Menggoda Wanita Dewasa

Davin membawa mobilnya menuju salah satu gedung apartemen mewah di kota J. Setelah memperlihatkan access card pada penjaga pintu masuk Davin bisa melenggang dengan santai masuk ke dalam sini, apartemen Pacific Plece. Apartemen dengan tingkat keamanan tinggi untuk para penghuninya.

Hanya orang-orang yang memiliki acces card yang diizinkan masuk di kawasan gedung. Dan tiap unit apartemen di beri 5 acces card untuk penghuninya.

Tanpa acces card, tetap bisa masuk asalkan setelah penjaga keamanan itu mendapatkan izin dari unit apartemen yang dituju oleh tamu.

Menuju lantai 10 dan langsung ke salah satu unit apartemen, memindai acces card itu hingga terdengar bunyi Klik!

Tanda pintu sudah terbuka.

Senyum Davin terkembang dan segera masuk ke dalam sana. Apartemen ini adalah apartemen milik Viona, dibeli saat dulu awal-awal sang ayah menikah dengan Dania.

"Kucing nakalku!!" teriak Davin seraya menyusuri semua ruangan. Dari ruang tamu, ruang tengah, melirik dapur dan langsung menuju kamar. Tapi belum benar-benar sampai, pintu itu sudah dibuka oleh seseorang dari dalam.

"Kamu sudah datang?" sahut Viona, dia menampakan kepalanya dari dalam kamar.

Dan Davin langsung menyergap wanitanya itu. Memeluk pinggang Viona erat, mendorongnya masuk ke dalam kamar hingga jatuh di atas ranjang.

Davin menindihnya.

"Kangen," ucap Davin, dengan kepala yang sudah bersembunyi di ceruk leher Viona, menghirup dalam-dalam aroma tubuh sang kekasih yang begitu harum dan memabukkan.

"Ah! jangan digigit," lenguh Viona saat Davin menggigit lehernya.

"Gemes."

"Gigit yang lain saja," jawab Viona tak kalah manja.

"Hem, yang manaa?" goda Davin.

"Yang ada pucuknya."

Keduanya terkekeh, menertawakan obrolan tak berfaedah mereka dah tawa itu berakhir saat Davin menggigit dagu Viona, lalu naik dan mengigit bibir sang wanita.

Suasana ceria penuh tawa tadi langsung berubah, jadi lebih panas dan menuntut.

"Ah Vin."

"Pelan-pelan saja, hari ini kita tidak terburu-buru," ucap Davin.

Ciuman kecil dia labuh kan diseluruh wajah sang kekasih, lalu mengambil jarak untuk menatap lekat wajah cantik wanita dewasa ini.

"Mulai besok aku akan masuk ke perusahaan, untuk bisa menikahimu aku harus punya pekerjaan dulu kan?" tanya Davin, serius namun terdengar lucu di telinga Viona.

Dia bahkan mengulum senyum dan senyum itu disadari oleh Davin.

"Kenapa? kamu meremehkan ku?"

"Tidak, mana berani aku meremehkan mu, bisa-bisa aku tidak bisa berjalan," jawab Viona ambigu, lengkap dengan kedipan sebelah matanya yang genit.

Buat Davin langsung menarik ke atas baju wanitanya ini hingga terlepas. Kedua tangan Viona yang berada diatas langsung ditahannya menggunakan satu tangan.

Memperlihatkan kedua gundukan itu yang semakin tinggi.

"Jadi ini yang boleh digigit?"

"Iya, tapi dibuka dulu biar keliatan pucuknya."

"Vionaa!!" pekik Davin, bagaimana bisa dia bertemu dengan wanita senakal ini. Membuat Davin jadi semakin sayang.

"Emphhh Vin," lenguh Viona saat Davin mulai menyesapp salah satu dadanya yang terbuka.

Pria yang dipanggil tak peduli, asik dengan aktifitasnya sendiri yang sedang menikmati buah semangka itu. Membuatnya basah dan terlihat semakin menggoda.

"Sayang, kamu jangan pakai pil KB ya, kamu harus cepat hamil agar pernikahan kita disetujui keluarga," ucap Davin, setelah melepas sesapannya.

Namun mendengar itu Viona malah terkekeh.

"Apa benar kamu mau menikahi ku? memangnya aku mau?"

"Kamu harus mau, karena jika tidak aku akan memaksa."

"Kamu tidak malu memiliki hubungan dengan wanita yang lebih tua?"

"Tidak, mungkin kamu yang malu, karena aku akan menikahimu, iya kan?"

"Iya," jawab Viona apa cepat dan apa adanya. Anggaplah dia egois, tapi memang itulah yang dia rasa.

"Mulutmu memang jahaat sekali, harus dihukum sampai tidak bisa jalan."

"Hukum aku hukum aku," jawab Viona dengan membuka kakinya lebar-lebar.

Davin terkekeh dan kembali mengikis jarak. Bermain pelan-pelan karena kini mereka tidak sedang buru-buru. Mereka akan terus bersama-sama sehari semalam.

"Aah Viin, maafkan aku. Aku hanya butuh waktu untuk memahami hubungan kita."

"Aku tau, selama itu jangan pernah berpikir untuk pergi."

"Ught, tidak."

"Bagus."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bab berikutnya nganu ya 🤣🤣🤣🤣

sawerannya jangan lupa 😗😗