Akibat salah bergaul dan tidak pernah mendengarkan nasehat orang tua. Vivian, baru saja duduk kelas 3 SMP mendapati dirinya tengah hamil. Vivian bertekad akan menjaga bayi tersebut tanpa ada niat sedikit untuk membuangnya. Vivian sangat menyayanginya, janin tersebut adalah darah dagingnya dan Aksel, mantan pacarnya. Disisi lain, hal yang paling Vivian hindari adalah Aksel. Vivian cukup menderita, Vivian tidak ingin Aksel masih dalam bayangnya.
Mereka masih sangat belia dan Aksel adalah anak laki-laki yang bisa menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Vivian seorang perempuan, yang menghadapi berbagai stigma masyarakat. Vivian memiliki tekad bahwa selagi otot yang kuat, tulang yang keras dan otak yang cerdas untuk mencukupi kebutuhan anaknya, dan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana Vivian melalui semua ini? Bagaimana dengan kedua orang tuanya?
Yuk ikuti kisah perjalanan, perjuangan serta tekad Vivian dalam Novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nysa Yvonne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24- Flashback 6 (Keluarga Maximus)Kejujuran
Alex yang merasakan kekosongan disampingnya, kemudian ia terbangun. Ia panik karena yang ia takutkan keadaan Aisha nantinya jika sesuatu yang terjadi. Ia beranjak dari ranjang tersebut memeriksa kamar itu tanpa menoleh ke Balkon berusaha memanggil-manggil Aisha.
Tentu saja Aisha mendengarkan panggilan tersebut. Namun dirinya bertekad memberikan pelajaran pada suaminya itu.
"Aisha!"
"Aisha!"
"Aisha!"
"Aisha!"
"Kamu dimana sayang..."panggil Alex terdengar suara tersebut panik.
Alex keluar dari kamar tersebut, Aisha yang sedari tadi di balkon yang tak kuat lagi menahan dinginnya malam itu ia masuk ke kamarnya dan duduk di sofa. Lampu kamar tersebut sengaja ia matikan.
Alex yang masih saja penuh kepanikan, membuat seluruh pelayan ikut kena imbas amukannya.
"Dimana nyonya kalian!"
"Masa menjaga Nyonya kalian saja tidak becus!" bentak Alex pada seluruh pelayan dan penjaga Mansionnya itu.
"Ma-maaf kami tuan, kami berusaha mencari nyonya tuan..."salah satu penjaga tersebut bersuara dengan nada bergetar, ia sangat takut dengan tuannya jika sudah mengamuk.
"Makanya cepat cari! Atau kalian tau akibatnya!"Alex yang masih emosi yang memburu, bergegas kembali ke kamarnya. Bodohnya ia tidak menyadari kamar tersebut semula lampunya hidup kini mati. Ketika ia menghidupkannya kembali, betapa bersyukurnya dirinya ia melihat Aisha baik-baik saja dan tampak duduk di sofa itu berdiam diri.
"Syukurlah sayang... Kamu ada disini..."Alex langsung saja menghampirinya dan hendak memeluk tubuh ringkih Aisha itu. Namun sebelum itu terjadi Aisha mengangkat tangannya mengisyaratkan agar dirinya tidak mendekat.
"Sa-sayang..."Alex yang bingung gelagapan dengan tindakan Aisha.
"Mas duduklah..."Aisha menitahkan itu, dan Alex mengikuti perintah tersebut dan duduk di sofa yang ditunjuk Aisha tepat didepannya itu. Setelah Alex duduk, kemudian Aisha mengeluarkan suara dengan nada dingin menatap Alex.
"Mas, ada yang ingin kamu ceritakan padaku?"tanyanya dengan nada dingin dan menatap mata elang milik Alex. Alex terdiam sejenak, berpikir apa maksud istrinya ini.
"Ti-tidak sayang, emangnya kenapa"Alex berkata demikian bahwa dirinya bingung dengan sikap istrinya saat ini.
"Baiklah kalau begitu, mulai hari ini mas jangan penah menampakkan diri dihadapanku."Aisha berucap demikian tentu saja Alex gelagapan. Dirinya tidak akan bisa berjauhan dengan Aisha.
"Ja-jangan begitu sayang, aku nggak mau! Kamu bisa tanyakan saja apa yang ingin kamu tanyakan..."sebelum Aisha hendak beranjak dari duduknya, tangannya kangsung di genggam erat oleh Alex.
Aisha mendengar hal itu, menarik nafas pelan dan kembali duduk. "Baiklah, apa kamu tidak bisa menjadi laki-laki yang gentleman mas?"ucapnya dingin menahan kesal melihat suaminya ini masih tidak menyadari maksud dari pertanyaannya itu.
Alex berusaha mencerna apa kira-kira maksud dari pertanyaan dari Aisha. "Olivia?" nama itu luncur begitu saja dari mulutnya untuk memahami maksud istrinya.
"Hmm..."Aisha hanya bergumam tanda menanggapi.
"Hff... Baiklah aku lan ceritakan semuanya dengan jujur tapi aku mohon kamu jangan menghakiminya. Karna ini murni kecelakaan saja"Alex menarik nafas panjang dan berusaha untuk jujur. Siap tidak siap, dirinya harus siap dengan semua yang akan terjadi.
"Tergantung"ucap Aisha cepat.
"Semua berawal lima minggu yang lalu tepat disaat anak kita ulangtahun..."suaranya mulai berat air matanya sudah menganak air.
"Broto! Brengsek itu yang membuatku mengkhianati pernikahan ini Ai... Percayalah padaku... Aku akan selalu mencintaimu dan segenap jiwa dan ragaku hanya milikmu..."airmata sudah meluncur begitu saja di pipinya.
"Jangan bicara begitu... Lanjutkan saja apa yang terjadi!"titah Aisha dingin lagi. Mendapatkan perlakuan seperti itu hati Alex tersayat, sakit tapi tidak berdarah. Alex mencoba meredam emosi ya yang berkecamuk itu.
"Aku terpaksa melakukannya di malam itu dengan seorang gadis yang tidak aku kenal. Awalnya Ia hanya menolongku tapi aku malah menodai gadis yang tidak berdosa itu..."jelasnya, membuat air mata Aisha lolos begitu saja
"Kau masih kejam Mas!"kecam Aisha dan Alex menggelengkan kepalanya.
"Aku juga tidak bisa lari saja dari tanggungjawab itu, aku juga sudah menelusuri latar belakang hadis itu. Ternyata... Ia yatim piatu yang dibesarkan disebuah panti asuhan..."ucapnya kembali.
"Jadi kalau ia yatim piatu jadi seenaknya saja mas memperlakukan ia! Begitu! Sejak kapan Alex ku yang sudah berubah kembali kejam seperti dulu..."Aisha tak kuasa menahan air mata dan nangis tergugu, mengingat betapa sulit ya menjadi Olivia.
"Bukan begitu sayang... Mas tidak ingin kamu terluka."ucapnya menggelengkan kepalanya.
"Dengan mengorbankan kebahagiaan orang lain begitu?"Aisha berkata begitu Alex hanya menggeleng kepalanya.
"Aku tidak bermaksud begitu... Percayalah..."Alex berusaha mendekat tapi Aisha masih menolak dirinya.
"Jika begitu tanggungjawab yang bagaimana yang kamu Maksud mas?"tanya Aisha seketika Alex terdiam. Istrinya butuh kejujuran dirinya saja, tidak mungkin jika Aisha tidak mengetahui kebenaran yang sebenarnya.
"Aku... Sudah menikahinya secara agama... Setelah kejadian itu aku langsung menikahinya, takut jika sampai anakku harus lahir diluar nikah..."jawab Alex dengan jujur. Mendengar hal ini, hati Aisha terasa ter iris.
"Jadi, alasannya hanya seorang anak, tanpa memikirkan perasaannya..."suara Aisha semakin berat.
"Jika menganggapnya sebagai perasaan, perasaanku sudah habis padamu seorang Ai. Aku tidak ingin berbagi hati dan menduakan dirimu. Percayalah, selama ini dia sudah cukup aku manjagakan dengan memenuhi keperluannya. Aku melarangnya bekerja dan cukup berdiam diri dirumah. Itu saja..."menjelaskan hal itu Aisha menghela nafas berat kembali.
"Mas tau, jika aku menjadi Olivia lebih baik aku lari darimu, daripada harus hidup terkurung tanpa bisa melihat dunia bebas. Itu sangat menyiksa mas..."setelah Aisha mengatakan hal itu Alex mulai tersadar. "Apa benar Olivia selama ini kesepian? Bukankah dia tidak pernah berulah dan patuh saja?"berbagai pertanyaan lainnya berputar begitu saja dibenaknya.
"Baiklah itu yang bisa kamu sampaikan... Satu permintaan dariku padamu mas. Terimalah dia dalam hidupmu, sebelum kamu menyesalinya. Aku tau ini sangat berat bagiku, tapi tidak ada salahnya berdamai dengan keadaan tanpa harus ada yang menahan sakit sendirian."ucap Aisha kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Alex seorang diri yang masih termenung mencerna pembicaraan itu sejenak.
"Apa benar Aisha akan menerima Olivia begitu saja. Jika dipikir lagi, aku sudah lama tidak mengecek kondisinya. Aku harus menemuinya."guman Alex masih terdengar oleh Aisha. Tapi isi hati Alex ia sangat marah dan mengira Olivia mengadu pada Aisha tadi siang dan membuat perhitungan dengannya.
"Semoga kamu segera sadar mas..."gumam Aisha dalam hati. Dirinya telah ikhlas jika hidupnya harus menerima orang baru. Tapi disatu sisi ia bersyukur bahwa suaminya ada pendamping kelak dirinya pergi untuk selama-lamanya. Ia merasa aman jika anak dan suaminya menemukan orang yang tepat dan cocok untuk menggantikan posisinya.
...----------------...
Lanjut Bab Berikutnya👉👉
tanpa tanda koma. tanda koma sbg penghubung dua kalimat biasanya pada kata penghubung akan tetapi, meskipun, walaupun, melainkan, sedangkan dll.
harus tau penggunaan kata 'di' sbg penunjuk dan sbg kata kerja