💮Warning mengandung unsur 21+ jadi bijak dalam memilih bacaan ya💮
Di tinggalkan oleh orang yang kita cintai tentu sangat berat. Apa lagi dengan hadirnya sesosok makhluk kecil yang di sebut anak. Gerry Ardana seorang pengusaha properti harus menelan kenyataan pahit karena istrinya mendadak meninggalkan dirinya setelah melahirkan putra pertama mereka. Sang istri tak terima melahirkan bayi prematur yang di diagnosa dokter memiliki kekurangan itu. Di sisi lain bayi yang diberi nama Zafa Ardana itu memiliki alergi terhadap susu sapi. Lalu bagaimana nasib baby Zafa? ikuti kisah selengkapnya.
S2. Menceritakan tentang kehidupan percintaan Didi, Aldo dan Arsen. (S2 ini gado-gado kisahnya. Jika suka silahkan lanjut, jika tidak tinggalkan othor disini tanpa kata" yang menyakitkan)
Plagian harap menjauh, kisah ini pure dari hasil Meres otak. Jadi jangan sekali sekali mencontek
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
🌸Selamat membaca🌸
warning part hareudang alias 21+ mohon bijak. Bagi yang belum cukup umur dan jomblo bisa scroll aja ya. Tapi tetep komen dan like
Mas, ini di kantor." ujar Dian cemas diantara geleyar nikmat yang dia rasakan.
"Kantor ini milikku sayang, aku bisa berbuat apapun yang aku mau." Bisik Gerry dengan suara parau, dengan sekali hentakan dress Dian terlepas dari tubuhnya dan menyisakan dalaman berwarna senada, yang membuat Gerry kesusahan menelan salivanya.
Dengan perlahan Gerry melepas kain terakhir yang menempel di tubuh Dian, Mata gerry semakin memancarkan kabut gairah yang sudah tak tertahan. Ia mengangkat tubuh Dian kedalam pangkuannya. Wajah Dian memerah menahan malu Karne Gerry terus menatap tubuh Dian dengan intens. Gerry melu*mat kembali bibir Dian, memagutnya dengan liar tanpa terkendali. Tangan kiri Gerry bergerak aktif di inti tubuh bagian bawah Dian, jemarinya terus bergerak dengan gerakan tak teratur membuat tubuh Dian serasa dialiri sengatan listrik.
"Ssstt.. aah mas!!" bibir Dian terus merancau dan mendesah. Gerry segera menurunkan resleting celananya. Pusaka Gerry sudah berdiri tegak meminta keadilan. Dengan gerakan halus, Gerry mengangkat tubuh Dian dan mulai melesakkan pusakanya kedalam inti tubuh Dian.
Sejenak Gerry terdiam merasakan kehangatan dan kelembaban inti tubuh Dian yang terasa mencengkeram pusakanya erat.
Gerry mulai menggerakkan tubuh bagian bawahnya untuk melesak lebih dalam lagi. Dian hanya mampu mendongakkan kepalanya sambil menutup mata. Kenikmatan yang tiada duanya. Dian pun mulai turut bergerak mengimbangi gerakan Gerry yang mulai kasar. Hingga keduanya mengejang mencapai kenikmatan duniawi yang memuaskan. Gerry mengecup kening Dian yang masih basah karna berkeringat.
Gerry menatap wajah lelah Dian yang masih sedikit pucat. Ada rasa bersalah dalam hatinya yang tak bisa menahan gairahnya saat berdekatan dengan Dian. Karena Dian adalah candu untuk Gerry. Bahkan meski pernah melahirkan inti tubuh Dian sepertinya tak mengalami perubahan apapun.
"Maaf, aku tidak bisa menahan diriku sayang!"
Ponsel Dian bergetar, namun si empunya sepertinya enggan untuk membuka mata. Gerry menggeser icon berwarna hijau saat nomor mamanya tertera di layar.
"Dian, kamu dimana nak? ini Tante Clara sama Didi udah nungguin dari tadi lho." Ucap nyonya Arini begitu panggilannya tersambung.
Gerry mengetatkan rahangnya, ada rasa panas menjalari hatinya. 'Ada urusan apa Dian bertemu dengan Didi dan mamanya? '
"Apa maksud mama?" tanya Gerry tak sabar.
"Eh Gerry. Dian sama kamu ya? suara nyonya Arini terlihat gugup.
"Katakan sama Gerry apa maksud mama mempertemukan Dian dengan Tante Clara dan Didi. Jawab Gerry mah.. !!" Gerry menaikkan suaranya membuat Dian yang tengah terlelap menjadi terkejut
"Ada apa mas?" Dian menatap wajah suaminya yang dingin dengan penuh tanda tanya. Apalagi sekarang ponselnya sedang ada dalam genggaman Gerry.
Gerry mematikan sambungan teleponnya. Ia masih memancarkan wajah yang dingin dan datar.
"Apa kau bermain² di belakangku?" tanya Gerry dingin, Dian masih belum mengerti apa maksud suaminya itu.
"Maksud mas apa?" tanya Dian dengan raut bingung. Sebenarnya siapa yang menghubunginya.
"Jawab saja pertanyaanku Dian. Apa kau sedang memiliki janji temu dengan pria lain di belakangku?"
Dian menggeleng jengah. Kadang sikap posesif suaminya itu sering salah alamat.
"Apa kau meragukanmu mas?" Dian bertanya dengan mata yang sarat akan kekecewaan. Sehina itukah dia di mata suaminya.
"Jika kau tak ingin aku meragukanmu jawab pertanyaanku dengan benar." Suara Gerry semakin datar.
Baru saja mereka mereguk kenikmatan duniawi bersama² sekarang sudah dihadapkan dengan tuduhan tak beralasan.
Dian bangkit memunguti pakaiannya. Dengan Langkah gontai ia menutup tubuhnya dengan jas Gerry, lalu masuk ke kamar mandi dan menghempas pintunya dengan keras. Hingga Gerry tersentak kaget.
Tak lama berselang Dian keluar dari kamar mandi, ia memakai lagi dress-nya yang sedikit kusut karena perbuatan Gerry tadi, dengan wajah kesal.
"Aku kemari untuk meminta ijin padamu mas, untuk bertemu mamah, Tante Clara dan mas Didi. Mama memintaku join untuk buka cafe. Tapi kalo persepsi mas seperti itu padaku, aku benar² kecewa mas. Serendah itukah aku di matamu?" ucap Dian lirih. Hatinya benar² terluka dengan sekuat tenaga ia menahan agar air matanya tak mengalir di hadapan suaminya itu. Dian menyambar tasnya ia langsung pergi dari ruangan Gerry tanpa bisa di cegah. Gerry meremas rambutnya frustasi. Ia langsung segera berlari menyusul Dian. Rasa bersalahnya semakin besar pada Dian.
Gerry sadar ia terlalu cemburu pada siapapun yang berusaha mendekati Dian. apalagi Gerry tau betul bagaimana perasaan Didi pada Dian.
Gerry menengok ke kiri dan kanan saat ia sampai di depan lobi, ia tak mendapati Dian ada di sekitar gedung perusahaannya.
"Kemana kamu sayang?" Batin Gerry semakin dirundung kecemasan.
Ia segera merogoh ponselnya dan menghubungi Sigit.
"Sigit, minta anak buah kita untuk mencari keberadaan istriku sekarang. Retas CCTv di setiap sudut jalanan. Sekarang ..!!" Setelah itu Gery mengendarai mobilnya menuju restoran milik mamanya. Ia berpikir mungkin Dian ada di sana sekarang.
.
.
.
Dian duduk di kursi sebuah taman air matanya benar² tak bisa lagi dibendung. Dengan menutup wajahnya memakai kedua telapak tangannya Dian menangis sesenggukan.
Mengapa rasanya sesakit ini dicurigai oleh suaminya sendiri. Sedangkan dulu saat dia di tinggalkan Rian sewaktu hamil Zafrina, dia bisa menerima semua dengan lapang dada.
Saat Dian masih menunduk tiba² ada tangan kekar yang menyodorkan sapu tangan ke arah Dian dari belakang. Dian mengangkat kepalanya, ia lalu menoleh dan langsung terkejut melihat sosok pria yang menyodorkan sapu tangan itu.
"Pakailah, itu masih bersih." Ucap pria itu.
Dian menerima dengan tangan bergetar. "Terimakasih.."
"Apa ada yang menyakiti hatimu?" tanya pria itu, menatap lembut wajah Dian.
"Tidak, aku hanya .." Dian tidak melanjutkan ucapannya, ia pun bingung ingin memberi alasan apa pada pria itu.
"Tidak perlu mencari alasan lain. Aku tau apa yang kau hadapi sekarang. Aku kenal betul siapa suamimu itu. Tidak heran jika suatu saat kau akan tersakiti dengan sikapnya." Ujar pria itu dengan wajah tenangnya. Dian bahkan tertegun menatap pria itu.
"Jauhi istriku, Rian..!!"
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Neh bonus up buat kalian yang setia nunggu dan baik hati ngasih aku hadiah poin dan vote.
tanpa kalian othor bukan siapa-siapa cuma penulis recehan. Terimakasih 😘😘
dengan perjanjian yg dibuat itu dimna apabila anaknya dian cewe dia tak mau mengakui dan kontrak berakhir itu sama aja udah talak,tapi talaknya berlaku pas dian sdh melahirkan... memang kadang banyak yg salah sangka dengan ini.. sama halnya nikah kontrak yg memiliki masa berlaku,apabila sampai masanya dan kedua pihak ingin melanjutkan pernikahan tersebut sebaiknya dilakukan akad nikah kembali... wallahi