Salahkah Aku Mencintaimu

Salahkah Aku Mencintaimu

Bab 1 ( Aku tertarik dengannya )

Seorang pria tengah sibuk memainkan ponselnya di sebuah restoran bersama seorang wanita yang merupakan kliennya. Rama, pria yang merupakan asisten dari seorang CEO di perusahaan Nugraha saat ini sedang menghubungi CEO nya yang sudah hampir satu jam belum datang untuk meeting di restoran tersebut.

Prank

Arghhh

“Tuan.” Panggil Rama lalu menghampiri pria itu.

“Jesan … apalagi yang kau lakukan, hah!” teriak seorang pria yang merupakan manager di restoran tersebut.

“Maaf, pak. Aku tidak sengaja menabraknya,” lirih Jesan tanpa menatap siapapun karena saat ini wanita itu sangatlah ketakutan.

“Maaf, Tuan Rama atas kelalaian karyawan saya. Nanti saya akan cepat memecat dia,” ujar manager tersebut.

Jesan menangis dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tubuhnya luruh lalu ia membereskan pecahan gelas yang berserakan di lantai sembari menahan tangis dan Hasta pun melihat itu,”Jangan pecat dia. Saya yang salah karena tadi tidak hati-hati,” ujar Hasta.

Degh

Aktivitas Jesan terhenti dan kepalanya berusaha mendongak menatap pria yang baru saja membelanya. Pria itu adalah Hasta seorang CEO di perusahaan Nugraha milik keluarganya. Hasta datang dengan terburu-buru begitu pun Jesan membuat keduanya tidak fokus dan akhirnya saling bertabrakan.

Saat ini mereka saling menatap satu sama lain hingga akhirnya Hasta tersenyum sangat manis pada Jesan yang masih berjongkok memegangi nampan membuat gadis itu menundukkan pandangannya merasa bingung.

“Tapi Tuan, dia memang tidak becus bekerja dan setiap hari bisanya cari masalah membuat ku sangat pusing,” keluh sang manager.

Tidak kuat dengan ocehan sang manager, Jesan memilih pergi menuju dapur dan ia menangis terisak di sana,”Hiks … kenapa hidup gue selalu saja sial! Kenapa … hiks,” isak Jesan seraya menutupi wajahnya.

Seorang wanita yang merupakan teman kerjanya menghampiri Jesan yang sedang menangis. Ia terkejut dan sangat prihatin pada temannya itu. Bagaimana tidak Jesan yang hidup sebatang kara dan seorang anak yatim piatu tidak pernah beruntung di dalam hidupnya. Ia bekerja di restoran tersebut belum lama, tetapi manager di restoran itu selalu mencari gara-gara dengannya dan selalu ingin memecatnya. Padahal pemilik restoran tersebut tidak pernah berkata kasar dengan Jesan malah sebaliknya ia merasa puas atas kinerja Jesan yang sangat telaten dan rapi.

“Sabar ya, Jes. Sampe sekarang gue juga bingung kenapa pak Angga sensi terus sama lu. Apa jangan-jangan dia suka tapi lu nolak dia jadi dia benci deh sama lu,” tanpa diduga Jesan mengangukkan kepalanya pelan membuat Weni terkejut.

“Pantesan aja dia kasar sama lu! Jadi, dia balas dendam atas peno …”

“Siapa yang balas dendam?” sela Angga yang datang tiba-tiba.

Weni terdiam, lalu Angga menatap Jesan yang sedang berusaha mengusap sisa air mata di kedua pipinya,”Kamu di panggil Tuan Hasta dan ambil ini,” Angga memberikan kotak P3k membuat gadis itu bingung dan menatap Angga dengan tatapan penuh tanya.

“Gak usah banyak tanya, cepat temui dia dan ingat jangan berulah lagi membuat restoran ini jadi tercemar nama baiknya gara-gara kamu gak becus kerja!” peringat Angga dan Jesan hanya mengagguk seraya melangkahkan kakinya pergi keluar meninggalkan dapur diikuti Angga dari belakang.

Jesan tengah duduk di samping Hasta yang saat ini sedang fokus dengan penjelasan dari kliennya. Sebenarnya Jesan menolak untuk duduk diantara para bos perusahaan tersebut karena semuanya menatap tajam padanya dan sesekali membicarakannya.

Namun, Hasta memaksa dan tangannya ingin diobati oleh gadis itu sebagai bentuk tanggung jawab Jesan karena sudah menabraknya. Jesan sangat serius dan tidak pernah menatap Hasta. Berbeda dengan pria itu yang sesekali menatap Jesan yang sangat telaten mengobati luka goresan yang lumayan membuat tangannya banyak mengeluarkan darah.

Setelah selesai Jesan hendak beranjak dari duduknya, tetapi diurungkan karena Hasta menyuruhnya tetap diam di tempat sampai ia selesai meeting,”Tuan, saya ingin kembali bekerja gak mungkin saya bersantai di sini!” protes Jesan dan menatap tajam Hasta.

“Menurut saja atau kamu akan kehilangan pekerjaan saat ini juga,” balas Hasta.

Jesan kesal dan terus menggerutu,”Dasar orang kaya, seenaknya saja sama orang gak punya,” Hasta tersenyum tanpa menatap ke arah Jesan karena ia mendengarnya.

“Aku dengar jangan bicara lagi dan diam,” titah Hasta.

*

*

Di sepanjang jalan Hasta terus saja tersenyum membuat pria yang berada di depannya sedang menyetir itu pun kebingungan,”Tuan, apa anda sehat?” tanya Rama.

“Maksudmu?” kaget Hasta dengan pertanyaan asistennya.

“Maksud saya kenapa anda senyum-senyum dari tadi. Bukankah tangan anda terluka?” heran Rama.

Hasta tidak menjawab ia merenung sejenak dan kembali teringat wajah gadis polos nan lucu Jesan,”Aku tertarik dengannya?” cetus Hasta.

“Dengan siapa, Tuan?” timpal Rama.

“Pelayan tadi … siapa namanya?” ujar Hasta mengingat nama gadis itu.

“Jesan, Tuan,” jawab Rama.

“Ya, kau benar. Dia sangat lucu dan ..,” ucapannya terhenti ketika sadar Rama menatapnya dengan tatapan sulit diartikan.

Perjalanan pun berlanjut hingga mereka sampai di kediaman Nugraha.

Berbeda dengan Jesan yang masih teramat kesal dengan perlakuan Hasta tadi yang seolah-olah berbuat seenaknya dengannya. Sebenarnya dia sangat beruntung bisa berdekatan dan diajak bicara oleh pria yang terkenal dingin dengan wanita. Hanya ada satu wanita yang dekat dengannya, tetapi Hasta hanya menganggapnya sebagai sahabatnya dan teman ia semasa kecil.

Gadis itu meraih kunci kontrakannya dan ingin membuka pintu, tetapi tidak disangka ibu kontrakan sudah berdiri di hadapannya membuatnya terkejut,”Kenapa? Terkejut?” ketus ibu Mia.

“Heheh, sedikit,” jawab Jesan sembari cengengesan.

“Gak usah pasang muka sok polos. Mana uang kontrakan sekalian tiga bulan,” pinta ibu Mia.

“Kok tiga builan? Saya nunggak sebulan aja kok di tagihnya tiga bulan si bu?” protes Jesan.

“Ya bulan ini kan belum bayar sekalian buat bulan besok biar saya gak capek nagihnya. Rumah saya jauh dan harus bela-belain kesini Cuma buat nagih kontrakan kamu aja! Kamu satu-satu nya cewek yang menyewa rumah saya jadi saya masih bersabar. Lihat semua yang menyewa di sini selalu bayar tepat waktu!” cerocos ibu Mia.

Jesan pasrah ia mengeluarkan semua uang yang di dalam dompet dan menyerahkan pada ibu Mia. Wanita paru baya itu pun meninggalkan Jesan yang terduduk lemah di kursi depan kontrakan,”Ya, ampun besok aku kerja bagaimana? Terus nanti malam makan apa coba?” Jesan mengacak-acak rambutnya seolah prustasi dengan masalah hidupnya yang selalu tidak pernah beruntung.

Andaikan masih ada orang tua. Mungkin kehidupannya tidak mengenaskan seperti ini. Tanpa sadar ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan Mia dan Jesan sampai gadis itu memutuskan masuk ke dalam dengan wajah yang sangat kusut dan tubuhnya yang sangat lemah. Pria itu tersenyum karena mendengar keluhan Jesan karena memang dia bicara sedikit kencang.

Tok

Tok

Suara pintu terdengar tepat di kontrakan Jesan membuat gadis yang baru saja selesai mandi melangkah menuju pintu untuk segera membukanya.

“Permasi, nona. Ini ada paket makanan untuk Nona,” ujar Abang grab.

“Saya ga pesen grab food bang. Abang salah orang kali,” ujar Jesan.

“Alamatnya bener di sini, nona. Makanan nya sudah dibayar dan saya hanya mengantar saja,” balas abang grab.

Jesan mengambil makanan itu dan langsung masuk dengan kebingungan,”Siapa yang antar ini makananan? Baik banget sih dia tau kalo gue lagi kelaparan. Apa mungkin pahlawan kemaleman ya? ah … biarin aja lah yang penting gue ga tidur dengan perut kosong. Makasih aja buat yang ngirim makanan ini,” ujar Jesan sembari membuka satu persatu makannya dan dengan lahap juga perasaan senang ia langsung memakannya.

Dreet

Dreet

Ponsel Jesan berdering tertera nomor yang tidak di kenal membuat Jesan enggan menerima telepon tersebut, tetapi ponselnya tidak juga berhenti berbunyi dengan nomor yang sama. Karena kesal dan juga penasaran ia menghentikan makannya dan mengangkat telepon itu.

“Ha …”

“Besok datang ke kantor saya jam makan siang,” ucap Hasta.

“Ini siapa? Gue bukan kurir makanan!” jawab Jesan.

“Jaga bicara kamu atau kamu tidak akan bisa bekerja lagi besok!” ancam Hasta dengan penuh penekanan.

“OH MY GOOD … ELUUUU!”

*

*

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!