu."
Setelah mood-nya rusak semalaman sampai pagi ini, kini Jo akhirnya bisa tersenyum. Bahkan senyumannya begitu lebar, seakan ia telah memenangkan ribuan hal di bumi ini. Bagaimana tidak, kekasihnya mengatakan bersedia menikah dengannya, maka ia harus bahagia bukan?
...****************...
Guys, kita main aman dulu ya, santai dulu. Soalnya aku sebagai penulisnya agak deg-degan sama episode-episode selanjutnya. Aku takut kalau ada hal-hal yang aku tulis yang menyinggung perasaan kalian semua. Soalnya aku juga sadar kalau menulis novel dengan mengangkat tema dua keyakinan berbeda ini pasti akan menuai banyak pro dan kontra. Tapi intinya, aku akan mencoba membuat alur novel ini berada di batas aman. Jadi, jangan lupa terus dukung karya aku ya, terima kasih.
Salam toleransi
double up