Alexa, pewaris klan Black Dragon, hidup dalam bayang-bayang balas dendam. Ketika keluarganya dibantai, ia bersumpah untuk membalas dendam dan merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi miliknya. Dalam perjalanannya, ia bertemu Erick, seorang playboy yang perlahan mulai jatuh cinta padanya. Namun, cinta mereka terancam oleh ambisi dan dendam yang membara, Alexa harus memilih antara cinta, balas dendam, dan takdirnya sebagai pemimpin.
"Jauhi aku dan jangan pernah mengejar dan mengharapkan cintaku" Alexa Onyx Medici
"Aku telah jatuh cinta padamu sejak awal kita jumpa, jangan pernah pergi dari sisiku" Raj Erick Aditya Narayan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chery red, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Salah pilih lawan
Diana dengan muka merah padam dan menahan malu karena kelakuan dan perbuatan nya di kuliti habis-habisan di depan seluruh pegawai dan karyawan perusahaan tak membuat nya menurunkan kesombongannya. Dengan congkak dan santai dia berjalan menuju mejanya dan perlahan membereskan barang-barangnya, memasukkan semua nya kedalam dus.
Matanya memelototi semua orang yang berbisik lirih membicarakan dirinya. "Lihat saja nanti kau cupu culun, jallangg murahan yang merebut perhatian semua lelaki yang aku sukai. Akan aku buat kamu kehilangan nyawamu karena sudah berani mengusik dan mengadukkan ku pada Erick. Akan ku buat kamu diputuskan oleh Mike lalu akan ku rebut Mike dari sisimu." ucap Diana geram dalam hatinya.
"Aku akan meminta bantuan pada Ramli, dia kan anggota clan Red Frog yang berada di bawah naungan clan McGinn yang merupakan salah satu anggota inti dari kelompok mafia King Cobra. Tak masalah jika dia memintaku menjadi penghangat ranjang nya selama seminggu yang penting si cupu culun itu menghilang dari muka bumi" sambungnya.
Berjalan dengan mendongakkan wajahnya, Diana menatap penuh dendam pada Alexa yang tengah membereskan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi selesai. Alexa bahkan tak menghiraukan Diana, terlalu fokus menyusun lembaran berkas yang akan di serahkan langsung pada Dewa.
"Eh Cupu keparrat, lihat saja bagaimana aku merebut kekasih mu Mike. Dia akan berpaling pada ku dan akan meninggalkan mu menangis tersedu-sedu. Pak Erick tak bisa kudapatkan pun tak mengapa, asal aku bisa mendapatkan pacar mu. Toh pacar mu tak kalah ganteng dengan Pak Erick atau Pak Dewa." seru Diana sebelum meninggalkan ruangan departemen pemasaran.
Trio ember yang kebetulan lewat, mendengar ancaman Diana terbelalak kaget. Stevani, Angela dan Claudia tentu saja tidak melewatkan kesempatan mengumpulkan informasi tentang ucapan Diana yang mengancam Alexa. Mereka bertiga mengetahui dengan pasti betapa sayang dan betapa mesra perlakuan Mike pada Alexa di setiap pertemuan mereka.
"Lha katanya si Diana naksir bos kita, ini kok malah pengen merebut pacar si Ale. Padahal kan si Diana udah santer tuh menyebarkan berita jika dia dan Pak bos akan menikah. Malah kemarin di kantin sempat pamer cincin yang katanya pemberian dari Pak bos." dengan bisik panggung, Claudia berbicara pada Angela.
" Halu nya sudah bukan kaleng-kaleng, sudah tingkat master." sambung Stevani. Sedangkan Angela sibuk mengetik di grup, memberi tahu semuanya tentang perkataan Diana.
" Minggir... Minggir... Menghalangi jalan saja. Kalian ini sudah badan sebesar gajah bengkak dientup tawon setidaknya sadar diri lah, sudah tau jalan sempit. Malah berjejer macam mau salaman sama presiden saja. Hus.. hus... Minggir sana !" usir Diana pada trio ember yang menghalangi jalannya.
"Eh nenek gayung, yang harus sadar diri itu kamu. Udah tau muka pas-pasan itu pun hasil oplas masih kepengen bersanding dengan Pak bos yang cakep nya ngalahin Orlando Bloom si bajak laut tampan. Ngarep banget sih di jadiin istri Pak bos." cibir Claudia membalas perkataan Diana.
Adu mulut terus berlanjut, Alexa yang sudah selesai menyusun lembaran berkas laporan hasil survei reken kerja nya segera berjalan keluar dari ruangan itu menuju ke ruangan Dewa dan menyerahkan pekerjaan nya langsung pada Dewa. Dewa pun tersenyum tipis, memeriksa sekilas hasil kerja Alexa kemudian menyuruh Alexa pulang.
Alexa tertunduk dan membetulkan letak kacamatanya buru-buru mengucapkan terima kasih dan segera keluar dari ruangan Dewa. Membereskan barang-barangnya lalu pulang.
Namun baru saja dia dan beberapa orang dari departemen lainnya antri untuk masuk lift, Alexa didorong dengan keras hingga hampir terjungkal. Belum lagi kepalanya panas dan sakit karena rambutnya dijambak dengan keras oleh seseorang.
" Rasakan ini jallangg murahan, rasakan sedikit pembalasanku padamu setan... Kamu telah berani merebut perhatian semua orang. Kamu telah berani merebut cinta Mike. Rasakan ini.. Sakit ? Ini belum seberapa dibandingkan sakitnya hatiku melihat Mike memanjakan dirimu." ucap Diana sambil menjambak dan menarik-narik rambut Alexa.
Alexa yang berusaha menahan amarah sedari tadi akhirnya tak dapat menahan diri. Ditariknya tangan Diana dan mengangkat badan Diana dengan teknik banting yang tidak dapat dihindari oleh Diana.
Brug.. Krak..
Tubuh Diana terangkat dan terbanting keras ke lantai. Orang-orang yang melihat reaksi Alexa sampai tercengang, tidak mengira jika Alexa yang bertampang lugu dan polos juga culun mampu membanting Diana dengan. Salah satu teknik banting bela diri Aikido dengan sempurna.
Diana yang terbanting di lantai dengan posisi tidak elit meringis menahan sakit dan malu. Berusaha bangkit, namun punggungnya serasa patah.
"Dasar kurang ajar, berani kamu melukaiku. Apa kalian lihat-lihat hah ?" seru Diana geram sambil berusaha untuk duduk.
Sementara Alexa hanya menatap nya acuh dan membenahi penampilannya, seakan-akan tak terjadi apa-apa. Menepuk-nepuk bajunya seolah membersihkan debu yang menempel.
"Ale, kamu engga apa-apa? Kepalanya sakit ? Jahat banget sih ondel-ondel menjambak kamu. Padahal kamu kan engga mengusik dia. Kecakepan dan so cantik banget deh," tanya salah seorang rekan kerja Alexa yang berbeda departemen, prihatin dengan kejadian yang menimpa Alexa barusan.
"Terimakasih, sedikit sakit kepalaku tapi masih bisa aku tahan. Untunglah sudah jam pulang. Entah bagaimana jadinya jika kejadian nya pagi hari." jawab Alexa menenangkan rekan kerjanya.
Trio ember yang melihat kejadian itu tentu saja tidak melewatkan kesempatan untuk bergosip. Mereka bertiga dibuat melongo melihat kemahiran Alexa membanting tubuh Diana dengan keras.
"Luar biasa ya.. Engga kusangka ternyata si cupu bisa Aikido."
"Diam-diam menghanyutkan dia. Sayang banget culun. Coba kalo engga culun pasti banyak yang naksir"
"Aku sih engga kasian sama Diana. Orangnya congkak dan arogan, udah itu lagaknya sudah seperti nyonya besar saja. Menyuruh ini itu pada junior nya."
"Bahkan ada beberapa teman ku yang mengundurkan diri dari perusahaan ini karena tak tahan dengan kelakuan Diana dan selalu di bully oleh dia. Untung sekarang pak bos mengetahui kelakuan Diana dan langsung memecatnya."
Beberapa orang sibuk bergosip dan membicarakan Diana sampai masuk ke lift. Sedangkan Alexa hanya menundukkan kepalanya, merutuki kesabarannya yang setipis kertas. Sesampainya di lobby perusahaan, Alexa berjalan santai menghampiri Mike yang telah berjanji akan makan malam bersama. Mereka berdua akhirnya meninggalkan perusahaan menuju ke sebuah restoran yang telah Mike reservasi.
Sepulangnya dari makan malam bersama Mike yang seperti biasa penuh canda tawa dan drama, Alexa membersihkan diri dan sebelum tidur dia menyempatkan untuk mengecek email di pasar gelap. Tak ada penawaran menarik, Alexa pun mengakhiri pengecekan nya dan berlanjut berlayar ke pulau mimpi. Mengistirahatkan tubuhnya, sementara Mike tidak menginap, sibuk dengan urusan nya sendiri.
Beberapa hari kemudian, Alexa yang telah menjadi asisten pribadi Erick, diberi setumpuk buku untuk dipelajarinya. Dewa tengah mempersiapkan Alexa untuk menggantikan dirinya sementara waktu.
Sudah hampir dua minggu Alexa digembleng oleh Dewa, hingga malam ini setelah ikut lembur menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk, Alexa berjalan gontai sambil sesekali membenarkan letak kacamatanya dan juga membenahi rambutnya yang dicepol asal. Menyusuri sebuah gang sempit yang diketahui oleh Alexa untuk memotong jalan menuju ke sebuah taman di belakang perusahaan, tiba di taman itu Alexa menghentikan langkahnya dan tanpa menoleh ke belakang dia tersenyum kecil.
"Keluar lah kalian, aku tau jika kalian telah mengikuti ku selama ini." seru Alexa lantang. Beberapa orang lelaki keluar dari persembunyiannya mengepung Alexa sambil menggenggam senjata tajam juga tongkat baseball dan tongkat besi.
Menyeringai lebar salah seorang dari mereka mengusap bibirnya dengan jempolnya dan memandang tubuh Alexa dengan mesum. Sementara yang lainnya menjulurkan lidahnya membasahi bibir mereka, tergiur dengan bentuk tubuh Alexa yang ramping tersembunyi di balik baju model kuno yang menambah kesan culunnya.
" Jangan judes-judes manis, sebaiknya kamu dengan sukarela menyerahkan tubuhmu dan layani kami semua sampai puas. Aku jamin jika kamu akan ketagihan dan akan mencari kami terus menerus ingin dipuaskan oleh kami. Jadi jangan menghindar manis !" ucap salah seorang dari mereka yang mempunyai codet di pipinya.
Alexa yang saat ini tengah dalam kondisi kesal oleh seorang manager keuangan yang mencoba membujuk nya dan merayu dirinya untuk bekerja sama dengannya mengakali laporan keuangan untuk menutupi korupsi yang dilakukannya dengan imbalan sejumlah uang, serasa mendapatkan angin segar untuk menyalurkan kekesalannya.
Tanpa banyak bicara, Alexa mulai menyerang mereka dengan tangan kosong. Pertempuran tak seimbang pun berlangsung. Alexa memukul salah satu pengepungnya dengan jab keras dan menendang keras perut pengepung lainnya yang berusaha melakukan kecurangan, menyerang Alexa dari belakang.
Kedua orang itu roboh merasakan sakit yang luar biasa, Alexa tidak segan-segan, dia yang sedang kesal dan membutuhkan penyaluran kekesalannya. Pukulan demi pukulan, tendangan demi tendangan dilancarkan oleh Alexa pada mereka. Mereka kewalahan mendapatkan serangan dari Alexa. Padahal mereka menyerang Alexa dengan senjata, namun tak sedikit pun mampu melukai tubuh Alexa.
Akhirnya mereka semua dapat dikalahkan oleh Alexa, tubuh para pengepung Alexa terkapar tak berdaya dengan menderita minimal beberapa tulang patah. Alexa menyeka keringatnya yang menetas dari kening nya. Peluh membanjiri tubuh Alexa. Sudah lama dia tak bertarung melawan banyak lelaki sekaligus. Kekesalan Alexa sedikit berkurang, dengan santai dia menghampiri si codet yang terkapar tak berdaya dengan beberapa luka memar dan patah tulang kaki dan juga tangannya, dia juga menderita luka dalam yang cukup parah.
Alexa berjongkok dan memegang pipi si codet, meringis menahan sakit di tubuhnya, si codet menatap ketakutan. " Katakan padaku siapa yang menyuruhmu menyerang ku ? Apakah kalian sudah bosan hidup?" bisik Alexa pelan yang hanya bisa di dengar oleh si codet.
"Kali ini aku melepas kalian, tapi jika kalian berani macam-macam lagi , ucapkan selamat tinggal pada dunia ini. Sekarang beri tahu aku siapa yang telah membayar mu?" sambung Alexa.
"A.. Aku tak tau siapa dia.. Di.. Dia hanya mengirimkan chat dan transferan upah. Dia hanya berkata jika kami harus menculik dan melenyapkan seorang wanita yang foto nya dikirim oleh dia. Dia juga berkata jika kami bisa memakai wanita itu sebelum kami menghabisi nyawanya." jawab si codet terbata-bata.
" Sumpah, aku tak mengetahui namanya, hanya saja dia seorang wanita, dia pernah sekali menelepon ku untuk memastikan kesanggupan ku melenyapkan mu." sambung si codet lagi.
" Baik, sekali ini aku lepaskan kalian. Pergilah ke rumah sakit dan obati teman-temanmu yang terluka." usir Alexa.
"Bagaimana mau ke rumah sakit, badanku serasa remuk begini dan juga beberapa tulang badanku patah. Anak buah ku pun sama." gerutu si codet dalam hatinya sambil berusaha menghubungi markasnya untuk meminta mereka mengirimkan beberapa orang untuk mengangkut mereka ke rumah sakit.
Alexa yang setelah memberikan ancaman pada si codet, segera melangkah pergi meninggalkan mereka semua. Sesampainya di basement tempat dia memarkirkan mobil tuanya, Alexa memasuki mobilnya dan sejenak mengistirahatkan tubuhnya sambil berkata "Kali ini jika kecurigaan ku benar maka aku tak akan segan-segan lagi untuk memberinya pelajaran. Siapapun dia... Dia salah pilih lawan."