NovelToon NovelToon
Reborn For Revenge

Reborn For Revenge

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kelahiran kembali menjadi kuat / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

⚠️Warning⚠️

Cerita mengandung beberapa adegan kekerasan


Viona Hazella Algara mendapatkan sebuah keajaiban yang tidak semua orang bisa dapatkan setelah kematiannya.

Dalam sisa waktu antara hidup dan mati Viona Hazella Algara berharap dia bisa di beri kesempatan untuk menembus semua kesalahan yang telah di perbuatnya.

Keluarga yang dicintainya hancur karena ulahnya sendiri. Viona bak di jadikan pion oleh seseorang yang ingin merebut harta kekayaan keluarganya. Dan baru menyadari saat semuanya sudah terjadi.

Tepat saat dia berada di ambang kematian, sebuah keajaiban terjadi dan dia terbawa kembali ke empat tahun yang lalu.

Kali ini, Viona tidak bisa dipermainkan lagi seperti di kehidupan sebelumnya dan dia akan membalas dendam dengan caranya sendiri.

Meskipun Viona memiliki cukup kelembutan dan kebaikan untuk keluarga dan teman-temannya, dia tidak memiliki belas kasihan untuk musuh-musuhnya. Siapa pun yang telah menyakitinya atau menipunya di kehidupa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

    Leo hendak buka suara, tetapi ketika matanya kembali terbuka, ia mendapati diri dalam kegelapan. Itu karena Viona mengambil tong sampah didekatnya dan membantingnya dengan keras ke kepala Leo.

    Kemudian Viona, menendang perut Leo yang membuat tubuh lelaki itu terpental ke dinding

    "Ahh!." Leo menjerit kesakitan, namun sebelum dia sempat mengatur napas dengan baik, rentetan pukulan demi pukulan menghujani tubuh Leo bagaikan badai.

    "Dasar lo cowok brengsek! Gue akan bunuh lo sekarang juga! Gue akan bunuh lo!." Serangan Viona begitu cepat dan tanpa ampun, sehingga Leo tidak memiliki kesempatan untuk membela diri.

    Sementara Ziya yang bersembunyi tak jauh dari tempat mereka dan  berencana untuk mengambil foto keint!m4n Viona dan Leo, tercengang saat menyaksikan pemandangan itu.

    Ziya yang sudah tersadar dari keterkejutannya, segera memasukan ponselnya kedalam saku dan bergegas berjalan menghampiri Viona.

    

    "Viona, berhenti! Dia itu Leo!."

    Viona berpura-pura mengernyitkan dahinya. Ziya terlalu cepat menghentikan aksinya dan bahkan Viona belum sempat menikmati! Sebelum Ziya bisa meraih tangan Viona, dia mengerahkan lebih banyak tenaganya dan menendang perut Leo dengan pukulan terakhir yang kencang.

    "Ugh!." Leo meringkuk di lantai, memegangi perutnya yang sakit.

    "Apa yang di sini?." Keributan di sana menarik perhatian pengunjung restoran yang lain yang bergegas bergerak dari tempat mereka untuk melihat apa yang terjadi.

    

    Begitu pula dengan teman-teman Ziya, mereka dikejutkan ketika melihat Leo yang kesulitan bernapas dengan tong sampah dikepala nya dan disebelahnya berdiri Viona yang terlihat kebingungan, berbeda dengan Ziya yang jelas-jelas terlihat ketakutan.

    "Ziya, cepet bantuin gue nyingkirin tong sampah ini dari kepala Leo!." Seru Viona.

    Dengan susah payah, Ziya menyingkirkan tempat sampah itu dari kepala Leo, memperlihatkan wajah tampan lelaki itu yang penuh dengan sampah. Namun, begitu sampah itu juga disingkirkan dari wajahnya, Leo jatuh ke lantai sembari memegangi kepalanya dan dia muntah-muntah tak terkendali.

    Fero dan Billy yang tadinya hendak membantu Leo, kini berjalan mundur karena merasa jijik, mereka mengernyitkan hidung saat melihat dan mencium bau tidak sedap dari Leo. Ziya juga berjalan mundur selangkah, terkejut dan marah dengan apa yang baru saja terjadi.

    "Viona, sebenar apa yang ada didalam pikiran lo? Kenapa lo bisa mukulin anak orang sampe kayak gitu?." Tanya Ziya, suaranya bergetar karena marah dan tidak percaya.

    Mendengar perkataan Ziya, yang lain ikut menoleh ke arah Viona, tatapan mata mereka dipenuhi dengan rasa terkejut dan bingung. Mereka tidak percaya bahwa Viona-lah yang telah menyerang Leo hingga babak belur seperti ini.

    Veyra memanfaatkan kesempatan ini untuk buka suara dan langsung berseru dengan marah. "Viona, semua orang di kampus tau tentang reputasi lo sebagai cewek keras kepala dan ceroboh, tapi gue ngga pernah bayangin kalau lo akan bertindak serendah ini! Sikap lo dah keterlaluan!."

    Leo bersandar di dinding dan perlahan bangkit. Begitu dia berdiri tegak, dia merasakan aliran hangat di hidungnya. Freya menutup mulutnya karena terkejut. "Astaga, Leo! Hidung lo berdarah!."

    Leo terkejut, lalu segera mengulurkan tangannya untuk menyentuh bawah hidungnya. Begitu dia kembali menarik tangannya, ia dapat melihat cairan berwarna merah agak gelap di telapak tangannya dan mata berkilat penuh amarah.

    Leo adalah sosok yang cukup populer di kampus Mahardhika, dia adalah ketua dari seni pertunjukan di kampus tersebut dan penyanyi utama bandnya. Dia selalu dikagumi oleh banyak gadis dan selalu terlihat memancarkan aura percaya diri. Namun saat ini, Leo merasa sangat malu dan benar-benar malu. Dan penyebabnya adalah Viona.

    Leo menoleh ke arah Viona, wajah tampan lelaki itu kini berubah menjadi raut wajah yang sangat buruk.

    "Viona, apa lo udah gila?." Leo membelalakkan matanya menatap Viona. "Oh, sekarang gue tahu... Lo kayak gini karena mau balas dendam ke gue, kan? Selama ini gue ngga pernah balas perasaan lo ke gue. Gue ngga nyangka... lo itu cewek yang bener-bener jahat!."

    'Apa?.' Batin Viona, mengernyitkan dahinya, matanya berkedut. Viona bahkan tidak memulai pertengkaran yang mengarah pada hal tersebut, mengapa pikiran Leo tiba-tiba kacau? Mata mana yang Leo gunakan untuk melihat bahwa Viona menyukai nya?

    "Lo bener-bener punya imajinasi yang liar!." Viona menyilangkan lengannya di depan dada dan memutar matanya malas. "Coba liat diri lo sendiri! Dua lubang hidung lo aja berdarah dan lo juga berpikir gue balas dendam sama lo karena perasaan yang ngga lo balas? Lo punya nyali juga ngomong kayak gitu didepan gue."

    Begitu Viona selesai berbicara, tatapan semua orang tertuju pada Leo. Lelaki itu terlihat sangat berantakan dengan tisu basah yang kotor masih menggantung di kepalanya dan dua mimisan menetes dari dua lubang hidungnya. Leo sama sekali tidak terlihat seperti lelaki tampan yang sangat diidolakan di kampus. Jika ada orang lain di posisi teman-teman Ziya, mereka pasti sudah menertawakan Leo sepuas-puasnya.

     "Apa maksud lo?." Tanya Leo dengan suaranya yang bergetar karena marah.

    "Ini semua salah lo, Leo Adiastha!." Jawab Viona dengan polos, membuka lebar mata indahnya. "Waktu gue keluar dari kamar mandi, gue ngerasa kayak ada orang yang ngikutin gue sampe ke sini. Jadi, gue nunggu beberapa saat di dalem kamar mandi. Gue ngga nyangka kalau lo yang tiba-tiba muncul dan gue pikir lo penguntit!."

    "Penguntit?." Leo sangat marah.

    Bagaimana bisa Viona menyebutkan sebagai seorang penguntit? Meski pun lorong menuju kamar mandi pencahayaannya remang-remang, Viona tidak buta. Gadis itu pasti tahu bahwa Leo-lah yang mengikutinya! Dada Leo terasa sesak dan dia hampir batuk darah.

    Fero mencoba meredakan ketegangan. "Guys ini cuma salah paham doang, kita bisa selesain ini dengan ngobrol bareng."

    Mendengar hal itu, Veyra tidak terima dan langsung protes. "Fero, gimana lo bisa nganggep ini cuma kesalahpahaman biasa? Viona, harus tetap bertanggung jawab! Dia salah."

    

    Viona akui, perbuatannya kali ini membuatnya merasa senang sekaligus tak berdaya. Karena tidak mau ia harus bertanggung jawab juga. "Gini deh! Gue yang bakal bertanggung jawab buat semua pengobatan lo. Gue ngga nyangka bakalan mukulin lo sampe sekeras ini, Leo. Padahal gue cuma gadis kecil yang lemah, lo tau itu kan?."

    Kata-kata Viona seolah menyiratkan bahwa seorang Leo seharusnya tidak bisa menerima pukulan apa pun. Saat mereka menoleh ke arah Viona, memang benar bahwa Viona mengeluarkan aura yang terkesan feminim dan dia juga terlihat tak cukup kuat untuk memberikan reaksi seperti ini pada Leo.

    Reaksi yang terlihat pada Leo terkesan berlebihan.

    Leo merasa geram dengan tatapan beberapa orang yang seakan tengah memikirkan sesuatu seperti yang Viona katakan. Jadi, Leo di pukuli karena tubuhnya yang lemah dan tidak bisa membalas seorang gadis? Dia kalah dari gadis lemah? Tidak dapat di percaya bahwa Viona bisa dengan tidak tahu malu mengaku sebagai gadis yang lemah dan membanggakan bahwa pemukulan tadi seperti bukan hasil karyanya.

    Ziya berdiri disamping, menatap penampilan Leo yang menyedihkan, matanya menunjukkan sedikit keanehan. Jika Ziya tidak melihat ketrampilan Viona pagi ini yang hampir mencekiknya, dia mungkin berpikir bahwa Leo memang melebih-lebihkan. Tetapi sekarang Ziya yakin bahwa Viona memang melakukannya dengan sengaja! Mengapa Viona melakukan itu? Apa yang sebenarnya sedang Viona rencanakan?

    

    Ziya sedang asyik dengan pemikirannya sendiri ketika Leo tiba-tiba melempar tisu kearahnya. "Udah cukup! Viona, lo bener-bener cewek gila! Gue mau pulang!." Setelah itu, dengan berjalan berpegangan dengan tembok, Leo mulai menuruni tangga.

    Freya memutar matanya. "Jelaskan. Viona, lo itu pembawa sial! Lo seharusnya ngga ikut kita dari awal!."

    Viona menatapnya dengan tatapan dingin. "Gue terpaksa. Apa menurut lo gue mau ikut dan gabung sama kalian orang-orang toxic?."

    Mendengar hal ini, Ziya terlihat tidak senang dan tampak kesal. "Udah deh jangan pada debat. Viona, gue cuma pengen lo punya banyak temen. Tapi, gue ngga nyangka lo beraksi separah ini--"

    "Ini bukan salah lo, Ziya. Pikiran Viona aja yang sakit." Sela Freya.

    Veyra pun ikut angkat bicara dengan nada marah. "Bener tuh. Ziya, niat lo itu benar-benar baik. Tapi dia malah memperlakukan lo kayak sampah. Dasar cewek sakit!."

    Viona menghela nafasnya, menyaksikan tiga cewek itu bernyanyi dengan harmoni dan intonasi yang sempurna, membuatnya merasa ingin menguap. Mereka melanjutkan untuk berakting, tetapi drama mereka membosankan seperti yang sebelumnya.

    Ziya menghela napasnya. "Cukup, gue mau nyamperin Leo."

    Ziya berlari mengejar Leo, dan Billy yang memperhatikan kepergian Ziya mulai buka suara. "Ziya itu baik banget, ya? Viona, kenapa lo bahkan ngga belajar sifat-sifat baik dari dia?."

    Viona menatapnya sembari tersenyum tipis. "Serius? Oke, gue rasa... gue beruntung! Gue ngga nyangka Ziya begitu hebat di mata lo. Apa ternyata lo diem-diem suka sama dia?."

    Freya langsung mendongak setelah mendengar kata-kata itu, memperhatikan Billy dengan waspada. Ia sangat mengenali bagaimana karakter Billy. Jika bukan karena Ziya adalah sahabatnya, Billy mungkin sudah mempunyai kesempatan untuk berselingkuh darinya dan berpacaran dengan Ziya.

    Namun, Freya segera sadar dari pemikirannya. "Eh, Viona. Ngga usah asal ngomong deh! Ziya itu sahabat gue dan Ziya ngga akan pernah mau punya hubungan sama cowok gue!."

    "Gue kan cuma bercanda. Kenapa lo gugup banget sih?." Jawabnya dengan tenang.

    Pada saat yang sama, Viona merasa seperti ada hal yang lucu. Teman terbaik? Setelah ini, dia harus melihat seberapa kuat persahabatan mereka sebenarnya.

    

    

    Sementara itu, diparkiran. Ziya telah meyakinkan Leo agar lelaki itu tidak jadi pulang. Ziya tidak bisa membiarkan Leo pulang tanpa dirinya dapat mengetahui apa yang sebenarnya ada di pikiran Viona tentang Leo.

   

    Suasana menjadi canggung. Tiba-tiba Billy buka suara. "Acara makan kita hari ini kayaknya nggak buat kita seneng-seneng. Gimana kalau kita cari tempat lain? Gue yang akan traktir kalian."

    "Kita mau pergi ke mana?." Tanya Freya

    Dengan senyum misterius, Billy mengeluarkan sebuah kartu emas berkilau yang memancarkan cahaya menyilaukan, yang dengan jelas menunjukkan bahwa itu bukan kartu biasa. Dia kemudian membaliknya dan memperlihatkan pola enchantress biru tua di bagian belakang kartu.

    Veyra yang mengenali itu segera berseru. "Bukannya itu kartu buat masuk ke klub Starlight?."

    Yang lain ikut terkejut. "Klub Starlight?."

    Itu adalah klub yang sangat ekslusif dan klub VIP unik yang ada di kota Jakarta. Tidak seperti tempat hiburan pada umumnya, klub ini hanya menerima tamu istimewa yang dapat masuk dengan kartu undangan.

    Kartu-kartu ini dikeluarkan secara sporadis oleh pemiliknya yang misterius "Klub Starlight" dan dilelang dalam jumlah terbatas. Bahkan para selebritas pun kesulitan untuk masuk.

    Identitas pemilik "Klub Starlight" masih menjadi misteri dan hanya sedikit orang yang tahu siapa mereka. Namun, sudah diketahui secara luas bahwa mereka adalah individu yang kuat dan berbahaya. Seorang pemuda kaya pernah mencoba memasuki klub tanpa kartu undangan, tetapi diusir dengan kedua tangan dan kaki patah. Terlepas dari status sosial keluarganya, mereka tidak berani membuat keributan dan diam-diam menerima konsekuensinya. Kejadian ini hanya menambah reputasi klub sebagai klub yang misterius dan berbahaya, tetapi masih cukup memikat bagi orang-orang untuk ingin menjelajahinya.

    Anehnya, Billy bisa mendapatkan kartu undangan ke klub Starlight.

    Kesombongan lelaki itu hancur dalam sekejap saat dia merasakan tatapan kagum dari kerumunan. Ia khawatir mereka akan bertanya dari mana dirinya mendapatkan kartu undangan itu. Karena sebenarnya, ia mendapatkan kartu undangan itu dari ruang kerja ayahnya, karena Billy mendengar bahwa itu akan memberinya akses masuk ke Klub Starlight yang eksklusif, dan ia ingin memamerkannya di depan semua teman-temannya.

    Saat kegembiraan itu tumbuh, Viona berdiri diam disamping, tenggelam dalam pikirannya sendiri.

    Sementara Freya menyeringai menatap Viona. "Ya udah, kita pergi ke Klub Starlight sekarang. Lo ngga seharusnya ada di sana, Viona. Jadi mendingan lo pulang ada!."

    Viona tertawa. "Apa istimewanya kartu undangan itu? Dan kenapa lo terlalu bangga sama hal itu?."

    "Lo itu ngga tau apa-apa! Kartu undangan itu langka banget dan lo pasti ngga tau gimana sulitnya supaya bisa dapetin kartu itu?!." Bentak Freya dengan marah.

    Billy juga ikut merasa kesal. Menurutnya, Viona benar-benar bodoh, dia seharusnya diam saja jika tidak mengerti!

    Viona meliriknya. "Mereka yang beneran punya kemampuan ngga akan sombong di depan orang lain kayak lo. Dasar kampungan!."

    "Kampungan lo bilang?!." Billy benar-benar terpancing emosinya. Ia begitu marah hingga kemudian tertawa meremehkan. "Viona, gini deh. Gue akan ngajak lo melihat dunia dan kita bisa liat siapa yang sebenarnya kampungan." Lelaki itu melambaikan tangannya. "Ayo pergi!."

    Ziya baru datang, berjalan menghampiri Viona dan berkata dengan nada yang tidak tulus. "Viona, kenapa lo marah banget hari ini? Bahkan kalau lo emang ngga tau siapa orang yang ngikutin lo ke kamar mandi, lo ngga boleh ngelakuin ini. Kalau lo terus-terusan kayak gini, gue ngga bisa jamin keselamatan lo dari Tuan Arga."

    Viona menahan keinginannya untuk tertawa terbahak-bahak. 'Apa menurut Ziya, gue bener-bener butuh perlindungan dari dia?.

    "Gimana nanti kalau Leo nggak terima sama perbuatan lo? Dan lo juga udah ngajar dia habis-habisan tadi." Kata Ziya dengan raut wajah cemas.

1
Devi Sri lestari
bgs
R@3f@d lov3😘
takut Billy 🤣🤣🤣Padahal cuma diisengin Viona
R@3f@d lov3😘
udah kalah juga masih sombong 😏😤billy"
R@3f@d lov3😘
🤣🤣🤣dikerjain habis" an itu Leo
R@3f@d lov3😘
kasihan kamu Freya 😏punya teman kayak ziya sampah dan penghianat
R@3f@d lov3😘
lanjut kak
R@3f@d lov3😘
padahal ceritanya bagus,,malah gak ada yang baca🙄tenang ja kak aq sukaaaaaaaa 🤗 ceritanya
Violetta Gloretha: maaciww kak😘🤭
total 1 replies
R@3f@d lov3😘
cinta varell sangat tulus sama Viona 😍
R@3f@d lov3😘
buat viona lebih tegas kak
R@3f@d lov3😘
emang enak dicuekin 😂🤣
R@3f@d lov3😘
ternyata ada benalu dan sampah 😏 dirumah Viona
R@3f@d lov3😘
menarik
R@3f@d lov3😘
menarik 🤪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!