"Dia bukan adik kandungmu, Raja. Bukan... hiks... hiks..."
17 tahun lamanya, Raja menyayangi dan menjaga Rani melebihi dirinya. Namun ternyata, gadis yang sangat dia cintai itu bukan adik kandungnya.
Namun, ketika Rani pergi Raja bahkan merasa separuh hidupnya juga pergi. Raja pikir, dia telah jatuh cinta pada Rani. Bukan sebagai seorang kakak..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Diusir dari Rumah
"Rani, katakan yang sebenarnya. Kamu kenal mereka atau tidak?" tanya Raja.
Pemuda 22 tahun itu meletakkan tangannya di bahu adiknya yang sudah hampir menangis.
Rani menoleh ke arah kedua pria yang sudah berlutut di depan Jacky dan beberapa orang pria yang sepertinya adalah penjaga yang disewa oleh Jacky untuk menangkap kedua pria itu.
"Jangan berbohong nona, nona yang memberikan kami uang. Jangan masukkan kami ke kantor polisi tuan, nyonya. Kami akan kembalikan uangnya..."
Plakk
Jacky menampar pria yang bicara itu. Jacky tampak sangat emosi.
"Kamu pikir dengan mengembalikan uang, harga diri putriku bisa kembali?" tanya Jacky dengan penuh amarah.
"Mereka di suruh!" pandangan mata Hani terlihat sangat tidak fokus.
Dia seolah tidak ingin ayah dan ibunya fokus ke dua penjahat yang dia bayar itu. Dia ingin Rani yang disalahkan atas apa yang sudah dia rencanakan itu. Rencananya ini, benar-benar memakan waktu dan uang yang cukup banyak. Saldo di kartunya, nyaris habis untuk semua rencana ini. Dia tidak ingin, Raja masih menahan atau membela Rani.
"Hani..." lirih Retno.
"Ini di sengaja... jika kita lapor polisi, nama baikku akan tercemar. Jika kasus ini di usut maka semua orang, teman-teman ayah, teman-temanku, seluruh keluarga, seluruh masyarakat akan tahu aku tercemar dan keguguran. Seseorang menyuruh mereka menghancurkan hidup dan masa depanku. Hiks... Aku tidak mau hidup lagi!"
Prang
Hani membanting vas bunga yang ada di depannya. Dan meraih satu pecahan kacanya, dan menyayatt pergelangan tangannya sendiri.
"Hani!"
"Hani"
Rani menutup mulutnya. Segitu nekatnya Hani. Bahkan tak ragu menyakiti dan menyakiti lagi dirinya sendiri hanya supaya semua orang menyalahkan Rani.
**
Beberapa jam berlalu, Hani yang tadi di bawa ke rumah sakit oleh Jacky dan Retno sudah pulang kembali ke rumah.
Rani yang mendengar hal itu pun segera melihatnya ke ruang tamu.
"Ibu..."
"Pergi kamu dari sini!"
Langkah Rani terhenti. Air matanya tiba-tiba saja menetas.
"I.. ibu..."
"Jangan panggil aku ibu! buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya! kamu dan ibu kandung mu yang jahat itu sama saja! kalian wanita yang kejam. Ibumu sudah menukar anak kandungku, membuatnya hidup menderita selama ini. Dan kamu! kamu yang bahkan aku beri makan dengan tangan ku, kamu menghancurkan masa depan anak kandungku. Aku bersumpah! aku tidak akan pernah memaafkan kamu!" Pekik Retno.
Retno adalah seorang ibu, yang mendapati anaknya nyaris kehilangan nyawa, setelah kehilangan kehormatan dan keguguran. Bahkan selama belasan tahun hidup menderita. Retno sangat marah begitu tahu Rani melakukan semuanya itu untuk menjebak Hani.
"Ibu, aku tidak..."
Brakk
Jacky melemparkan semua bukti foto yang memperlihatkan Rani memberikan uang pada dua pemuda itu.
"Ayah, ini..."
"Mau bicara apa lagi kamu? mau berbohong bagaimana lagi?" tanya Jacky.
Raja yang melihat semua itu, matanya sampai merah dan berkaca-kaca.
"Rani..." lirihnya.
Raja sama sekali tidak menduga.
"Dan Alia mengatakan, malam itu kamu menginap di rumah Aulia, kamu membohongi kami. Bibi Indah juga mengatakan kamu membayarnya untuk memberikan racun pada Hani" tambah Retno.
Rani terkejut bukan main. Tapi dia juga bingung harus menjelaskannya bagaimana. Dia bahkan tidak diberikan kesempatan untuk berbicara.
"Ibu, aku..."
"Bibi Indah!" pekik Retno.
Bibi Indah datang, dan Retno bertanya sedetail mungkin. Bibi Indah mengatakan dia menerima uang dari Rani.
Rani menggelengkan kepalanya.
"Tidak bibi, aku tidak pernah melakukan semua itu. Bibi ingat lagi, aku tidak pernah..."
Bibi Indah mengeluarkan ponselnya, dan memang ada yang masuk dari akun pembayaran Rani.
"Tidak, aku tidak pernah..."
"Apa menurutmu semua bukti ini palsu. Semua foto, kesaksian bibi Indah, atau Alia yang berbohong?" tanya Retno.
"Ibu, saat aku menginap di rumah Alia. Hani yang memintaku..."
"Pembohong! kamu yang mengancam ku!" pekik Hani.
"Tidak, kamu yang..."
Plakkk
Rani terperanjat, dia memegang pipinya yang merah dan terasa sangat panas itu.
Air matanya mengalir melihat Retno berdiri dengan tatapan penuh kebencian padanya. Bukan tamparan itu yang rasanya sakit, tapi hatinya yang lebih sakit.
"Pergi kamu!" pekik Retno.
Raja yang sejak tadi juga sudah meneteskan air mata berlutut pada ibunya.
"Bu, aku mohon jangan usir Rani. Selama ini bahkan dia tidak pernah melakukan hal buruk!"
"Sekalinya dia melakukan hal buruk tidak akan ada yang percaya kan? selalu aku yang di anggap pembohong, aku adikmu kak. Adik kandungmu. Masa depanku hancur! hiks..."
"Raja, bangun. Jangan membelanya. Kali ini dia sangat keterlaluan. Dia sudah membuat masa depan adikmu hancur. Rani sudah sangat keterlaluan..."
"Tapi ayah!"
"Bangun akan bilang! atau jika tidak, bukan hanya akan ayah usir. Tapi juga akan ayah laporkan ke polisi!" gertak Jacky.
Raja bungkam. Dia hanya bisa menangis sambil berlutut memohon pengampunan ayahnya.
Hani mendekati Rani.
"Akui semuanya, aku bisa membuatmu sampai seperti ini. Tidak sulit melakukan hal yang sama pada Raja!"
Rani menjauh dari Hani.
"Rani! apa salahku padamu? sejak kecil apa yang seharusnya menjadi milikku sudah kamu rebut. Sekarang, bahkan aku mendapatkan kehidupanku yang sebenarnya, kamu masih mau menghancurkannya? apa salahku?" tanya Hani histeris.
Retno segera memeluk Hani. Dan menatap penuh kebencian pada Rani.
"Pergi kamu! jangan pernah lagi kamu muncul di hadapanku. Kurang apa aku padamu? kamu kejam sekali pada anakku?"
Rani di dorong oleh Retno.
"Raja bangun!" pekik Jacky.
"Ayah, Rani tidak mungkin..."
"Jika kamu tidak bangun, ayah akan mengusir mu juga!" Jacky sudah kehabisan cara membujuk Raja.
Dia hanya bisa menggertak Raja sekarang. Dan hal itu membuat Rani semakin khawatir. Jika Ayah dan ibunya marah pada Raja, maka apa yang dikatakan Hani bisa saja benar terjadi. Raja akan menjadi target selanjutnya.
"Ya, aku melakukannya. Aku memang melakukan semua yang kalian tuduhkan! aku memang kejam, sama seperti ibu kandungku..."
"Rani" panggil Raja.
"Aku akan pergi. Aku tidak akan pernah muncul di hadapan kalian lagi!"
Rani berlari ke arah pintu. Dia tidak membawa apapun. Bahkan ponselnya saja dia tidak bawa. Uang apalagi, pakaian juga tidak. Dia berlari dengan sandal dan pakaian yang melekat di tubuhnya.
"Rani!" teriak Raja.
Air mata Rani mengalir deras saat keluar pagar, Rani menoleh sekali.
'Maafkan aku kak, jika aku tidak mengakuinya. Hani akan mempersulit mu, ayah dan ibu akan marah padamu. Maafkan aku. Terimakasih untuk kasih sayang kalian selama ini. Maafkan aku' batin Rani yang kembali berlari tanpa tujuan.
Jegerr
Kilat dan petir mulai bersahutan seiring hujan yang turun dengan tiba-tiba.
Entah langit ikut menangis, atau malah semakin ingin memberikan ujian beratnya pada Rani yang sekarang tak punya tujuan untuk pulang. Jangankan pulang, tempat berteduh saja sudah tidak ada.
***
Bersambung...