NovelToon NovelToon
MISTERI SANG PEWARIS

MISTERI SANG PEWARIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Balas dendam pengganti
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: YNFitria

Hana dan Kinan dinyatakan meninggal dalam kebakaran rumah yang dasyat. Daud sebagai suami terpaksa menerima kenyataan tersebut setelah jenazah keduanya ditemukan kosong di dapur rumah mereka. Lalu bagiaman dengan aset yang ditinggalkan Hana yang diwariskan dari almarhum orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YNFitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Ayumi

Flashback

"Bi, itu kok kayak ada suara bayi nangis, anak siapa?" tanya Nani saat dia berkunjung ke rumah yang konon dikontrak paman dan bibinya di Bogor. Mereka berdua terpaksa mengontrak rumah setelah kebakaran yang melanda rumah Hana. Nani yang saat itu disibukkan dengan perkuliahan di Jakarta baru bisa menyambangi mereka setelah cukup lama.

Bi inah segera naik ke lantai dua rumahnya, namun saat Nani akan menyusulnya mang Burhan memanggilnya.

" Makan dulu Nan, bibimu sudah masak supaya kamu makan enak, ini bahkan sudah menyiapkan untuk kamu bawa ke Jakarta" ujar mang Burhan menunjuk makanan di meja makan yang memang banyak.

Seperti biasa sejak Nani SMP, setiap libur dan akan kembali ke sekolah asrama tempatnya belajar maka Bibinya akan memasak sangat banyak. Nani bahkan bisa menyimpan stok lauk untuk satu bulan setiap habis pulang. Untung saja asrama sekolahnya menyediakan kulkas yang besar. Padahal setiap minggu mereka berdua juga akan datang menengoknya dan pasti membawakan makanan untuk persediaan.

Nani memang bersekolah di yayasan milik salah satu yayasan yang menaungi panti asuhan dan sekolah dari sd sampai sma dan juga asrama bagi yang tinggal jauh dari sekolah tersebut. Nani memilih melanjutkan sekolah di yayasan dan tinggal di asrama karena dua alasan. Pertama supaya paman dan Bibinya tidak terlalu capek harus mengurusi dirinya sambil bekerja, dan tak perlu lagi kontrak rumah. Kedua karena saat kelas satu sd dia pernah sekolah di sana waktu ibunya sempat membuangnya ke ke panti asuhan milik yayasan sebelum beberapa bulan kemudian mang Burhan dan Bi inah menjemputnya.

Karena sekolah tersebut jauh dari tempat mang Burhan dan Bi inah kerja, Nani menyelesaikan kelas 1 dan tetap tinggal di panti. Tentu saja mang Burhan dan Bi Inah datang setiap minggu sampai akhirnya Nani ikut tinggal di rumah kontrakan mereka yang berada tak jauh di belakang rumah tempat mereka bekerja. Keduanya sangat menyayangi Nani dan memenuhi semua kebutuhannya.

Dikarenakan mereka bekerja hingga sore sementara Nani pulang jam 1 siang, dia sering merasa kesepian. Mang Burhan dan Bi inah seringkali mengajaknya ke rumah majikan mereka, lalu Nani akan bermain di halaman belakang yang luas dan jika capek akan istirahat di salah satu kamar yang memang diperuntukan bagi mamang dan bibinya. Terkadang dia juga menginap bersama mereka di waktu tertentu. Selama masa Sd nya Nani hampir jarang bertemu Hana yang sibuk sekolah dan banyak kegiatan. namun kedua majikan mamang dan bibinya yaitu Pak Gazali dan Bu Julia sangat baik. Meski begitu dia beberapa kali bertemu Hana yang juga sangat baik serta memperlakukan dirinya seperti adiknya setiap bertemu. Entah boneka, buku, mainan dan bahkan baju pernah diterima Nani setiap kali bertemu Hana yang cuma beberapa kali. Nani sebetulnya sangat senang dan betah tinggal dengan mereka, hanya saja dia memilih untuk sekolah di smp milik yayasan tempatnya pernah dititipkan supaya mang Burhan dan Bi inah tidak terlalu repot mengurusnya dan dia bisa bertemu dengan teman-teman kecilnya yang masih di panti.

Kebaikan keluarga Hana tentu sangat membekas di hati Nani yang dicampakkan ibunya. Seperti mang Burhan dan Bi inah, dia pun berjanji akan selalu membalas budi baik keluarga Hana. Dengan perantara keluarga mereka dan kasih sayang paman dan bibinya Nani bisa hidup dan mendapatkan pendidikan dengan layak.

Dan Ketika Mang Burhan mengatakan mengontrak rumah di Bogor, Nani mengira pertimbangannya karena keluarga besar Bu Julia, almarhumah ibunya Hana disana. Sehingga paman dan Bibinya bisa tinggal berdekatan serta merawat makam Hana. Mereka juga berencana segera mencari uang dengan berjualan nasi, dan lokasi rumah ini sangat strategis untuk berjualan. Meskipun Nani cukup kaget awalnya melihat rumah yang ditempati paman dan bibinya cukup mewah bagi mereka.

Tapi yang menjadi pertanyaan Hana sekarang adalah bayi siapa yang terdengar menangis tadi. Kenapa bisa ada bayi. Saudara mereka tidak ada yang melahirkan dalam beberapa bulan ini. Selain itu bukannya mang Burhan dan Bi Inah berencana berjualan untuk mencari nafkah. Jadi rasanya tidak mungkin mereka menjadi ART lagi atau menjadi pengasuh.

Nani makan dengan pikiran penuh pertanyaan, mang Burhan melihat keponakannya yang jelas terlihat banyak pikiran. Dia pun menghela nafas "Sepertinya harus tambah satu orang lagi yang diberitahu". Begitu pikir mang Burhan

"Makan yang bener Nan, jangan sambil melamun" tegur mang Burhan

Nani gelagapan ditegur mang Burhan lalu kembali makan, tapi baru sadar kalau dia sudah makan banyak dan baru terasa perutnya kenyang.

"Kenyang Mang" ujarnya mengambil minum.

"Lah kamu gak sadar makan banyak dari tadi. Makanya jangan ngelamun" tegur Mang Burhan.

Nani membwa piring bekas makannya ke wastafel lalu mencucinya, sebelum kembali duduk di meja makan.

"Mang, tadi Nani gak salah denger kan? Itu ada suara bayi nangis" Kembali Nani bertanya karena penasaran

Mang Burhan menatap Nani menunggu jawaban darinya. Mang Burhan bingung menjawabnya.

"Tunggu Bibimu turun" akhirnya mang Burhan mencoba mengulur waktu.

Nani merasakan ada hal yang ganjil. Hanya memberitahukan bayi di rumah itu anak siapa saja kenapa seperti susah. Atau apakah paman dan bibinya akhirnya mengadopsi anak?, kenapa dia tidak berpikir kesitu tadi. Tapi kenapa tidak langsung mengatakannya saja, toh Nani senang akhirnya memiliki adik meskipun terpaut jauh usianya. Setidaknya paman dan bibinya tidak akan kesepian. Selain itu dirinya juga hampir lulus kuliah dan masih memiliki tabungan dari hasil kerjanya selama ini, jadi mereka tak perlu takut tentang biaya.

Suara langkah kaki dari tangga membuat Nani menolehkan wajahnya kesana berharap Bi Inah membawa bayinya. Tapi ternyata dia turun sendiri

"Mana bayinya Bi" Tanya Nani antusias sementara bi Inah malah melihat ke arah suaminya.

"Duduk Mbu, sepertinya kita harus memberitahu Nani" ucap Mang Burhan pada istrinya yang tampak enggan. Nani memperhatikannya dan merasa heran. Ini kenapa aneh banget mereka.

"Yakin Pa ini harus kita kasih tahu" tanya Bi Inah pada suaminya, sedikit ragu"

Mang Burhan mengagguk dan mendekati istrinya untuk mengusap bahunya seolah menenangkan dan meyakinkan. Lalu dia duduk di al sebelah istrinya.

"Coba Mbu cerita dulu" dorong mang Burhan . Nani dengan sabar menunggu mereka bicara. Ada keheningan yang lama, sebelum akhirnya Bi Inah berkata dengan takut dan pelan.

"Bayi itu..namanya Ayumi" ujarnya memulai. Mang Burhan masih mengusap punggung istrinya sementara Nani dia menunggu kelanjutannya. Dia tak mau menyela takut bibinya tak melanjutkan ucapannya

"orang tuanya untuk sementara sedang bolak-balik ke Jakarta dan Ciamis. Jadi Ayumi dititipkan dulu disini" lanjut Bi Inah masih terlihat ragu

"Apa aku kenal orang tuanya Bi?" tanya Nani penasaran karena tak mungkin bibinya bersedia dititipi bayi begitu saja.

Mang Burhan dan Bi Inah kali ini menghela nafas bersamaan, dan tentu saja membuat Nani heran. Ada apa dengan mereka berdua, kenapa bersikap seperti ini.

"Mungkin kamu kenal Nan, tapi Bibi belum siap kasih tahu siapa orang tuanya. Yang jelas mereka orang yang sangat baik dan Bibi punya hutang budi sehingga ikhlas sering dititipkan anaknya. Selain itu kasihan juga kalau harus sering bolak-balik masih kecil begitu. Bibi sama Mamang juga jadi merasa sibuk tapi senang" ujar Bi Inah menjelaskan

"ya sudah Bi, Nani juga cuma penasaran saja. Tapi boleh gak Nani lihat? Dia tidur ya?" jawab Nani biasa saja meskipun penasaran. Nani yakin paman dan bibinya punya alasan kenapa enggan menyebutkan siapa kedua orang tua anaknya.

"Masih tidur Nan, biasanya sejam lagi bangun" ucap Bi Inah

"Ya sudah aku mau santai rebahan dulu, nanti kalau Ayumi bangun aku main sama dia bi" ujar Nani dan langsung menuju ruang tengah dan rebahan di sofa sambil bermain dengan ponselnya.

Sedangkan mang Burhan dan bi Inah diam sambil saling melihat. "Sudah mbu, Bapa rasa kalaupun nanti Nani tahu dia bisa dipercaya dan pasti akan membantu" ujar mang Burhan menenangkan

"Mbu cuma bingung nanti kalau Nani tanya" ucap Bi Inah masih terlihat bingung dan cemas. Mang Burhan menepuk-nepuk pundak istrinya menyalurkan ketenangan.

...***************...

Lebih dari sejam kemudian baru terdengar suara bayi nangis. Nani menajamkan telinganya memastikan bahwa suara yang didengarnya memang suara tangisan bayi. Nani akhirnya bangun dan berencana memanggil Bi Inah, tapi dia tak melihatnya di meja makan ataupun dapur. Nani lalu mengetuk kamar dekat tangga yang dia tahu ditempati paman dan bibinya. Tapi sampai tiga kali memanggil dan mengetuk pintu tak juga terdengar sahutan.

Nani bingung kemana paman dan bibinya kok tidak ada, dan mereka juga pamit. Dia berencana mencari ke depan rumah tapi suara tangisan yang makin kencang mengurungkan niatnya. Nani memilih menaiki tangga menuju lantai dua. Ada tiga kamar di atas dan Nani mendatangi satu kamar yang menurutnya asal suara tangisan terdengar.

Nani membuka pintu dengan pelan supaya tidak membuat bayi di dalam semakin kaget dan menangis lebih kencang. Begitu terbuka matanya langsung tertuju ke arah boks bayi di sebrang pintu tak jauh dari jendela. Dilihatnya seorang bayi yang sudah terduduk menghadap jendela menangis. Nani langsung berjalan ke arah boks bayi sambil memanggilnya.

"Ayumi...."ucap Nani lembut mendayu panjang khas orang yang memanggil anak kecil. " Sini main sama teteh yuk" ucapnya sambil mencoba menyentuh Ayumi yang menangis.

Mendengar suara orang mendekat dan memanggilnya Ayumi menengok ke sampingnya tempat Nani datang. Tangisnya sedikit memelan sebelum berhenti dan mengoceh melihat orang yang dikenalnya datang. Ayumi bahkan mencoba berdiri dengan berpegangan pada pinggiran boksnya untuk menggapai Nani sambil terus mengoceh.

Sementara itu Nani yang sudah berada di samping boks Ayumi terkejut dan mematung melihat Ayumi di hadapannya. Nani mengucek matanya lalu kembali melihat Ayumi memastikan bahwa dia tak salah lihat. Tapi ternyata sosok Ayumi tidak berubah sama sekali dari pertama melihatnya, apalagi Nani melihat Ayumi mulai mengoceh ke arahnya seolah memanggil dan masih mengenalinya.

"Tidak mungkin..Ayumi..." ucap Nani kehilangan kata-kata.

Lengan kecil Ayumi berusaha menggapai Nani yang berdiri tepat di depannya. Dia mengoceh seolah protes kenapa Nani tidak mendekat dan menggendongnya. Nani seolah tersadar lalu meraih lengan Ayumi dan mengelus pipinya yang putih. Diusapnya sisa air mata Ayumi yang masih tersisa. Terlihat Ayumi begitu senang Nani mendekatinya.

"Ayumi..kamu , apakah kamu .."

"Nan..." teriak Bi Inah tersengal memanggilnya karena berlari menaiki tangga Tak lama sosok mang Burhan menyusul muncul di kamarnya.

Nani menggendong Ayumi lalu menghadap bi Inah dan mang Burhan. Pandangan Ayumi penuh tanya, sementara Ayumi yang digendongnya mengoceh dan memainkan rambut Nani .

"Bi tolong jelaskan, apakah ini Ki..." tanya Nani

Bi Inah menarik nafas namun dengan cepat menyela ucapan Nani

"Namanya Ayumi, kamu harus memanggilnya Ayumi" ucapnya cepat membuat Nani terdiam

"Namanya Ayumi, ingat Namanya Ayumi dan kamu harus memanggilnya Ayumi" Bi Inah kembali menekankan. " orang tuanya adalah Adnan Ibrahim Malik, dan Ibunya Julia Hanami Sasmita" ujar Bi Inah.

1
Heru Ardi
mkn pnasaran/Determined/
Heru Ardi
lanjooot
Tsuyuri
Menakjubkan!
Heru Ardi
wow pasti pada mau warisan ..ribut nanti. lanjut thor
Heru Ardi
ceritanya bikin penasaran/Grimace/ lanjutannya dooong
Heru Ardi
mantap, lanjuuut tor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!