BENIH TERTINGGAL

Arrghh

Noah menjatuhkan tubuhnya di samping Elara setelah hampir satu jam pergumulan panas keduanya berlangsung. Elara tampak kelelahan dengan keringat membasahi tubuhnya begitu juga dengan Noah masih mengatur napasnya yang memburu, rasa lega dan plong langsung Noah rasakan hampir satu tahun dirinya tidak bisa memuntahkan lahar panas begitu hebat dalam dirinya setelah kejadian pemerkosaan itu. Kali ini Noah bisa tersenyum puas.

"Terima kasih," Noah menarik tubuh polos Elara dalam pelukannya, menarik selimut untuk menutupi tubuh polos keduanya.

Elara yang merasa tubuhnya remuk dan lelah memilih untuk mencari kenyamanan dalam dekapan suaminya, kali ini tidurnya begitu cepat.

Noah mengusap rambut Elara lembut, menciumi pucuk kepalanya dengan sayang, banyak jenis wanita yang datang padanya silih berganti, wajah cantik tanpa cacat, bentuk tubuh profesional seperti model Miss universe, body montok depan belakang seperti gitar spanyol sudah Noah jajahi, akan tetapi bersama Elara wanita sederhana yang memiliki wajah manis membuat Noah merasakan perasaan aneh dalam hatinya. Ia menyukai Elara yang polos dan cantik, wajah dan hatinya tidak melihat dirinya dari segi materi, bahkan selama bersama Elara tidak pernah meminta sesuatu kecuali Noah yang memberinya.

Terdengar lenguhan kecil dan disusul rengekan dalam box bayi, Noah yang memang masih terjaga sambil memandangi wajah Elara yang terlelap, memilih untuk bangun.

Di benamkan kecupan di kening setelah menggeser kepala Elara pada bantal, karena sebelumya leganya sebagai bantalan kepala Elara.

Noah menyambar celana pendeknya tadi yang tergeletak di lantai, pria itu berjalan mendekati box bayi dan ternyata Noel tidur dalam gelisah.

"Apa kau lapar, boy?" bisik Noah sambil menempelkan ujung jarinya di pipi Noel membuat bayi kecil itu ngeliat ingin memakan jari Noah.

"Uhhh, anak ayah lapar." Bisik Noah yang langsung menyambar tubuh mungil Noel kedalam gendonganya.

Noah mengambil dot dan membuatkan susu untuk Noel, sejak Noel keluar Elara tidak bisa menyusui Noel, ASI-nya tidak mau keluar dan Noel pun harus meminum susu formula.

Terlihat sekali jika Noah melakukanya dengan hati-hati, pria itu sudah belajar dari Elara setiap istrinya membuat susu ataupun melakukan hal lain tentang merawat Noel, dan baru ini Noah melakukanya sendiri tanpa bantuan siapapun, ia tentu saja merasa bangga.

"Kita di sini dulu ya, kasihan ibumu yang kelelahan," Ucap Noah sambil mendekatkan pucuk karet dot pada bibir Noel dan langsung mendapat sambutan dari bayi kecil itu dengan lahap.

Noah saja sampai meringis melihat cara Noel menyesap karet dotnya, "Kalau ****** Elara di sesap seperti ini pasti akan sangat ngilu," gumam Noah. Padahal yang ia lakukan lebih parah dari pada Noel.

Noah lupa jika dirinya baru saja membuat ****** Elara lecet dan meninggalkan rasa perih, karena ulahnya.

Dasar Noah maniak!

*

*

Di tempat yang jauh dari kediaman Jhonson, tepatnya di sebuah rumah yayasan bagi orang yang memiliki kebutuhan khusus, seorang wanita yang biasanya tampil cantik dan glamor dengan wajah mulus dan kinclong seperti porselin, kini tidak ada lagi wajah itu, yang ada wajah kusam dengan kulit tubuh yang tidak lagi putih mulus, ada bintik-bintik merah memenuhi lengan tangannya, Berlin tampak seperti wanita sederhana umunya yang tidak pernah keluar masuk salon kecantikan.

"Berlin kau bereskan ruang bermain, disana berantakan sekali," Ucap salah satu senior di yayasan itu.

Berlin yang sedang membereskan sisa makanan di atas meja dari penghuni yayasan langsung membanting nampan yang ia pegang.

"Hey! kau bisa hati-hati tidak!" Ucap senior yayasan yang bicara dengan nada keras.

Berlin menatap tajam senior yang juga seorang wanita itu, "Apa kau ingin aku habisi, kau semena-mena denganku, kau tidak tahu siapa aku hah!" Berlin tak kalah keras membalas ucapan senior tadi.

Senior itu hanya menatap sinis Berlin dengan jijik. "Kau pikir aku takut? kau hanya wanita yang dibuang kelaurga Jhonson karena kau itu sampah, kau ingat, kalau tidak biar aku ingatkan," Senior itu maju sambil menunjuk dada Berlin menggunakan jari telunjuknya, "Tuan Alber sudah membuang mu, kau bukan lagi seorang nyonya yang di ratukan, lihat saja penampilan mu yang seperti gembel," sinis senior sambil menatap Berlin dari ujung kaki sampai ujung kepala, "Bau busuk, Cih!"

Berlin mengepalkan kedua tangannya dengan tatapan berapi-api, dadanya bergemuruh menyimpan sebuah kemarahan besar. Tatapannya begitu tajam namun tak membuat senior takut padanya, justru senior wanita itu tertawa mengejek.

"Beruntung kau dibuang ketempat seperti ini, karena tempat yang sangat pas untuk mu adalah rumah bordil." Ucap senior dengan nada mengejek di akhir kalimat sebelum pergi meninggalkan Berlin yang sudah memendam amarah.

"Sialan kau Alber, arrghh!!!"