Menjadi seorang dokter adalah cita-cita dari seorang Hana Aulia. Ia diberkahi wajah yang cantik dan otak cerdas, sehingga ia terima di salah satu Fakultas Kedokteran di salah satu Universitas yang terkenal.Suatu hari ibu Hana sakit dan tidak memungkinkan lagi untuk bekerja. Hana pun mengambil sebuah keputusan yang besar dalam hidup nya, ya dia terpaksa bekerja menjadi ART di sebuah keluarga yang kaya raya demi bisa melanjutkan kuliahnya kembali yang sudah semester akhir.
Aditya Wisnu adalah seorang pemuda tampan yang menganggap pernikahan adalah hal terakhir yang akan terpikir dalam hidupnya.Di usianya yang sudah memasuki 30 tahun belum ada satu wanita pun yang mampu menaklukan hatinya yang dingin, Tapi tidak demikian dengan mamanya yang selalu mendesak ia untuk segera menikah. Selalu berusaha mencarikan istri untuk putra bungsunya itu.
Akankah Hana bisa melanjutkan kuliah nya? apakah Aditya menemukan wanita yang bisa mengubah prinsip hidupnya dan mencairkan hatinya yang dingin?...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Melya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Hari Pertama ( part 2)
Setelah dari kamar Aditya, Hana memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Sampai di kamar Hana duduk di pinggir ranjang. Melihat Hana yang diam bibi pun bertanya kepada Hana.
"Kenapa wajahnya manyun seperti itu? "
"Ternyata tuan muda lebih menyeramkan dari yang bibi ceritakan. "
"Apakah tadi ia mengeluarkan tanduknya? "
"Bukan hanya tanduknya tetapi juga taringnya, " jawab Hana kesal.
Bibi terkekeh mendengar jawaban Hana.
" Selama kamu tidak membantahnya dia tidak akan menggigit kamu. "
"Maksud bibi?"
" Bukan apa-apa bibi hanya bercanda, ayo keluar sudah saatnya kamu merapikan kamar nyonya. "
Huuuu....Hana menghelah napas panjang, sudah jam setengah tujuh aku harus ke kamar itu lagi semoga kali ini tidak seburuk kejadian tadi subuh. Hari pertama saja sudah bikin aku linglung bagaimana dengan hari-hari berikutnya.
Semangat Hana ini demi keluarga mu berjuanglah...!
****
Dengan setengah berlari Hana naik ke lantai dua menuju kamar Aditya, ia tidak mau terlambat kalau tak ingin di maki seperti subuh tadi.
Hana mengetuk pintu sebelum masuk ke kamar. Setelah masuk Hana melihat tuan muda yang masih tertidur.
"Alhamdulillah sekarang ia sudah memakai bajunya saat tidur, " ucap Hana sambil mengusap dadanya.
Perlahan Hana berjalan ke sisi ranjang untuk membangunkan Aditya.
"Tuan... tuan muda... bangun sudah saatnya nya anda bersiap untuk ke kantor, 'bisik Hana sambil mengguncang pundak Aditya pelan.
Perlahan Aditya membuka matanya karena mendengar ada suara yang membangunkannya. Ia melirik sekilas kepada Hana yang diam mematung di pinggir ranjangnya. Tanpa suara ia turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi tanpa sedikit pun peduli pada Hana.
"Tuan..., " panggil Hana.
Aditya menghentikan langkahnya.
"Dimana letak lemari pakaian tuan? "
Tanpa menoleh kepada Hana dia menunjukkan jarinya ke sebuah pintu yang terletak agak jauh dari ranjang nya. Mata Hana mengikuti arah yang di tunjukkan oleh Aditya.
"Terima kasih tuan."
Tanpa menjawab ucapan Hana di melanjutkan berjalan ke kamar mandi.
"Dasar pabrik es batu...! kalau bukan majikan mungkin sudah aku ulek-ulek biar jadi pergedel, " sungut Hana kesal.
Hana berjalan ke arah pintu yang di tunjukkan Oleh Aditya tadi. Ceklek...! Hana memasukkan kepalanya begitu pintu terbuka matanya seketika melotot dan mulut terbuka melihat isinya. "Wah...ini bukan lemari pakaian tapi toko pakaian karena ukuran tempat ini lebih besar dari kamar Hana di rumahnya."
Hana sangat takjub melihat pakaian dan aksesoris Aditya yang tersusun rapi di tempat nya. "Pakaian sebanyak ini kapan habisnya, orang kaya mungkin hampir tiap hari beli pakaian, aku sekali setahun aja bisa beli pakaian sudah bersyukur."
"Untuk apa ia punya jam tangan sebanyak ini pas di pakai kan atu-atu juga atau jam tangan ini juga harus di sesuaikan juga dengan pakaiannya."
"Ckckckck jadi orang kaya susah juga ternyata, " bathin Hana.
" Susah milih kali, "Jawab Hana terkekeh.
"Aduhh kenapa aku jadi kepo begini, nanti pabrik es keburuh selesai mandi bisa membeku aku kena semprot."
Cepat-cepat Hana memiliki pakaian yang cocok untuk Aditya, dan ketika mengambil dalaman wajah Hana memerah menahan malu. seumur hidup baru kali ini aku memegang dalaman pria asing, kecuali punya ayah dan Raska karena kami keluarga.
Hana cepat-cepat keluar dari ruangan itu takut nanti Aditya keburu selesai mandi. waktu Hana keluar Aditya juga keluar dari kamar mandi.
Hana menahan napas melihat pemandangan di depannya. Aditya keluar dengan handuk yang melilit pinggangnya, tubuhnya dan tegap, macho dengan kotak-kotak di perutnya. Ia menggosok rambutnya yang basah dengan handuk air yang jatuh dari rambutnya melengkapi pemandangan indah di pagi ini.
Dengan cepat Hana menundukkan kepala
"maaf tuan, " ucap Hana setengah berlari.
Ia meletakkan pakaian Aditya di atas tempat tidur kemudian ia berjalan keluar dari kamar.
Sebenarnya Aditya juga kaget melihat Hana masih di kamarnya, tapi dia mencoba untuk cuek.
Setelah keluar dari kamar Hana mengatur napasnya perlahan kemudian berjalan menjauh dari kamar Aditya.
"Mudah-mudahan nanti aku tidak di marahnya, " bathin Hana.
.
.
.
.
Bersambung