Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Amira begitu tertegun mendengar permintaan dari Mbah Iyam tersebut, tapi untuk kali ini sebisa mungkin Amira memberi pengertian terhadap Mbah Iyam dengan secara halus.
"Mbah, bukannya Mira gak mau ikut, tapi Mira masih sibuk di sini, Mbah kan tahu sendiri bagaimana sibuknya aku dalam pekerjaan ini," terang Namira.
"Iya sudahlah, tapi janji ya! Sering-seringlah tengokin Mbah jika nanti sudah ada di Jakarta," pinta Mbah Iyam.
"Itu pasti Mbah," sahut Amira.
Dan tidak lama kemudian tiba-tiba saja Ana dan kedua temannya datang ke rumah Amira, saat ini Amira begitu terkejut karena dipertemukan kembali dengan teman-temannya dulu yang ada di Jakarta, yaitu Julian dan juga Marco seorang teman yang sedari dulu kenal dan paham dengan hubungannya bersama Arya.
"Assalamualaikum ...," ucap Ana, yang langsung naik ke lantai atas.
"Walaikum salam," sahut Amira yang sedikit terkejut dengan kedatangan kedua teman cowoknya dulu.
"Ada Julian dan juga Marco, kalian ada apa?" tanya Amira yang sebenarnya dalam hati sudah was-was takut kalau mereka berdua akan menceritakan keberadaan dirinya ada di sini.
"Baik, Mir, oh iya gimana kabarmu juga, sudah lama ya kita tidak pernah jumpa," ucap Julian.
"Aku baik-baik saja, seperti yang kau lihat saat ini," sahut Amira.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, Amira mulai melayani tamu jauhnya itu, bahkan bisa dibilang perempuan itu sekarang tengah sibuk di dapur menyiapkan beberapa menu makanan khas kota ini pada teman-temannya itu.
"Ayo kita makan-makan dulu," ajak Amira.
"Wih, masakan rumahan banget ini!" seru Julian dan Marco.
"Iya, di coba saja ya, siapa tahu cocok di lidah kalian," papar Amira.
Saat ini mereka berempat tengah menyantap makanan yang sudah dibuat oleh Amira sendiri, 7 tahun menginjakkan kaki di kota ini membuat Amira hafal benar dengan masakan khas kota kecil ini.
"Mir, nasi tempong nya mantap benar, di tambah dengan ayam goreng, ikan asin dan juga tahu tempe nya, udah deh gak bisa bicara apa-apa," ungkap Ana.
"Sayang, kau kan asli orang sini, apa kau bisa masak seenak ini?" tanya Marco yang merupakan kekasih Ana.
"Kayaknya gak seenak ini deh, kalau aku yang masak," sahut Ana.
"He he masak penduduk asli sini kalah dengan pendatang," timpal Julian.
"Aku bisa masak semua ini dari si Mbah, kalau dulu pas awal-awal aku gak pernah masak dimasakin terus sama si Mbah," ungkap Amira dengan jujur.
Selesai sarapan mereka pun mulai duduk-duduk santai sambil berbincang-bincang ringan, hingga kedatangan seorang anak kecil yang membuat hati kedua lelaki ini begitu terkejut melihat visual dari Afifah yang begitu mirip dengan Arya, teman satu tongkrongannya dulu.
"Mir, maaf itu anak Lo?" tanya Julian penasaran.
"Iya Jul," sahut Amira.
"Assalamualaikum Ibu," ucap putri kecilnya itu yang terlihat begitu lelah, dan ngos-ngosan.
"Walaikum Salam cantik," sahut Amira.
"Ibu, Tante Ana mana?" tanya Afifah.
"Masih nungguin Mbah buyut Nak," sahut Amira. "Ayo Nak, salim sama Om Julian dan Om Marco," titah Amira.
Afifah langsung menuruti apa yang di perintah oleh ibunya itu, anak cantik itu memang sedikit pendiam jika dengan orang yang baru di kenal maka dari itu setelah bersalaman dirinya langsung ganti baju dan mulai turun ke bawah untuk bantu-bantu para karyawan ibunya, menata sayuran.
"Bu, Afif pamit dulu ya, ke kamar setelah itu mau turun sama mbak-mbak di bawah," pamit putri kecilnya itu yang di angguki oleh Amira.
Setelah kepergian Afifah, rasa penasaran Julian kini semakin besar sehingga membuat pria itu bertanya mengenai kemiripan wajah anak Amira tersebut.
"Mir, dia anaknya Arya?" tanya Julian tanpa basa-basi.
"Ya kau lihat sendiri saja," sahut Amira yang memang sudah tidak mau lagi menutupi hal ini dari Julian toh dia juga tahu hubungan antara Arya dan juga Amira.
"Astaga! Apa dia tahu mengenai anakmu?" tanya Julian kembali.
"Seharusnya sih tahu, karena pas waktu dia minta putus, aku ngasih dia sebuah kado yang di dalamnya berisi tespek kehamilanku," sahut Amira dengan jujur.
"Ya Allah, kenapa dia tidak mencari Mir, bahkan sampai anaknya sebesar sekarang, kau pasti butuh perjuangan banget untuk membesarkan anak seorang diri," ungkap Julian.
"Itu sudah menjadi resiko Jul, tapi aku yakin, Tuhan memberikan titipan anak kepadaku, karena memang aku membutuhkan sosok keluarga di dalam hidupku, kau tahu sendiri kan di dunia ini aku hanyalah sebatang kara," ucap Amira.
"Iya Mir, sabar ya, semoga saja anakmu kelak menjadi anak yang sukses dan bisa membuatmu bangga memiliki dua," ucap Julian.
"Makasih ya untuk doanya," sahut Amira.
Julian pun merasa bangga dengan kegigihan Amira yang tetap tenang dan bangkit dari keterpurukan, apalagi di jaman seperti ini, bisa saja kan semua perempuan menggunakan sosial media untuk melabrak sahabat yang sejatinya sudah tega merebut kekasihnya, bahkan dari hubungannya itu ada seorang anak yang seharusnya mendapatkan identitas dari ayahnya.
"Mir, aku boleh tanya sekali lagi," ucap Julian.
"Tanya apa Jul," sahut Amira.
"Kenapa kau tidak menuntut sama Arya, biar bagaimanapun anakmu berhak tahu siapa ayah biologisnya," jelas Julian.
"Aku gak mau ribet Jul, biarlah anakku tidak mengenal ayah biologisnya, toh selama ini hidupku bahagia bersama dengan anakku, tanpa mengemis pengakuan dari orang yang sudah membuatnya ada di dunia ini," ungkap Amira.
"Tapi, apa dia tidak pernah tanya tentang ayah biologisnya?" tanya Julian.
"Pernah satu kali dia bertanya, tapi aku menjawab, ayahmu sudah bersama Allah," sahut Amira.
"Ih Mir kok kamu begitu sih, gak baik tahu," tegur Julian.
"Aku tahu itu tidak baik, tapi buat apa kita mengemis pengakuan sama lelaki yang sudah tidak menginginkan kita lagi, lebih baik tidak di adakan dari pada ada tapi tidak pernah mau berusaha mencari keberadaan putrinya," ungkap Amira.
"Mir, kamu gak boleh seperti itu," terang Julian.
"Hidup ini sudah susah Jul, jadi jangan di tambah susah, mungkin ini caraku untuk melupakan semua perlakuan mereka berdua yang sudah menikung ku, bagiku Arya sudah tega menyuruhku pergi dari kehidupannya itu berarti secara tidak langsung dia sudah memutuskan hubungannya sendiri dengan darah dagingnya," ucap Amira.
"Baiklah Mir, mungkin untuk sekarang ini kamu masih sakit hati dengan perlakuan mereka berdua, tapi mau sampai kapan kamu menyimpan dendam ini bahkan mereka berdua sudah hidup bahagia dengan buah hati mereka, maka dari itu apa kamu tidak ingin datang pada Arya agar dia tahu kalau dirinya juga memiliki anak darimu, agar anakmu juga mendapatkan kasih sayang yang sama," terang Julian.
"Aku sudah cukup bahagia dengan caraku sendiri, Jul, kau tenang saja, anakku tidak kekurangan suatu apapun meskipun dia hanya memiliki seorang ibu saja," pungkas Amira.
Bersambung ...
Sore kak maaf ya selalu telat, dan harap di maklumi ya🙏🙏🙏❤️❤️
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲