AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Haaaaah........
Farah kembali mengamuk, menghamburkan semua barang-barang yang ada di dalam kamarnya.
Yunita yang mendengar suara jeritan anaknya bergegas pergi ke kamar Farah untuk melihat apa yang sudah terjadi.
"Farah, kau kenapa?" tanya Yunita panik.
"Sialan,...!" umpat Farah, "Wira brengsek!"
"Kenapa memangnya?"
"Gara-gara Wira, tidak ada satupun perusahaan yang memperkerjakan ku."
"Apa yang telah di perbuat Wira?"
"Drama bunuh diri yang aku lakukan di kantor Wira membuat beberapa perusahaan takut untuk menerima ku. Sekarang, apa yang harus aku lakukan mah?"
Farah mengusap wajahnya kasar, mau bagaimana lagi? di satu sisi Farah hanya lulusan sekolah menengah ke atas. Berkat bantuan Dania lah Farah bisa bekerja di kantor Wira.
"Pengalaman yang aku miliki tidak bisa menyakinkan mereka. Apa lagi pendidikan ku tidak sarjana!"
"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang Farah? kamu tahu sendiri utang papah mu sangat banyak." Yunita kembali menekan anaknya.
Farah mendengus kesal, menoleh ke arah mamahnya.
"Mah, bisa kah jangan membahas utang, utang dan utang. Aku pusing...! karena utang judi papah, aku yang harus menanggung semuanya!"
"Lalu mamah harus meminta pada siapa? kamu kan anaknya!" ucap Yunita dengan entengnya.
Byuuh,....Farah membuang nafas kasar.
"Berhenti menekan ku mah. Aku lelah. Jadi, lebih baik mamah keluar sekarang!"
Farah mendorong Yunita agar keluar dari kamarnya.
Belum juga selesai masalah pekerjaan, ponsel Farah sejak tadi berdering. Wanita ini hanya melirik karena Farah sudah tahu siapa yang menelponnya.
"Penagih utang bedebah!" umpat Farah yang benar-benar kesal.
Pikiran dalam kepala Farah terus berputar mencari ide bagaimana dirinya bisa menghasilkan uang banyak. Rencana yang tidak sesuai membuat wanita ini kacau.
"Andai aku bisa menikah dengan Wira, sudah pasti dia bisa memberi ku uang yang banyak apa lagi Wira anak tunggal."
Hati Farah kembali panas ketika mengingat Wira yang sudah menikah dengan perempuan lain. Mau bagaimana lagi, demi uang untuk membayar utang Farah bertekad untuk merebut Wira.
Lain cerita, tentang kebahagiaan Wira. Sejak Mawar dulu nyatakan hamil, pria ini memutuskan untuk bekerja dari rumah. Asti sangat mendukung apa pun itu keputusan anaknya karena mereka tidak mau masa lalu terulang kembali.
"Di mana Mawar?" tanya Asti yang tidak melihat menantunya itu.
"Sedang tidur mah, tadi malam Mawar tidak bisa tidur. Katanya badannya pegal semua."
"Kenapa? apa kau menggasak istri mu?"
"Mah, mana ada seperti itu...!"
"Halah, awas aja kalau kamu bikin Mawar kecapean, mamah akan menggantung mu!" ancam Asti membuat Wira langsung menelan ludahnya.
"Sama anak sendiri juga, kejam!" kata Wira langsung pergi begitu saja untuk menghindari omelan mamahnya.
Wira kembali ke kamar, lelaki ini sudah tahu Mawar kelelahan tapi masih saja berniat untuk mengerjai sang istri agar bangun.
"Sayang, bunga Mawar ku. Bangun dong, mas kesepian nih!"
Wira mencubit pipi istrinya. Mawar yang merasa terganggu hanya menepis tangan suaminya.
"Sayang, bangun dong. Mas kesepian nih...!"
Sekali lagi Wira mencubit pipi istrinya.
Mawar yang geram dengan sikap suaminya langsung menendang pria itu hingga terguling dari atas tempat tidur.
"Sayang, kenapa kau menendang mas mu ini?"
"Mas, aku sangat mengantuk. Kenapa kau tidak bisa membiarkan aku tidur satu jam saja?"
Wira berdiri lalu menghampiri istrinya.
"Mas kesepian, jangan tidur. Temani mas saja yuk muter-muter, siapa tahu nemu jajanan enak!"
Mendengar kata jajan mata Mawar langsung hijau merah kuning.
"Mas serius?"
"Em, mas bosan di rumah!"
"Kalau bosan kenapa gak pergi kerja aja?" protes Mawar.
"Mas kerja dari rumah sayang. Gaji Dimas sudah naik dua kali lipat jadi, mas bisa menemani kamu di rumah."
"Mas takut ya kalau masa lalu kembali terjadi?"
Tiba-tiba Mawar memberi pertanyaan yang membuat Wira terdiam.
"Eh, maaf mas. Bukan maksud ku mengingatkan!" ucap Mawar tidak enak hati pada suaminya.
Wira tersenyum, mengusap kepala istrinya dengan lembut.
"Gak usah di bahas. Bersiap-siap lah, mas tunggu di bawah ya...!"
Mawar hanya mengiyakan, wanita ini langsung mengusap dadanya karena salah memberi pertanyaan.
"Maafin aku mas...!" batin Mawar merasa bersalah.
Suami istri ini kemudian pergi, Mawar sangat senang sekali jika di ajak muter-muter seperti ini. Tubuh yang lelah dan mata yang masih mengantuk langsung hilang seketika.
"Sayangnya mas, mau es cendol gak?"
"Mau dong mas, udah lama aku gak minum es cendol!"
Wira menepikan mobilnya kemudian memesan dua porsi es cendol. Rasanya segar sekali, hanya beberapa kali tegukan sudah habis.
Setelah membayar, Wira mengajak istrinya melanjutkan perjalanan. Di bandingkan makan di cafe atau di restoran mewah, Mawar lebih senang jajan di pinggir jalan seperti ini.
"Mas, ada rujak...!"
Mawar menelan ludahnya ketika melihat bapak-bapak yang menjual rujak di pinggir jalan.
"Kamu mau?"
"Iya mas....!"
Wira kembali menepikan mobilnya, memang satu porsi rujak sesuai permintaan sang istri. Tak berada lama Wira kembali ke dalam mobil.
"Kenapa cuma kedondong, kan masih ada buah yang lain?"
"Hanya ingin, kenapa memangnya?" Mawar bertanya balik.
"Tidak, kalau kamu suka makan buah kedondong nanti kita tanam pohonnya ya...!"
"Menanam Mawar aja baru tunas udah mau menanam kedondong. Gak lucu ah...!" gurau Mawar yang mulai berani bercanda ke arah yang sensitif.
"Hmmm,....kamu mulai berani ya...!"
"Goyang adek dong mas....!"
Mawar semakin menggoda suaminya, membuat Wira tertawa lucu melihat ekspresi sang istri.
Wira langsung mengusap perutnya istri, "jauhkan anak hamba dari sifat kami berdua ya Tuhan!" ucap Wira malah membuat Mawar tertawa.
Wira kembali melajukan mobilnya, air liurnya hampir saja menetes ketika melihat Mawar memakan rujak tersebut dengan lahap.
"Terkadang aku bingung dengan satu hal," kata Wira membuat Mawar bingung.
"Dalam hal apa yang mas maksud?"
"Kata orang, harus mengenal jauh lebih dalam dulu jika kita ingin memilih pasangan. Tapi, mas hanya butuh waktu sebentar untuk mengenal mu lalu menikah. Kenapa ya?"
"Menurut mas sendiri, kenapa?"
"Jodoh mungkin, entah kenapa saat itu mas ingin cepat-cepat menikahi mu. Mas juga gak tahu alasannya."
"Aku juga gak tahu alasan apa yang membuat ku harus menerima mas. Jujur saja, aku tidak pernah membayangkan jika aku akan menikah dengan seorang duda."
"Kalau mas boleh tahu, seperti apa laki-laki idaman mu?"
Wira mulai penasaran.
"Tidak muluk-muluk, yang penting setia dan bertanggung jawab. Karena aku sadar diri dari latar belakang mana aku di lahirkan dan di besarkan," jawab Mawar dengan jujurnya.
"Wah, kamu dapat mas ya seperti ketiban duren. Meskipun duda, tapi mas ini tampan, mapan dan kaya. Di tambah lagi mas ini tipe setia dan bertanggung jawab. Intinya," ucap Wira dengan bangganya.
"Em, iya. Mas suami ku ini memang paket lengkap. Terimakasih sudah mau menjadi suami dari bunga Mawar ini."