Ara harus cepat-cepat kembali ke Indonesia karena mendengar bundanya sakit. Dia sampai harus kehilangan kontrak kerjasama dengan salah satu perusahaan yang sudah lama diincarnya karena mengkhawatirkan kondisi sang bunda. Namun apa yang terjadi di Indonesia tidak sepanik seperti apa yang ada dalam benak Ara.
Bahkan ini semua hanya rencana sang bunda untuk menjodohkan Ara dengan putra dari teman baiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 8
Maya dan kedua anaknya kini sedang sarapan bersama. Tampak wajah maya lebih segar daripada sebelumnya. Dia senang bisa berkumpul dengan anak-anaknya.
"Bunda, mau tambah lagi makannya?"tanya Ara.
"Sudah, nak. Bunda sudah kenyang."
"Ara, kamu nanti temanin bunda jalan-jalan ya?"sahut Angga. Ara mengangguk.
"Bunda, nanti kita jalan-jalan kemanapun bunda mau,"kata Ara kepada sang bunda. Maya tampak sangat senang melihatnya.
Angga juga senang bisa melihat senyum sang bunda kembali. Selama ini dia hanya melihat kesedihan di wajah bundanya.
"Ara, nanti temanin bik nah belanja bulanan ya, selama ini yang temanin bik nah itu bunda. Kamu gantiin bunda ya,"ujar Maya. Ara mengangguk.
"Oya, kalau kamu butuh pekerjaan akan kakak tanyakan di teman-teman kakak,"ujar Angga.
"Ya, nanti dulu kak, aku masih ingin bersama-sama bunda dulu,"kata Ara.
"Baiklah, kalau begitu,"Angga menyudahi perkataan nya.
Maya dan Ara mengantar kepergian Angga sampai depan pintu.
"Kakak tidak kepikiran untuk menikah Bun?"tanya Ara. Sang bunda menggeleng.
"Entahlah, Angga dan kamu sama saja. Menyiksa batin bunda,"keluh sang ibu.
"Apa maksud bunda?"tanya Ara tidak mengerti.
"Bunda ingin segera menimang cucu, tetapi yang ada sampai bunda sakit-sakitan begini belum ada satupun cucu,"mendengar keluhan sang bunda membuat Ara tersenyum.
"Kak Anggi kan nantinya juga akan memberi bunda cucu,"sahut Ara.
"Apalagi dia, selama ini tidak pernah ingat bunda. Mereka juga belum mendapatkan momongan,"keluh Maya.
"Saat nya nanti pasti akan tiba Bun,"ujar Ara. Maya mengangguk.
"Ya, itu pasti."
Ara mendorong kursi roda Maya dan berjalan di taman belakang rumah mereka. Jangan salah, keluarga Handoko adalah keluarga kaya raya. Anggara putra Handoko adalah pengusaha pertelevisian yang sukses. Dia dan Kevin Pratama adalah rekan kerja sekaligus sahabat baik sejak mereka SMA.
"Nyonya memanggil saya,"seorang perempuan berusia 50 tahun menghadap kepada Maya.
"Iya bik, nanti bibik di temani non Ara ya buat belanja bulanan kebutuhan. Saya masih kurang enak badan,"ujar Maya.
"Baik, nya."
"Ra, daftar belanjaan sudah di bik nah, uangnya ada di laci kamar bunda,"ujar Maya.
"Baik, Bun. Ara antar istirahat ya di kamar bunda,"ajak Ara.
**
"Kak Kendra tunggu aku,"seorang wanita muda dengan dandanan kelas wanita sosialita mengejar langkah Kendra.
"Cukup, nadien,"Kendra berbalik dan menghentikan langkah sepupunya itu.
"Kak Kendra, kakiku sakit tahu,"ucap nadien dengan nada manja. Sejak lama dia sangat mengagumi Kendra Daniswara. Dia ingin bersanding dengan kendra dan menjadi nyonya Daniswara adalah impiannya sejak dulu. Namun Kendra selalu bersikap dingin kepadanya.
"Hentikan, jangan bertingkah yang justru akan membuatmu malu,"ucap Kendra tanpa peduli dengan sikap nadien yang meminta belas kasihannya.
"Kak Kendra, bukannya kakak janji akan mengajakku makan,"ujar nadien kesal akan sikap Kendra yang selalu menolaknya.
"Aku melakukan itu untuk papa, janjiku sudah kulakukan, apa lagi,"kendra berlalu meninggalkan nadien yang masih tetap mengejarnya.
"Pak Fajar, barang-barang yang lain masukkan ke bagasi saja,"ujar Ara.
"Baik, non." Sang sopir berlalu sambil membawa beberapa belanjaan.
"Bik nah, temani aku beli syal untuk bunda ya,"ujar Ara kepada bik nah.
"Bik, kita ke toko itu ya."
"Baik, non."
"Kak Kendra, tunggu..."
Brukk!
"Aduuh...kamu!!!"