Dia tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang raja.
Namun jiwa seorang pemimpin sudah melekat sejak kecil dalam dirinya. Dan darah seorang raja mengalir dalam tubuhnya.
Carlos, seorang pemuda yang menjadi pewaris dan penerus dari kakek moyangnya Atalarik attar.
Namun tidak semudah seperti apa yang dibayangkan, rintangan demi rintangan harus ia hadapi. Mampukah Carlos menghadapinya?
Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini hanya fiksi belaka tidak ada kaitannya dengan dunia nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Raja William memerintahkan prajurit untuk membawa anak dan istri perdana menteri sebagai umpan untuk memancing perdana menteri keluar.
Karena Bram tidak kembali sejak hari itu. Jadi ia beranggapan jika Bram juga mengkhianati dirinya.
"Semua tidak bisa dipercaya," batinnya. Raja William lupa jika dirinya lah pengkhianat sesungguhnya.
"Tinggalkan aku sendiri," pinta raja William.
"Baik Yang Mulia," jawab penasehat.
Penasehat istana pun pergi meninggalkan raja William sendirian. Raja William kembali ke kamarnya dan berbaring di ranjang, kemudian bangkit lagi.
Saat ini hatinya sedang gelisah tidak menentu. Berdiri salah duduk pun salah dan berbaring pun salah.
Raja William akhirnya berjalan ke kamar permaisurinya. Tanpa mengetuk pintu iapun langsung masuk.
"Salam Yang Mulia, ada apa gerangan datang ke kamarku? Biasanya Yang Mulia lebih betah di kamar selir," tanya permaisuri sedikit menyindir.
"Entahlah, aku merasa gelisah tidak tahu kenapa?" jawabnya.
Permaisuri pun mempersilahkan raja untuk duduk disampingnya. Dengan sedikit pijatan, raja pun merasa nyaman.
"Kalau ada masalah baru datang kemari, mentang-mentang aku sudah tua," gumam permaisuri.
"Kamu bilang apa? Kurang jelas," tanya raja William.
"Tidak ada, raja istirahatlah, sebentar lagi putra kita pulang. Raja serahkan saja kepemimpinan kepada putra kita," kata permaisuri.
Raja William terdiam, ia belum yakin untuk menjadikan putranya sebagai raja. Bisa-bisa akan mengacaukan semuanya. Begitulah pemikiran raja William.
"Kenapa? Jangan bilang kamu tidak setuju? Siapa lagi kalau bukan putra kita?"
"Franky masih terlalu muda, usianya juga baru 20-an tahun. Aku tidak yakin dia mampu."
Permaisuri terdiam, ia tidak ingin memaksa suaminya lagi. Mungkin ada saatnya nanti, suaminya akan bersedia memberikan tahta kerajaan kepada putranya.
Sementara Carlos sudah menghubungi Zio untuk menangkap prajurit yang diutus oleh raja William.
Para bawahan Zio yang berada di laut pun menerima perintah dari Zio untuk menangkap prajurit tersebut dan mengurungkan. Jika raja William sudah mereka kalahkan, barulah prajurit tersebut mereka lepaskan.
"Paman, kita sudah tahu pergerakan mereka. Sebaiknya sekarang kita berkumpul di suatu tempat," kata Carlos.
"Aku ada tempat yang aman dan tidak jauh dari istana. Sebuah rumah yang dulu aku beli tanpa sepengetahuan siapapun kecuali pemilik rumah tersebut," kata Andreas.
"Tapi itu sudah sangat lama, aku meminta orang untuk menjaganya. Dan sekarang aku tidak tahu bagaimana lagi tentang rumah itu," imbuh Andreas.
"Kita coba dulu saja, kalau tidak bisa kita akan bergabung di hotel," ujar Carlos.
"Ayah tidak tahu kamu punya rumah, kapan kamu beli?" tanya kakek Bahram.
"Sebelum aku dilantik menjadi raja, aku hanya ingin membantu pemilik rumah itu saat dalam kesulitan. Jadi ia menawarkan rumahnya sebagai jaminan. Aku terima saja, tapi meminta mereka untuk menjaga rumah itu," jawab Andreas.
Carlos pun menghubungi Carla agar di jemput kemari dengan mobil besar. Karena mobil yang ada tidak cukup untuk mereka.
Aqila dan Oscar cemberut karena mereka tidak sempat untuk menjelajah hutan. Melihat hal itu, Sofia berinisiatif mengajak mereka sebelum jemputan tiba.
"Terima kasih kak, kakak sangat pengertian sama aku," ucap Aqila.
Sofia merasa senang, Aqila walaupun masih muda, tapi postur tubuhnya sudah seperti Sofia.
"Siapa ingin ikut?" tanya Sofia. Tidak ada yang menjawab, jadi Sofia menganggap tidak ada yang ingin ikut kecuali mereka berdua yaitu Oscar dan Aqila.
"Jangan lama-lama." Carlos berpesan pada Sofia. Sofia mengangguk sambil tersenyum.
"Kak, kak Carlos belum pernah perhatian sama cewek, tapi dengan kakak sepertinya kak Carlos berbeda," kata Oscar.
"Mungkin perasaan kalian saja, gak kok, dia tidak perhatian seperti yang kalian lihat," sangkal Sofia.
Aqila menanyakan tentang hewan buas di hutan ini. Namun Oscar yang menjawab, yang namanya hutan pasti ada hewan buas.
"Kalian takut?" tanya Sofia.
"Kalau punya kak Carlos sih gak takut, soalnya sudah jinak dan kenal kami," jawab Aqila.
Mereka terus berjalan tanpa tujuan, sebab mereka hanya penasaran dengan hutan ini. Saat ketemu hewan, mereka hanya memperhatikan nya saja.
Walaupun mereka membawa panah, namun Sofia melarangnya untuk memanah hewan tersebut.
Setelah merasa cukup, merekapun kembali ke rumah gubuk. Dan ternyata jemputan mereka sudah tiba.
"Kalian lambat, hampir saja kalian kami tinggal," kata Carlos.
"Tinggal saja, gak apa-apa kok," ujar Aqila.
"Dek." tegur Carla karena menjawab perkataan Carlos. Aqila seketika diam saat ditegur.
Merekapun berangkat dengan bawaan seadanya. Mereka akan mulai menyerang besok hari.
...****************...
Hari ini mereka sudah berkumpul. Carlos mengatur strategi, Zio dan Arsy Carlos perintahkan untuk memimpin satu pasukan dari sebelah barat.
Kemudian yang lain dari sebelah utara, timur, dan selatan. Semuanya di bagi menjadi empat bagian dan mengepung empat penjuru.
Sementara Carlos, Andreas dan yang lainnya akan masuk dari gerbang istana. Carlos membawa beberapa orang saja. Karena yang lainnya sudah di posisi mereka masing-masing.
"Ingat, para pengawal ataupun prajurit jangan ada yang di bunuh. Lumpuhkan mereka saja. Karena tujuan utama kita adalah raja William dan orang kepercayaannya yang sudah berkhianat," kata Carlos.
Mereka semua setuju dan mengangguk serentak. Merekapun mulai bergerak dari rumah yang di beli oleh Andreas.
Persiapan yang cukup matang pun mereka sediakan. Seperti alat untuk memanjat tembok istana yang cukup tinggi.
"Siap?" tanya Carlos melalui earphone. Merekapun menjawab siap. Carlos pun meminta perdana menteri untuk penjaga gerbang membuka pintu.
Sementara mereka bersembunyi terlebih dahulu, nanti saat pintu gerbang dibuka, barulah mereka masuk.
"Buka pintunya!" perintah perdana menteri.
Mereka yang berjaga tidak pun patuh. Mereka mengira jika perdana menteri bertugas di luar. Jadi para penjaga pun segera membuka pintu gerbang.
"Aahhh...!" penjaga menjerit saat perdana menteri memukulnya. Kemudian merekapun masuk.
Mendengar jeritan rekannya, yang lain pun segera mengepung perdana menteri. Sementara Carlos dan yang lainnya pun memburu masuk.
"Penyusup...!" teriak penjaga yang lain. Namun belum sempat ia menjerit lagi, Carlos sudah lebih dulu memukulnya hingga pingsan.
"Mereka kemari," kata Carlos.
Mereka maju saat melihat para pengawal mendatangi mereka. Seketika tempat itu menjadi huru-hara.
Raja William yang belum menyadari hal itu masih duduk di singgasana miliknya. Namun seorang pengawal datang melaporkan kejadian ini.
"Lapor Yang Mulia, istana di serang."
"Apa?!" Raja William segera bangkit dari duduknya dan mengambil senjatanya.
Ia melihat di luar sudah terjadi pertempuran, bahkan baku tembak juga tidak dapat dielakkan.
"Bagaimana ini bisa terjadi...?" bentak raja William.
Namun bentakan nya hanya sia-sia. Karena para pengawal dan prajurit semuanya sudah melawan musuhnya.
Sementara disisi lain juga terjadi pertempuran. Dari empat penjuru istana semuanya sudah dikepung.
Para pelayan istana hanya bisa bersembunyi ketakutan. Namun mereka tidak diapa-apakan oleh keluarga Henderson dan yang lainnya.
mending perang apa bunuh²an aja .. wkkwkw