NovelToon NovelToon
Time Travel Dokter Modern Ke Zaman Kuno

Time Travel Dokter Modern Ke Zaman Kuno

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Reinkarnasi / Zombie / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:248.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: Lily Dekranasda

Di tengah dunia yang hancur akibat wabah zombie, Dokter Linlin, seorang ahli bedah dan ilmuwan medis, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Laboratorium tempatnya bekerja berubah menjadi neraka, dikepung oleh gerombolan mayat hidup haus darah.

Saat ia melawan Raja Zombie, ia tak sengaja tergigit oleh nya, hingga tubuhnya diliputi oleh cahaya dan seketika silau membuat matanya terpejam.

Saat kesadarannya pulih, Linlin terkejut mendapati dirinya berada di pegunungan yang asing, masih mengenakan pakaian tempurnya yang ternoda darah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedatangan Keluarga Rusuh

Langit sore mulai menampakkan warna jingga keemasan saat Linlin perlahan membuka matanya. Setelah tidur siang yang cukup lama, tubuhnya terasa segar kembali.

Ia bangkit, merapikan rambutnya yang sedikit kusut, lalu berjalan keluar kamar. Begitu membuka pintu, aroma daging yang masih segar tercium di udara.

Di halaman depan, Yi Hang baru saja kembali dari berburu. Ia membawa seekor kelinci liar yang tergantung di tangan kirinya. Wajahnya sedikit berkeringat, tapi ekspresinya tetap tenang seperti biasa.

"Kau sudah bangun?" tanya Yi Hang sambil menatap ke arah Linlin yang baru keluar.

"Cantik." ucapnya dalam hati, padahal Linlin baru bangun tidur.

Linlin meregangkan tubuhnya sedikit. "Hm… Aku tidur terlalu lama, ya?"

Yi Hang tersenyum kecil. "Tidak masalah, setelah mengobati Jang Li, wajar jika kau lelah."

Linlin hendak menjawab, tetapi tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat dari luar gerbang.

BRAK!

Pintu rumah mereka tiba-tiba didorong dengan kasar.

Tiga orang masuk tanpa permisi, keluarga Kakek Dong—Dong Wi (anak Kakek Dong), Wei Yu (istri Dong Wi), dan Dong Go (anak mereka yang masih remaja).

Mereka bertiga masuk tanpa permisi, wajah mereka penuh dengan ekspresi yang sudah Linlin tebak—ketamakan.

"Yi Hang! Yi Hang!" teriak Dong Wi.

Yi Hang menoleh, lalu menghela napas pelan, seakan sudah tahu niat kedatangan mereka.

"Paman Dong…" Yi Hang memberi salam dengan sopan. "Ada perlu apa kemari?"

"Yi Hang!" seru Dong Wi dengan suara keras. "Kami dengar kau menjual rusa di pasar kemarin. Kau pasti mendapat banyak uang, bukan?"

Wei Yu, wanita gemuk dengan wajah penuh ekspresi dramatis, melangkah maju. "Hah! Kau pasti menyembunyikan uang itu! Apa kau lupa siapa yang membesarkanmu?! Ayah mertuaku sudah seperti ayah bagimu!"

Dong Go, anak laki-laki mereka yang masih remaja, menyeringai. "Yi Hang, sebagai bagian dari keluarga, kau seharusnya berbagi. Masa kau enak sendiri sementara kami susah?"

Yi Hang tetap diam, tetapi Linlin melihat matanya. Ia jelas merasa tidak nyaman, tetapi sulit untuk membantah karena rasa terima kasihnya kepada Kakek Dong.

Sebelum Yi Hang sempat bicara, Linlin melangkah maju, berdiri di antara mereka.

Wei Yu mengerutkan kening, matanya menatap Linlin dari atas ke bawah dengan tatapan meremehkan. "Hei, siapa kau? Kenapa ikut campur urusan keluarga?"

Dong Wi menyipitkan mata dan mendengus. "Hah! Sepertinya kau wanita asing. Apa kau wanita yang dibawa Yi Hang dari luar desa?"

Dong Go tertawa sinis. "Jangan-jangan perempuan ini yang menghabiskan uang Yi Hang? Makanya dia tidak mau memberi uang pada keluarganya!"

Wei Yu mendramatisir keadaan, jatuh ke lantai sambil menangis keras, bahkan menepuk-nepuk tanah seperti wanita zaman kuno yang meratapi nasib.

"Astaga!! Dunia ini sungguh kejam! Ayah mertua sudah mati, tapi anak angkatnya malah jadi orang tak tahu terima kasih! Bagaimana mungkin cucu angkat yang di rawat dengan susah payah malah menyia-nyiakan keluarganya sendiri!"

Keributan itu mulai menarik perhatian warga desa.

Satu per satu, orang-orang keluar dari rumah mereka dan mulai berkerumun di sekitar halaman rumah Yi Hang.

"Ada apa ini?"

"Sepertinya keluarga Kakek Dong sedang meminta sesuatu dari Yi Hang."

"Ah, mereka pasti menginginkan uangnya lagi!"

Bisikan-bisikan mulai terdengar. Linlin melihat semakin banyak orang yang datang, tetapi itu justru membuatnya semakin tenang.

Ia menatap keluarga Kakek Dong dengan ekspresi santai, lalu berbicara dengan suara lembut namun tegas.

"Diamlah."

Wei Yu langsung berhenti menangis dan menatap Linlin dengan wajah terkejut. "Apa?! Kau menyuruhku diam? Kau pikir kau siapa?!"

Linlin tersenyum tipis. "Aku? Aku hanyalah seseorang yang tidak suka melihat orang tak tahu malu menuntut sesuatu yang bukan miliknya."

Dong Wi melotot. "Kurang ajar! Kau pikir kau siapa berani bicara seperti itu?!"

Wei Yu bangkit dan menunjuk Linlin dengan marah. "Perempuan ini pasti hanya penggoda yang ingin menghabiskan uang Yi Hang! Cepat pergi dari sini!"

Linlin tetap berdiri tegak, lalu menatap tajam ke arah keluarga Kakek Dong.

"Dengar baik-baik. Aku tidak peduli siapa kalian, tapi aku ingin tahu, di mana kalian saat Yi Hang berjuang sendirian di gunung? Di mana kalian saat dia kelaparan di musim dingin? Di mana kalian saat dia terluka karena berburu? Kakek Dong yang membawanya dan merawatnya, bukan kalian. Jadi kenapa sekarang kalian datang menuntut uang seolah-olah kalian yang merawatnya?"

Dong Wi terdiam, tidak bisa langsung membalas.

Wei Yu menggertakkan giginya. "Yi Hang berutang budi pada Ayah mertua! Itu artinya dia harus membantu kami sekarang!"

Linlin terkekeh. "Membantu? Atau kalian hanya ingin hidup enak tanpa usaha?"

Dong Go mengepalkan tangan. "Hei! Jangan bicara sembarangan!"

Linlin tidak terpengaruh. "Jika kalian benar-benar butuh uang, bekerja. Bukan meminta-minta."

Wei Yu semakin marah, tetapi warga desa yang menonton mulai berbisik lebih keras.

"Apa yang dikatakan Nona Linlin benar…"

"Iya, keluarga Kakek Dong memang selalu datang meminta uang dari Yi Hang."

"Memalukan sekali."

Bisikan warga desa semakin ramai, tetapi Dong Wi tak peduli. Wajahnya merah padam karena marah dan malu, tetapi bukannya mundur, ia justru melangkah maju dan menyambar kelinci buruan di tangan Yi Hang.

"Kalau kau tak mau memberi uang, setidaknya biarkan kami mengambil ini! Kami juga butuh makan!" serunya kasar.

Yi Hang langsung menarik kelincinya kembali, matanya tajam dan penuh ketegasan.

"Tidak. Ini untuk Linlin." ucapnya dalam hati.

Dong Wi menggeram. "Dasar bocah tak tahu diuntung! Kau benar-benar lupa siapa yang merawatmu, huh?! Aku tidak peduli, kelinci ini milik kami sekarang!"

Yi Hang sudah bersiap bertarung, menghadapi Dong Wi jika perlu. Ia tidak akan membiarkan siapa pun mengambil kelinci nya.

Dong Wi kembali ingin meraih kelinci itu.

Dengan tatapan dingin, Linlin meraih pergelangan tangan Dong Wi yang mencoba menarik kelinci itu.

Ceklek!

Seketika, tubuh Dong Wi membeku. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, dan wajahnya pucat pasi.

Rasa sakit tajam menjalar dari tangannya, seperti ada ribuan jarum menusuk langsung ke sarafnya.

Wei Yu dan Dong Go terbelalak.

"Su—suamiku?! Apa yang terjadi?!" Wei Yu berteriak panik.

"Ayah.. Kau kenapa?" tanya Dong Go.

Dong Wi mencoba menarik tangannya, tetapi tak bisa. Rasa sakitnya semakin menjadi-jadi, seolah Linlin hanya perlu sedikit menekan untuk membuatnya pingsan.

Warga desa yang menonton menahan napas.

"Apa yang terjadi?"

"Kenapa Dong Wi tiba-tiba ketakutan begitu?"

Linlin tersenyum dingin. "Aku tidak suka kekerasan, tapi aku lebih tidak suka orang yang rakus dan tidak tahu malu."

Dong Wi berkeringat semakin deras. Tangannya terasa seperti mati rasa, dan lututnya mulai lemas.

"A—aku salah, lepaskan!" suaranya bergetar.

Linlin mendekatkan wajahnya sedikit, berbicara dengan suara pelan namun tajam.

"Ingat baik-baik, jika kalian berani datang lagi untuk merampas sesuatu yang bukan milik kalian… Aku tidak akan sebaik ini."

Seketika, Linlin melepaskan tangannya.

BRAK!

Dong Wi langsung jatuh terduduk di tanah. Tubuhnya gemetar, matanya kosong, dan wajahnya masih pucat.

Wei Yu bergegas menarik suaminya berdiri. "Ayo kita pulang! Cepat!"

Mereka bertiga berlari terbirit-birit, bahkan tanpa menoleh lagi.

Warga desa yang melihat kejadian itu berbisik kagum dan terkejut.

Yi Hang masih menatap Linlin dengan ekspresi tak terbaca. Yi Hang terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela napas dan tersenyum samar.

"Terima kasih."

Linlin mengangkat bahu santai.

1
Laya Anita
Recomended parah !!!!
EsTehPanas SENJA
wakakaa akhirnya saling inget yah 🤣
Rifal Taura
kasi banyak kak
Tri Wahyuanta
terus semangat
Maima Elfaam
Kecewa
Maima Elfaam
Buruk
Gibran Ganteng
jgn pisahkan mereka thor
Efa Arfa
Aamiin... semoga dilancarkan...
panty sari
lanjut
Osie
wuuuaaaww puaaass bacanya..keren lilin.. gak sabar akunu ggu action lilin menghempas para pengkhianat kekaisaran
Osie
preeet keluarga sampah..blm tau aja kalian siapa itu linln..sekali hempas habis dah kalian semua
Tiara Bella
wow....romantisnya
Osie
iyyaacch ini si putri menteri sok jumawa ntar nyungsep ndiri baru nyahok
Mineaa
yang ke empat...kira kira cahaya nya berbentuk apa ya.... penisirin akuh....,
MIA,ER
dalam mimpi😏
Mineaa
ha...ha..ha....., dasar si Linlin...bisa bisa nya...bikin kehebohan seantero kekaisaran....
Duwianto
q kasih kopi kak biar semangat ngetiknya 🤭🤭
Paramitha Tikva
Wiiiuh hari ini crazy up,, thank you Thor
Besuk isinya manipulasi
Srie Ncii Herdiansyah
jangan² nanti ada eposod linlin kembali ke dunia modern,dan yihang mencari cara supaya bisa menyusul kesana 🤣🤣
Sribundanya Gifran
thor up bnyak lagi dah tak ksih kopi menemani harimu
lanjut💪💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!