Untuk mengungkap penyebab adiknya bunuh diri, Vera menyamar menjadi siswi SMA. Dia mendekati pacar adiknya yang seorang bad boy tapi ternyata ada bad boy lain yang juga mengincar adiknya. Siapakah pelakunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Vera tertegun melihat Sagara tiba-tiba muncul dan menghadang Riki dengan satu tangannya. Dia mendorong Riki ke belakang dan menatapnya dengan sorot mata tajam yang penuh peringatan.
"Lo jangan sok pemberani!" suara Sagara terdengar dingin, penuh ancaman tersirat. "Apa yang lo bilang barusan bakal jadi bumerang buat diri lo sendiri."
Riki menegang, tapi masih mencoba memasang wajah angkuh. "Maksud lo apa?"
Sagara menyeringai tipis. "Lo gak mau Dwiki dekat dengan cewek lain biar dia tetap fokus sama geng lo, kan? Supaya lo bisa manfaatin dia dan bikin geng lo tetap ditakuti." Dia melangkah lebih dekat, membuat Riki refleks mundur sedikit. "Silakan, lakukan sesuka lo. Tapi jangan pernah berani mengancam cewek. Karena sekali lo gue gertak, lo gak akan berkutik."
Riki mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. "Gue berani sama lo!"
"Berani?" Sagara melirik ke belakang, lalu memberi kode dengan dagunya. Dalam sekejap, Zavin dan Varo melangkah maju, berdiri di sisi Sagara dengan ekspresi sama dinginnya.
"Lo boleh merasa hebat karena tangan gue lagi cedera," lanjut Sagara santai. "Tapi jangan lupa, Dwiki gak ada di sini buat belain lo. Kalau sekarang kita habisi lo, gak ada yang bakal nolongin."
Sorot mata Riki langsung berubah panik. Tanpa berpikir panjang, dia berbalik dan kabur begitu saja, tak berani menoleh ke belakang.
Vera menatap punggung Sagara yang mulai melangkah pergi. Ada sesuatu dalam sikapnya yang membuatnya berpikir—seolah Sagara sangat memahami bagaimana geng Dwiki dan titik kelemahannya.
Dia menggigit bibirnya, pikirannya melayang pada Riki. Tadinya, dia yakin bahwa Riki adalah orang yang telah menghamili Rhea, tapi setelah melihat bagaimana Sagara menghadapi Riki, dia mulai ragu.
Vera berlari mendekati Sagara dan menahan tangannya. "Bagaimana kalau benar-benar dia yang sudah menghamili Rhea?"
Sagara berhenti sejenak, tapi dia hanya menjawab singkat, "Bukan." Tanpa menoleh, dia kembali melangkahkan kakinya, seolah tidak ingin membahasnya lebih jauh.
Vera tidak menyerah. Dia mempercepat langkahnya dan tetap mengikuti Sagara. "Kalau bukan dia, lalu siapa? Apa lo? Lo kan pacarnya?"
Sagara mendadak menghentikan langkahnya. Dia menoleh, menatap Vera tajam. "Kalau lo gak ada hubungan apa pun sama Rhea, berhenti mengurusinya. Lo gak tahu apa-apa tentang hidupnya. Buat apa juga lo ingin tahu itu. Meskipun lo tahu siapa pelakunya, apa yang akan lo lakuin? Menghukum pelakunya? Ingat! Bagaimanapun hebatnya lo, lo itu cewek."
Kata-kata itu menusuk Vera lebih dalam dari yang dia duga. Dia mengepalkan tangannya, menahan emosinya sendiri. Sagara tidak menunggu jawaban darinya. Dengan tenang, dia kembali berjalan menjauh, meninggalkan Vera yang masih berdiri di tempat dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Lo pikir, gue melakukan ini semua buat apa? Gue ingin pelaku itu mendapat hukuman yang setimpal.
Vera akhirnya masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di sebelah Evan. Kepalanya terasa berat dengan semua hal yang baru saja terjadi.
Seketika, Syifa menghampirinya dengan ekspresi penasaran. "Gue dengar lo antar Dwiki ke rumah sakit."
"Iya, dia pingsan di jalan," jawab Vera pelan. Dia sedang tidak mood membahas Dwiki lagi.
Evan yang duduk di sebelahnya mengambil buku catatan dan menyerahkannya pada Vera. "Catatan dan tugas Bahasa Indonesia tadi."
Vera melirik buku itu sekilas sebelum menggeleng. "Gak perlu juga gue mencatat. Gue lagi malas."
Syifa menggeser kursinya mendekat. "Lo kenapa? Dwiki suka sama lo jadi lo galau gini?"
Evan yang sejak tadi diam langsung menatap Vera dengan lebih serius.
"Nggak! Ngapain dia suka sama gue?" Vera tertawa sumbang, lalu menghela napas. "Gue cuma bingung sama semua cowok di sekolah ini."
Evan mengangkat alis. "Termasuk gue?" tanyanya dengan polos.
Vera melirik Evan dan menyeringai. "Lo gak penting, gak masuk dalam hitungan."
Evan mendengus. "Padahal gue juga cowok."
Syifa ikut terkekeh, tapi kemudian mendekatkan wajahnya sedikit ke arah Vera saat Vera bertanya sesuatu.
"Kenapa Riki gak bolehin Dwiki dekat sama cewek lain? Apa dia boti?"
Tawa Syifa dan Evan langsung pecah mendengar ucapan Vera.
"Bukan, karena Riki sebenarnya cupu," jawab Syifa setelah tawanya mereda. "Dia lawan lo, yakin deh dia yang kalah."
"Dia itu cuma sok jagoan," sahut Evan. "Sebenarnya dia anak mami."
Vera mengangkat alis dengan ekspresi ragu. "Yakin?"
Evan mengangguk santai. "Yakin. Gue tetangga dia. Kalau dia berani macam-macam sama lo, bilang saja. Biar gue aduin sama Maminya."
Vera mendecak pelan, lalu bersandar ke kursinya. "Gak mutu banget Dwiki rekrut anak buah."
Beberapa saat kemudian, Sagara masuk ke dalam kelas. Vera melirik ke arah Sagara dari ujung matanya. Ada sesuatu yang berbeda dari Sagara hari ini. Tiba-tiba saja Sagara datang menolongnya padahal sebelumnya sangat acuh. Tapi Vera kembali mengobrol dengan Evan dan Syifa.
Sagara duduk diam di bangkunya, menatap ponselnya tanpa berkedip. Layar ponselnya menampilkan sebuah foto yang pernah dikirim Rhea enam bulan yang lalu.
"Ini kakakku, mirip tidak?"
Gadis dalam foto itu memiliki rambut lurus panjang dan memakai kacamata. Penampilannya memang berbeda dengan Vera saat ini—tapi Sagara yakin, Vera adalah kakak Rhea.
Pikirannya melayang ke perbincangan dengan papanya tadi pagi, setelah papanya mengantar Dwiki ke rumah sakit.
"Papa yakin, dia kakaknya Rhea."
"Tapi kenapa dia menyamar jadi anak SMA?"
"Wali Rhea di sekolah adalah Pak Novan. Papa yakin Novan yang membantunya. Sekarang jujur, bukan kamu kan yang menghamili Rhea?"
Sagara mengepalkan tangan, mengingat tatapan serius ayahnya saat itu.
"Karena hasil otopsi menunjukkan Rhea mengalami pendarahan di organ vitalnya setelah bunuh diri. Dia sedang hamil."
"Bukan aku yang melakukannya. Jika iya, aku pasti sudah tanggung jawab." Jawabannya masih terngiang jelas di kepalanya.
"Vera pasti mencari cowok yang menghamili adiknya."
Sagara menghela napas panjang, menutup layar chat-nya, lalu mengangkat kepalanya. Tatapannya bertemu dengan Vera. Sesaat, dia menatapnya lama, mencari sesuatu di wajah gadis itu.
Jika memang Vera adalah kakak Rhea … itu berarti dia sengaja mendekati Dwiki untuk mencari info.
ok lanjuuut...