The Mystery Of Life: MAGICAL TREE

The Mystery Of Life: MAGICAL TREE

CHAPTER 1 - THE WORK

Pada hari Selasa di jam 6.00 pagi, aku baru saja bangun dari tidurku yang cukup nyenyak dan membuka mataku lalu melihat ke arah langit-langit kamar tidurku itu yang berwarna cream dengan sebuah lampu gantung yang tidak terlalu panjang menjuntai ke bawah dan tidak terlalu mewah, kira-kira hanya terdapat 3 bohlam di lampu gantung itu yang terletak di tengahnya.

Lalu beberapa menit setelahnya aku pun bangun dari kasurku itu dan duduk di sana sebentar, aku pun melirik ke arah jendela dengan tirai gordennya yang terbuka lebar berada tepat di samping kiri tempat tidurku itu. Cahaya sinar matahari yang saat itu menyinari kamarku dengan terang dan hangat membuatku merasa tidak terlalu mengantuk lagi.

Aku pun mulai beranjak dari kasurku itu dan berjalan menuju meja kerjaku yang ada di tepat sebelah kanan tempat tidurku itu. Aku menarik kursi yang ada di depan meja belajarku itu dan duduk di sana sambil menyalakan laptopku yang ada tepat di hadapanku itu.

Sembari menunggu laptopku itu nyala, aku pun membuka buku catatan harian tentang detail jumlah pemesan buket bunga yang ditujukan untuk membantu usaha buket bungaku yang di mana saat beberapa hari yang lalu sudah aku buka juga melalui toko online. Ternyata pesanan buket bunga yang harus dikirim hari ini jumlahnya mencapai 10 buah, namun buket yang harus dikirim kali ini kebanyakan adalah tipe ukuran yang tidak terlalu besar.

Di toko buket bungaku ini, ada beberapa tetanggaku yang memesan buket bunga dariku, entah itu untuk keperluan wisuda anaknya atau bahkan untuk acara kondangan mereka. Toko buket bunga ini telah dibuka sejak 3 tahun yang lalu, jujur di saat pertama kali aku dan seorang kakak perempuanku memutuskan untuk memulai usaha ini, kami rela berjualan sampai berkeliling beberapa kompleks hanya untuk menawarkan buket bunga ini. Namun setelah seminggu kami berjualan, akhirnya kami memutuskan untuk berjualan di depan sekolah saja karena kami yakin pasti anak-anak bahkan remaja sangat menyukainya jika dijual setangkai bunga. Apalagi mengingat di zaman sekarang banyak anak-anak usia SD yang sudah mulai berpacaran, bahkan jumlahnya yang terkadang melebihi remaja.

Banyak pengusaha buket bunga berkata bahwa usaha ini tidak mendapatkan keuntungan sama sekali atau malah rugi, namun kami tidak peduli karena sesungguhnya kegiatan ini dilakukan hanya karena kami menyukainya. Di luar itu aku masih punya pekerjaan lainnya sebagai pemain piano atau biasa dapat disebut pianis yang tampil di berbagai acara seperti acara ulang tahun, acara pesta kantor, ataupun acara pesta lainnya.

Aku juga merupakan seorang penerjemah bahasa Inggris di sebuah agensi penerjemah khusus karya seni seperti novel, komik, ataupun yang lainnya dan aku dapat mengerjakan penerjemahan itu hanya dari rumah ataupun di tempat lain yang mana ini artinya aku tidak harus ke kantor untuk menerjemahkan semua hal itu.

Aku pun menutup buku catatan itu lalu menaruhnya kembali di atas meja kerjaku itu dan menatap layar laptop milikku yang sudah mulai nyala dan berfungsi itu. setelah itu, tangan kananku dengan gercep memegang sebuah mouse dan menggerakkannya lalu memencet ikon aplikasi dari agensi penerjemahan itu yang bernama TraensLitey untuk melihat apa saja daftar bacaan hari ini yang harus aku terjemahkan, selain itu juga untuk mengisi daftar hadir yang ada di aplikasi itu.

Lalu ketika aplikasi itu sudah terbuka di layar laptopku itu, jari jemariku dengan cepat mengetik nama lengkapku untuk mendaftar absensi pada hari ini. Setelah selesai mengisi absensi itu, aku pun langsung berjalan menuju kamar mandi yang terletak di sebelah kanan meja kerjaku itu untuk mandi, bersiap dan segera makan sarapan.

Sementara itu, di ruangan dapur tepat terletak di sebelah kiri kamar tidurku terlihat seorang kakak perempuanku yang saat itu mengenakan atasan kaos berwarna merah dengan corak garis-garis berwarna jingga muda dan bawahan celana pendek santai selutut berwarna biru muda dengan corak polkadot berwarna putih akhirnya sudah selesai memasak nasi goreng untuk sarapan hari ini dan saat ini sedang bersiap menghidangkannya untuk disajikan kepada kami di atas meja makan yang berada di depan dapur.

Tak lama kemudian, ibu kami yang saat itu sedang mengenakan atasan kaos berwarna biru tua dengan gambar bunga matahari berukuran lumayan besar di depan kaosnya itu dan celana santai berwarna hijau muda dengan panjang sebetis baru saja meninggalkan sebuah rajutan pakaian bayinya yang berwarna merah itu dalam kondisi yang masih belum selesai dan setengah jadi itu di atas meja bundar yang berwarna coklat muda dan terletak di depan sebuah sofa panjang berwarna abu-abu di sebuah ruang tamu akhirnya berjalan datang menghampiri kakakku yang sedang menaruh piring berisi nasi goreng di ruang makan untuk kami dan bertanya kepadanya sambil menatap ke arahnya, “Veirena, kamu bilang kamu akan buka apotek. Kapan bukanya?”

Setelah kakak perempuanku yang bernama Veirena itu selesai menaruh dan menata beberapa piring berisi nasi goreng itu untuk kami, akhirnya ia pun menoleh kembali ke arah ibu kami dan menjawabnya dengan intonasi nada suara yang santai, “Minggu depan bu, aku sama beberapa temanku udah ngurus surat izin dan keperluan lainnya. Semua barang-barang untuk membuka apotek juga sudah dipesan dan banyak juga yang sudah sampai”

“Apoteknya nanti di dekat sini juga kan lokasinya?” Tanya ibu kami dengan tujuan untuk memastikan kembali.

“Iya bu, tinggal jalan kaki aja udah nyampe. Oh iya ini sarapannya udah jadi, ibu sama ayah makan dulu aja” kata Veirena sambil menatap ke arah ibunya itu dan berjalan menuju teras di luar rumah untuk memanggil ayahnya makan sarapan terlebih dulu.

Saat di teras depan rumah, tepat di samping kiri pintu masuk rumah terdapat sebuah sofa kayu yang nyaman beserta 2 buah bantal berwarna abu-abu dan juga sebuah meja kecil di depan sofa tersebut. Di sana terlihat seekor kucing betina berwarna hitam putih sedang duduk manis di sofa itu dengan ditemani oleh ayah kami yang juga sedang duduk di sebelah kanannya kucing itu sambil membaca sebuah buku tentang keuangan yang di mana saat beberapa hari yang lalu baru saja diberikan oleh seorang temannya itu.

Veirena pun membuka pintu masuk rumah dan berjalan perlahan menuju ayah kami lalu berkata kepadanya untuk menyuruhnya makan sarapan, “Ayah ayo makan sarapannya, aku sudah bikin nasi goreng”

Ayah kami pun langsung berhenti membaca bukunya itu lalu menoleh ke arah Veirena dan beranjak dari tempatnya sambil membawa buku itu serta menjawabnya dengan nada suara yang terdengar sedikit kesal kepadanya, “Iya aku makan”

Setelah itu, ayah kami pun langsung masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ruang makan hanya untuk memakan sarapannya itu. Veirena yang masih berada di sana pun tiba-tiba merasa adanya sesuatu yang aneh, pasalnya ayah kami tidak pernah sembarangan merasa kesal apalagi berbicara dengan keluarganya sendiri dengan nada kesal seperti ini.

Namun meskipun begitu, Veirena pun memutuskan untuk mengabaikannya saja dan berpikir mungkin saja ayah kami berada dalam suasana hati yang kurang baik maka itu ia tidak sengaja melepaskan perasaan kesalnya itu kepadanya. Lalu ia pun melihat ke arah kucing betina itu dan tersenyum gemas ke arahnya, kucing betina itu memiliki bentuk wajah yang cantik dan imut seperti anak kucing yang baru berusia 5 bulan.

Ia pun langsung berjalan mendekati kucing betina itu dan duduk di samping kirinya sambil mengelus kepala kucing tersebut dengan tangan kanannya dengan perlahan dan halus.

Setelah beberapa menit ia mengelus kucing itu, tiba-tiba kucing betina itu pun berdiri dan meregangkan dirinya sendiri lalu setelah itu ia pun berjalan pelan ke arah Veirena dan duduk dengan nyaman di pangkuannya. Veirena yang melihatnya itu pun langsung tersenyum senang lalu berkata kepada kucing itu, “Kamu nyaman sekali berada di dekatku”

Tak lama kemudian, Veirena pun teringat bahwa jadwalnya bekerja sebagai apoteker di sebuah rumah sakit telah diganti untuk minggu ini, sehingga hari ini ia harus berangkat lebih awal lagi. Maka dari itu, raut wajahnya berubah menjadi sedih ketika harus berpisah dengan kucing betina imut itu. Veirena pun langsung menatap kucing itu dengan perasaan sedih lalu berkata kepadanya sambil menggendong kucing itu agar lepas dari pangkuannya, “Sayang, aku harus segera pergi bekerja dulu ya. Nanti saat aku pulang baru kita akan bermain lagi”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!