NovelToon NovelToon
MISTERI SANG PEWARIS

MISTERI SANG PEWARIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Balas dendam pengganti
Popularitas:441
Nilai: 5
Nama Author: YNFitria

Hana dan Kinan dinyatakan meninggal dalam kebakaran rumah yang dasyat. Daud sebagai suami terpaksa menerima kenyataan tersebut setelah jenazah keduanya ditemukan kosong di dapur rumah mereka. Lalu bagiaman dengan aset yang ditinggalkan Hana yang diwariskan dari almarhum orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YNFitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana keluarga Bardi

Lea menatap kakaknya yang terlihat kesal. Sejujurnya Lea lebih kesal karena kakaknya menemuinya hanya untuk mencari informasi mengenai Hanif. Sudah berulang kali Lea bilang kalau berkaitan dengan perempuan Hanif tidak punya track record. Selama dua tahun mengenalnya tak satupun perempuan yang diakui dan diketahui menjadi kekasih Hanif. Kalau yang naksir jelas banyak. Bahkan saat pertama bertemu Lea pun cukup tertarik. Sayangnya Hanif bahkan kesulitan mengingatnya, begitu pula di setiap ada pertemuan pelajar dan mahasiswa Indonesia, Hanif bersikap biasa saja. Jangankan akrab, untuk ngobrol saja susah bahkan belum tentu dia akan disapa. Dan ini bukan hanya terjadi pada Lea tapi pada semua wanita yang berusaha menarik perhatiannya. Dia cukup baik pada anak-anak dari pasangan mahasiswa yang sudah berkeluarga. Juga pada ibu-ibu Indonesia yang bermukin di Eropa, dan mungkin beberapa perempuan berhijab modis yang belakangan diketahui satu alumni yayasan pondok pesantren tempatnya dulu menimba ilmu.

"Gue rasa gak mungkin ada laki-laki yang ga punya pasangan apalagi tinggal di luar, kecuali dia homo" ujar Lina ketus.

Lea mendengus mendengar ucapan kakaknya. Bikin moodnya hancur saja.

"Ya lagipula ngapain lo ngurusin jodohnya si Hanif, lo mau jodohin dia sama kenalan Lo terus berharap bakalan bisa kendalikan Hanif lewat perempuan itu. Iya? Cecar Lea pada Lina kakaknya

Lina mendelik kesal. Punya adik tak bisa diharapkan banget. Bukannya membantu malah nyinyir. Sungut Lina dalam hatinya.

"Gue gak mau ya lo gangguin ge mulu cuma demi ambisi gak jelas lo itu. Kurang emang duit laki lo? Heran. Urus deh ini cafe sama invest yang bener dan menghasilkan. Jangan mau instan" Lea merepet saking kesalnya

"Heh kalau ko gak mau bantu gak usah berisik. Rese lo" bentak Lina sebelum bangkit dan berlalu meninggalkan adiknya.

Lea menggelengkan kepala melihat tingkah laku kakak tirinya tersebut.

"Darah memang kental" omel Lea.

Lina adalah saudara seayah, namun dibesarkan bersama oleh ibu kandung Lea. Tapi entah kenapa diantara ketiga anak ayahnya hanya Lina yang sedikit berbeda. Lea teringat gosip tentang ibu kandung Lina yang sering dia curi dengar dari keluarga ayahnya, dan sepertinya Lina mewarisi sifat ibu kandungnya yang ambisius, matrealistis sampai berani menghalalkan segala cara. Padahal mereka dididik dengan pola asuh yang sama dan orang yang sama. Tapi seperti kata pepatah darah lebih kental dari pada air, dan gen memang diturunkan.

Sementara itu Lina mengemudikan mobilnya dengan kesal. Adiknya itu memang senang sekali mengguruinya. Sok pinter sampai menasehatinya. Memang siapa yang tak ingin kaya. Selama tidak membunuh menurut Lina halal. Sekarang dia benar-benar harus mencari orang yang lebih kompeten untuk mencari si Ayumi. Setidaknya harus lebih cepat dari Daud dan Halima yang berencana mencarikan istri untuk Hanif. Ya Lina tanpa sengaja mengetahui informasi ini karena salah satu anak buahnya tak sengaja mendengar pembicaraan Karin dan Daud di cafe Dia lantas melaporkannya pada bosnya yang kemudian langsung melapor pada Lina.

...****************...

Sementara itu Daud sedang menemani ibunya menuju toko perhiasan langganannya. Kali ini mereka pergi tanpa sopir sehingga Daud yang mengemudikan mobil . Sejujurnya Daud merasa malas mengantar ibunya terutama karena dia berencana istriahat di rumahnya. Tapi karena ibunya memaksa akhirnya dia berangkat juga.

"Jangan lama- lama Bu, aku beneran ngantuk dan capek, Pengen istirahat di rumah" uja Daud kembali mengingatkan ibunya.

Halima melirik ke arah anaknya yang mengemudikan mobilnya. "Ibu cuma sebentar, kalau sama adikmu pasti dia minta dibelikan juga. Pusing Ibu" keluh Halima

"Kenapa tidak minta antar Henry saja Bu?" protes Daud masih kesal

"Dia sibuk sama istri dan anaknya," Jawab Halima singkat namun menohok Daud.

"Kamu segeralah cari istri lagi, biar ada yang urus kamu dan cepet punya anak lagi" ujar Halima. Daud mendengus mendengarnya. Mencari istri yang kaya seperti Hana tidak mudah. Kebanyakan justru matre dan mengincar hartanya. Bukannya untung yang ada nanti dia buntung. Picik memang Daud.

"Apa perlu Ibu carikan istri dari anak teman Ibu?" tanya Halima kembali. Daud makin pusing mendengarnya

"Entahlah Bu, aku gak mau istri yang merepotkan. Lebih baik cariin istri buat si Hanif itu" ujar Daud

" Ah iya. " ujar Halima merasa diingatkan. " Bagaiman dia, apa kamu sudah tahu kira-kira seperti apa tipenya dia?" tanya Halima

Daud menggeleng " Belum tahu Bu, memang Hadi belum dapat informasi juga?"

"Hah dia bilang tipenya mungkin yang anak pondokan begitu" jawab Halima

Daud tertawa mendengarnya membuat Halima keheranan.

"Bu, aku sudah dapat orang buat dekati dia, dan tampaknya sudah berhasil. Penampilannya seksi malah" ujar Daud

Halima menatap anaknya dengan raut tak percaya " yang benar kamu" tanyanya meyakinkan

"Iya bu, sudah Ibu tenang saja. Tampaknya Hanif sudah mulai membuka diri dengannya. Kebetulan dia kerja di kantorku juga" jelas Daud

"Ohya.. apa dia bisa dipercaya? Jangan sampai malah menusuk kita" ucap Halima tak mau kecolongan.

"Dia profesional Bu, cuma kebetulan dia juga cerdas jadi kerja kantoran juga dia hebat, Ibu tak perlu khawatir" ucap Daud

"Baiklah, urusan ini Ibu percayakan padamu, usahakan jangan terlalu lama, dan tentu saja kita juga harus menyiapkan rencana cadangan lain" ujar Halima menunjukkan tak sedikitpun punya rasa percaya pada orang lain

...****************...

Saat Daud mengantarkan Halima, kedua anaknya yang lain yaitu Dina dan Henry sedang berkumpul di rumah Dina. Karim ikut serta, sementara Rania istri Henry sibuk bermain bersama anak-anak. Rania memang tidak terlalu ikut campur urusan bisnis dan perusahaan. Dia lebih suka mengurusi rumah dan anak-anaknya disela kesibukannya mengelola toko kue kecil miliknya.

Rania tidak memiliki saudara kandung, dan sudah menjadi yatim piatu sejak masih SMA. Orang tuanya meninggalkan rumah yang cukup besar dan mewah yang saat ini dia tempati bersama Henry. Untuk membuat dirinya tetap aktif dan berdaya dia menyalurkan hobi bakingnya dengan membuka toko kue yang dia kelola bersama sahabatnya sejak kecil. Selain itu orang tuanya meninggalkan kebun sawit yang luas di Sumatera dan dikelola oleh kedua adik almarhum ayahnya. Secara rutin mereka akan mengirimkan hasil penjualan panen dari kebun, dan tiap bulan laporan perusahaan langsung dikirim ke Rania. Sejauh ini keluarganya sangat amanah sehingga Rania memiliki simpanan yang melimpah untuk dirinya dan anak-anaknya. Meski terlihat bersahaja tetap saja Rania kaya raya. Jika saja miskin tentu Henry takan menjadikannya istri dan Halima takan menyetujuinya.

"Jadi Bang Daud sudah tahu kalau kamu merencanakan untuk mencarikan istri buat Hanif?" tanya Henry setelah mendengarkan cerita Dina

"Ya, Ibu yang bilang padahal itu ideku" ucap Dina sebal

"Ya sebenarnya tak masalah kalau memang Bang Daud berhasil mendapatkan orang yang mampu membuat Hanif berteluk lutut. Yang harus dipastikan perempuannya tetap dalam kendali kita juga, jangan sampai berkhianat " ujar Karim mencoba membuatnya mudah.

"Kamu tahu siapa perempuan yang dikirim Bang Daud?" tanya Henry lagi. Tapi Dina menggeleng.

"Sudah dapat apa belum juga gak tahu. Cobalah Bang kamu yang hubungi dan tanya pada bang Daud" desak Dina

Henry mendengus. Untuk urusan seperti ini dia malas berurusan dengan kakak tertuanya itu. Meski tak pernah diakui apalagi diucapkan, Daud adalah anak kesayangan Ibunya.

"Lebih baik minta Hadi saja untuk cari tahu" ujar Dina akhirnya

"Ya sudah kamu hubungi dia Din" ujar Henry

"Abang sajalah, malas aku ngomong sama gedebog pisang" sahut Dina

Terpaksa Henry menghubungi Hadi. Namun berapa kali berdering telponnya sama sekali tak diangkat. Akhirnya dia mengirimkan pesan

"Gak ada?" tanya Karim

"Kalau bukan Bapak dan Ibu dia memang suka seenaknya. Aku kirim pesan" ujar Henry

Kemudian mereka bertiga kembali berdiskusi mengenai berbagai rencana mereka untuk ambil alih perusahaan. Target utama lainnya tentu saja Hanif yang sudah ditasbihkan menjadi musuh bersama keluarga Bardi. Atau sebagian keluarga Bardi. Rania yang masih asyik menemani anak dan keponakannya hanya mendengar sekilas rencana-rencana yang didiskusikan suami dan iparnya.

1
Heru Ardi
mkn pnasaran/Determined/
Heru Ardi
lanjooot
Tsuyuri
Menakjubkan!
Heru Ardi
wow pasti pada mau warisan ..ribut nanti. lanjut thor
Heru Ardi
ceritanya bikin penasaran/Grimace/ lanjutannya dooong
Heru Ardi
mantap, lanjuuut tor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!