"Ibumu pembunuh!"teriak Amanda.Dadanya bergemuruh.Emosinya berkobar-kobar melihat sang putri kecilnya kini meregang nyawa karena ulah mertuanya.
"Kamu mengatakan ibuku seorang pembunuh?Dia itu mertuamu!Yang berarti ibumu juga Amanda!"teriak Richard tak mau kalah.Ia tak mau ibunya dituduh sebagai pelenyap nyawa putrinya.
Amanda,seorang istri yang harus mencari nafkah karena suaminya , Richard tak mau bekerja setelah dipecat dari tempatnya bekerja.Ia harus mengasuh putrinya yang masih berusia dua bulan,namun tanpa sepengetahuan Amanda,ibu mertuanya memberikan makanan yang belum boleh dikonsumsi oleh bayi , hingga sang anak meninggal dunia.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?Ikuti terus yuk kisah mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra Deanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 25
POV RICHARD
Ibu memalingkan wajahnya."Benar.Kita harus cari tahu keberadaan Lisa dulu."jawabku.Mbak Arin langsung berdiri."Ayo kita cari."
"Kalian tunggu disini dulu.Aku mau mencari mobil yamg bisa kita sewa.Dan aku minta uang 500ribu dulu Bu."pintaku pada Ibu.Ibu tak menjawab dan langsung memberikan uang kepadaku.
"Aku harus mencari Lisa kalau sudah mendapatkan mobil sewaan."gumamku.
Setelah mendapatkan mobil,aku kembali ke kos untuk menjemput ibu dan mbak arin."Kita kemana dulu bu?"tanyaku."Kita keliling saja dulu Ri.Siapa tahu nanti ada petunjuk."jawabnya.
Ibu menghela nafas kasar.Aku pun langsung menghidupkan mobil dan jalan.Kami benar-benar buta arah untuk mencari Lisa karena sama sekali tak menemukan titik terang.
"Kemana Lisa dibawa.Dan sedang diapakan dia sekarang?"ucapku dalam hati.Aku benar-benar tidak tahu.Mbak Arin dan Ibu terus melihat ke kiri dan ke kanan,siapa tahu melihat Lisa di pinggir jalan.
Aku sempat terpikirkan untuk menghubungi Amanda dan meminta bantuannya,namun ku urungkan.
Karena aku tak ingin terlihat lemah di hadapannya.
"Loh?Ini kan rekaman Lisa bu!"ucap Mbak Arin yang langsung membuatku menepikan mobil.Kami bertiga melihat rekaman Lisa yang sedang berada di sebuah kafe.
"Mas Richard memang sedang tidak bekerja.Dia juga beberapa kali memukul istrinya.Tak hanya itu,dia juga tidak pernah peduli sama anaknya.Bahkan sampai anaknya meninggal.Aku saksinya karena tinggal bersamanya."
Masih panjang lagi yang dikatakan oleh Lisa.Yang isinya menjatuhkanku.Aku yakin,Amanda lah yang membuat Lisa berkata seperti itu.
"Amanda menjadikan ini sebagai bukti di perceraian kalian nanti."ucap Mbak Arin."Sudah ku duga"
gumamku pelan sambi mengemudikan lagi mobilnya.
"Jadi Amanda benar-benar ingin berpisah denganku?"ucapku dalam hati.
"Sepertinya sebentar lagi kalian akan resmi bercerai."tukas Mbak Arin lagi.
"Kamu dapat video itu dari mana mbak?"tanyaku penasaran.
"Amanda sendiri yang mengirimkannya padaku."jawab Mbak Arin.
Sepertinya Amanda sengaja memancing keadaan agar semakin panas.Aku terus menyetir dan melihat ke sana ke mari untuk menemukan Lisa.
"Pelan-pelan Ri,ini ramai"ucap ibu saat kami memasuki kerumunan orang.Aku pun memelankan laju mobil.
"Lisa!"teriak Mbak Arin yang langsung membuka pintu mobil dan turun.Aku terkejut dan langsung rem mendadak."Ada apa!"teriakku panik.
"Aku melihat Lisa berlari ke arah jembatan!"
Dengan cepat aku dan ibu menyusul.Keadaan di jembatan sudah sangat kacau.
"Tolongin!Tolongin Lisa!Lisaa!"mbak arin terus berteriak.Aku langsung melihat ke bawah jembatan.Lututku lemas,badanku seperti melayang.
"Ada apa Rin?"tanya Ibu yang belum sadar akan apa yang terjadi.
"Lisa lompat ke bawah Bu!Itu Lisa!"jawab Mbak Arin panik histeris.Kepalaku rasanya pusing.
"Itu siapa mas?"
"Itu siapa?"
Tanya beberapa orang yang datang menghampiriku dan bertanya.
"Itu istri mas?"
"Istrinya ya?"
Aku menggeleng."Ri,cepat tolongin Lisa!"teriak ibu sambil menggoyangkan badanku dari arah samping.Aku belum bisa menguasai diriku.
"Lisaa!Lisaaa!"teriak ibu semakin panik.Aku memijat kepalaku yang semakin pusing hingga ada seseorang yang memberiku sebotol air mineral.Bahkan untuk mengangkat botol itu saja tanganku gemetar.
"Tenang Mas.Tenangkan diri"ucap seseorang disampingku".Aku mengangguk.
Bersambung..