Apa hal yang paling menyeramkan di dunia ini?
Mungkin jika Zahra ditanya hal itu maka ia akan menjawab bahwa pernikahan beda agama adalah yang paling berat sekligus menyeramkan. Jangankan untuk menjalani, bahkan untuk membayangkannya 'pun Zahra tidak mampu. Namun garis takdir berkata jika jalan ini memang harus Zahra lalui, yaitu menjadi pengantin pengganti untuk atasannya yang memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Lalu akan seperti apakah kehidupan rumah tangga mereka berlayar? Apakah dalam pelayaran dalam biduk rumah tangga ini mereka akan menemui pelangi, atau justru rintangan badai yang akan mereka jalani? Ikuti kisah selengkapnya eksklusif hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~
"Ehem!" Jo berdehem untuk menyadarkan Zahra dan Paulus akan kehadirannya.
"Tuan Muda." Zahra dan Paulus berdiri bersamaan saat menyadari keberadaan Jonathan.
"Ini berkas yang kau minta, segeralah kembali ke perusahaan." ucap Jo.
"Baik, Tuan Muda."
Setelah kepergian Paulus, Zahra menyadari satu hal bahwa wajah Jonathan tampak sedikit berbeda. Entah perasaan Zahra saja atau memang benar adanya, tetapi yang jelas Zahra melihat wajah Tuan mudanya terlihat tidak bersahabat.
"Tuan Muda, apakah ada yang anda butuhkan?" tanya Zahra.
"Tidak ada." Jonathan berbalik hendak pergi, tetapi ia kembali menghentikan langkahnya dan berbicara tanpa menatap Zahra. "Biasakan untuk tidak memanggilku Tuan Muda, panggil aku Jonathan. Dan satu lagi, setelah kita kembali ke perusahaan, kau tidak perlu terlalu dekat dengan Paulus seperti yang kau lakukan selama ini karena itu akan mengundang asumsi negatif dari orang lain. Mulai sekarang, kau harus bisa menempatkan dirimu sebagai Sekretaris sekaligus Nyonya Muda keluarga Fox. Kau mengerti?"
Zahra sedikit bingung, tetapi tak urung ia tetap mengangguk meski ia yakin tidak dilihat Jo. "Mengerti, Tuan Muda."
"Apa?" tanya Jo, bahkan kini ia sampai berbalik untuk melihat Zahra.
"Mmm maaf, Tuan muda, mmm... Maksudku, maaf Jo." ucap Zahra canggung.
"Hm bagus, biasakan seperti itu." Setelah mengatakan itu, Jonathan benar-benar kembali ke kamarnya.
"Jo? Jonathan? Ahhh... Rasanya canggung sekali memanggil nama Tuan Muda seperti itu." pekik Zahra tertahan. "Jonathan, Jonathan, Jonathan..." Zahra menggumamkan nama Jonathan disetiap langkahnya menuju kamar, berharap mulutnya tidak lagi susah untuk mengucapkan nama itu untuk selanjutnya.
Sementara setelah kepergian Zahra dan Jo dari ruang keluarga, Nyonya Alice keluar dari balik tembok yang menjadi tempat persembunyiannya. "Kenapa Jonathan terlihat tidak suka melihat Zahra dan Paulus bersama, apa mungkin..." Nyonya Alice menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pikiran buruknya itu. "Tidak mungkin secepat itu, Jo masih mencintai Sherin bahkan rela menunggu Sherin selama lima tahun, jadi tidak mungkin kalau Jo bisa berpindah hati secepat itu. Ya, Jo sudah menganggap Zahra sebagai adiknya, sama seperti Joana. Dia pasti hanya tidak suka saat melihat adik perempuannya didekati pria lain, ya, aku yakin seperti itu." monolog Mommy Alice meyakinkan.
Mommy Alice sangat berharap dugaannya kali ini benar. Sebab, saat dulu Joana masih ada, Jonathan memang begitu protektif dan tidak membiarkan Joana bergaul dengan laki-laki manapun. Mommy Alice yakin kalau apa yang Jonathan lakukan kali ini 'pun sama artinya.
...•••***•••...
Sudah satu minggu berlalu sejak pernikahan Jonathan dan Zahra, hari ini keduanya sudah diizinkan pergi ke kantor oleh Mommy Alice, sebab menurut Mommy Alice situasi sekarang sudah cukup aman untuk keduanya kembali ke perusahaan.
"Mom, kami berangkat." Jo memeluk dan mencium pipi Mommy-nya.
"Iya Sayang, hati-hati."
Setelah Jo melepas pelukannya, Zahra mengulurkan tangan pada Nyonya Alice. Untuk sesaat, Nyonya Alice hanya menatap tangan Zahra yang menggantung di udara, tetapi setelah tersadar, Mommy Alice akhirnya menyambut tangan Zahra dan Zahra langsung mencium punggung tangannya.
"Aku juga izin pergi, Nyonya." ucap Zahra.
"I-iya, hati-hati di jalan."
Zahra mengangguk dan ikut masuk ke mobil yang tadi Jonathan masuki. Zahra dan Jonathan duduk di kursi belakang, sementara mobil dikemudikan oleh supir keluarga Fox.
"Ara, ingat untuk melakukan tugasmu sebagi istri Tuan Muda Fox hari ini. Tidak ada lagi pembicaraan formal saat tidak dalam situasi formal, selalu bergandengan tangan dan berprilaku romantis. Ingat, semua orang tahu kalau kau adalah istriku, jadi kau harus menempatkan dirimu sebagai istriku, paham?"
"Paham, Tuan Muda." jawab Zahra, dibalas pelototan tajam dari Jo. "Maaf, maksudku aku mengerti, Jo." Zahra memaki dirinya sendiri dalam hati karena masih saja canggung memanggil nama Jonathan.
"Seorang istri tidak mungkin canggung memanggil nama suaminya sendiri. Jadi sebisa mungkin, jangan terlihat canggung saat memanggil namaku saat di kantor nanti."
"Baik, Tu— Baik, Jo."
"Hm, good."
...****************...
See next part guys!
double up