Hasta dan Jesan menjalin hubungan tanpa di ketahui kedua orang tua Hasta karena sang Mama yaitu Sarah tidak merestui hibungan mereka karena status social yang mana Jesan hanya anak yatim piatu. Akan tetapi, Hasta tetap bertahan sampai tiga tahun lamanya membuat Sarah curiga dan mencari tau keberadaan Jesan hingga Sarah melakukan kekerasan pada Jesan hanya untuk menyuruhnya menjauhi Hasta.
Sarah menjodohkan Hasta dan Anjani sampai mereka menikah, tetapi pernikahan Anjani seperti di neraka baginya karena selama lima tahun mereka menikah Hasta tidak pernah sekalipun membalas cinta Anjani dan memilih kembali bersama dengan Jesan yang selama lima tahun tidak bertemu dan akhirnya mereka dipertemukan lagi. Lalu Hasta memutuskan menikah dengan cinta pertamanya.
Bagaimana kah nasib pernikahan Anjani, apakah gadis itu menerima jika suatu saat dirinya mengetahui pernikahan kedua suaminya?
happy reading😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 ( Rencana jahat Sarah dan Vanes )
Satu Minggu berlalu Hasta melakukan perjalanan bisnis ke Paris dan hubungannya dengan sang istri sudah sedikit membaik. Akan terapi, tidak dengan hubungan ny dengan ipar dan Merta serta adiknya yang selalu membentak, dan menyuruh Jesan untuk mengurus papa mertuanya yang mana saat ini Adnan harus selalu periksa kesehatannya yang mulai menurun.
"Mau kemana kamu?" tanya Sarah yang sedang membaca majalah di ruang tamu.
Ia melihat Jesan yang sudah sangat rapi ingin pergi ke rumah Weni karena dia sangat bosan di rumah. Sarah melarang, tetapi Adnan keburu mencegahnya dan membiarkan Jesan pergi.
"Pah, kenapa kamu membiarkan menantu kurang ajar itu pergi! Aku harus memberitahu Hasta jika istrinya sudah berani pergi dan membantah perintah ku," desisi Sarah meraih ponselnya.
Adnan keburu merebut ponsel sang istri karena dia sudah tidak tahan melihat Jesan terus menerus di perlakukan tidak adil oleh istri dan putrinya.
"Kamu yang kurang ajar. Memangnya aku tidak tau kau selalu menyiksanya, membentaknya dan menyuruhnya tanpa ada istirahat," pekik Adnan.
"Sekarang juga akhiri semuanya, mah. Kalau Hasta tau perlakuan mu dia tidak akan pernah bisa lagi memaafkan mu. Padahal Jesan lagi hamil cucu mu. Kalau dia kenapa-kenapa sama ana nya juga bagaimana?" tanya Adnan.
"Anak itu bukan cucu ku. Aku hanya ingin cucu dari Anjani bukan dia! Hasta tidak akan tau kalau gadis itu tidak memberitahunya," seru Anjani.
"Keterlaluan kamu mah," seru Adnan.
Tidak lama seorang gadis datang membuat keduanya menoleh dan Adnan mengerutkan dahinya sangat dalam melihat putri nya berjalan santai dengan banyak paper bag di tangannya.
"Vanes ..." panggil Adnan lalu gadis itu dengan agak malas menghampiri sang papa yang terlihat kesal melihat dirinya.
"Iya, ada apa papa," jawab Vanes dengan santainya.
"Kamu gak ke kantor? Ini apa Vanes setiap hari kerjaan mu hanya bermain dan berfoya-foya saja. Bantu Abang mu di perusahaan. Harusnya kamu yang berangkat ke Paris bukan Hasta," decak Adnan.
"Aku hanya bermain sebentar saja. Menyenangkan diriku saja apa tidak boleh?" protes Vanes.
"Tidak boleh perusahaan sedang banyak pekerjaan bantu Rama. Dia kuwalahan mengerjakan semuanya. Abang mu mungkin masih lama di sana. Setidaknya kalau kau tidak ke kantor kau temani kakak iparmu bantu dia di rumah,"
"Males banget ..." setelah mengatakan itu Vanes pergi meninggalkan Adnan begitu pun Sarah.
Mereka kini berada di dalam kamar Vanes. Gadis itu membuka setiap bag belanjaan nya yang telah ia beli tadi.
"Jesan kemana mah? Kok aku tidak melihat dia dari tadi," tanya Vanes sembari mencoba beberapa pakaian dan aksesoris lainnya hasil belanjaan dirinya.
"Pergi ... Ga tau ke mana. Mama sudah mencegahnya tapi papa mu datang dan membiarkan si miskin itu pergi," gerutu Sarah masih merasa jengkel.
Vanes menghampiri sang mama dan ikut duduk di tepi ranjang,"Terus rencana kita apalagi sama si miskin itu mah.Mumpung Abang masih lama di Paris. Aku sudah tidak mau berpura-pura baik lagi sama dia di depan Abang,"
Ternyata dugaan Jesan benar adanya jika mereka hanya berpura-pura agar bisa mengambil hati Hasta untuk kembali ke rumah Nugraha.
Awalnya Sarah sudah kehabisan ide untuk menyingkirkan Jesan dalam hidup Hasta, lalu Vanes memberikan ide tersebut dan kini mereka merasa berhasil. Akan tetapi, mereka belum merasa puas dan saat ini Sarah membisikkan sesuatu ke telinga sang putri tentang rencana jahatnya pada Jesan.
"Ide bagus kita akan lakukan saat si miskin itu pulang nanti," ucap Vanes.
*
*
Di sisi lain Jesan tidak ada pilihan lain selain mendatangi kediaman Rama untuk bertemu sahabatnya. Jesan sudah sangat tidak kuat dengan segala tekanan yang selalu ia rasakan di rumah mertuanya. Ia berharap setelah bertemu dengan Weni beban di hatinya sedikit berkurang.
"Jesan, apa lu baik-baik saja? Kenapa wajahmu terlihat pucat. Apa kandungan mu baik baik saja," Weni khawatir melihat sahabatnya yang terlihat kurus padahal terakhir ia bertemu dirinya terlihat ceria dan tubuhnya sangat berisi karena kehamilannya.
"Aku ... Ak-aku. Hiks," Weni langsung memeluk Jesan dan tentu saja membuat gadis itu menangis sesenggukan.
"Tenanglah, coba ceritakan padaku. Pelan-pelan saja aku akan mendengar kan semuanya yang kau katakan,"
Jesan mengusap air matanya ia menarik napas sangat dalam dan mulai menceritakan pertengkaran nya dengan sang suami hingga perlakuan mertua dan adik iparnya.
"Gila, si Hasta. Bisa-bisanya dia ninggalin elu pas lagi hamil besar begini! Terus lagi mertua sama adik ipar lu ternyata cuma pura-pura! Kalau begini caranya kemarin lu jebloskan aja mereka ke penjara mungkin dengan begitu mereka jera. Lu nya juga sih terlalu baik sama mereka dengan menolak Hasta yang mau ngelaporin mama dan adiknya!" marah Weni.
"Aku kira mereka benar menyesali perbuatannya tapi memang ya saat mereka datang ke rumah kak Andrew untuk minta maaf aku juga tidak yakin kalau mereka benar-benar minta maaf dan dugaan ku benar, Wen.
"Aku sudah meyakinkan suami ku tapi dia lebih memilih percaya sama mama nya. Sebelum dia pergi ke Paris kamu selalu bertengkar,"
Dreet
Drett
Ponsel Jesan berdering dan itu adalah panggilan telepon dari sang suami, tetapi lagi-lagi Jesan mengabaikannya.
"Kenapa tidak di angkat?" tanya Weni.
"Aku malas, biarkan saja. Dia sudah berubah, Wen selalu membentak ku padahal aku sedang hamil. Aku mengerti mungkin dia lelah dengan pekerjaannya tapi apa aku salah mengatakan fakta tentang mama dan adiknya yang terus jahat sama aku," lirih Jesan.
"Lu ga salah dan gue yakin suatu saat Hasta pasti akan tau kebusukan Mama dan adiknya. Masih ada papa mertua yang sayang sama lu, Jes. Abaikan saja mereka," ujar Weni berusaha menangkan Jesan.
"Permisi, nyonya nona Reyni ngamuk ga mau makan," asisten rumah tangga Weni datang memberitahu jika sang putri tidak ingin makan dan pengasuh nya kuwalahan mengejarnya.
"Ish, anak itu gue capek banget. Kalau makan kenapa susahnya minta ampun!" kesal Jesan.
"Yasudah kamu suapi putrimu. Aku ingin menemui Tante Maya di kamarnya," ujar Jesan.
Maya sudah pulang dari rumah sakit setelah beberapa bulan di rawat. Walaupun belum sepenuhnya sembuh, tetapi sang mama merengek pada Weni karena merasa bosan berada di rumah sakit dan ingin bersama cucunya.
*
*
"Hebat yah, jam segini baru pulang," ucap wanita paru baya dan sang putri yang tengah berdiri di depan pintu utama.
"Hari ini biarkan aku beristirahat. Aku sedang tidak ingin bertengkar, mah," pinta Jesan masih dengan nada pelan.
"Heh ... Siapa juga yang mau berdebat sama kamu! Ini rumah saya jangan seenaknya saja datang lalu pergi terus pulang malam seenaknya," pekik Sarah.
Jesan memilih mengabaikan ocehan mertuanya, tetapi justru Vanes menggenggam tangan Jesan seraya berkata,"Mama belum selesai bicara!" tekan Vanes.
"Lepasin! Terserah kalian mau bicara apa aku tidak ingin menimpali kalian, mengerti!" pekik Jesan.
Plak
"Berani lu membentak mama di depan ku!" pekik Vanes yang menampar Jesan.
"CK, ngapain takut jika aku tidak merasa memulainya," balas Jesan.
"Kau,"
"Arrgghh ..." Vanes menarik rambut Jesan membuat dirinya meringis kesakitan.
"Sakit, Vanes apa yang kau lakukan, hah!" pekik Jesan.
"Ini akibatnya kalau kau selalu membantah ku dan mama," Vanes lagi-lagi menarik rambut Jesan.
"Lepaskan Jesan ... Vanes!"
Degh.
*
*
Bersambung.