Daniel Van Houten, mafia berdarah dingin itu tak pernah menyangka dirinya di vonis impoten oleh dokter. Meski demkian Daniel tidak berputus asa, setiap hari ia selalu menyuruh orang mencari gadis per@wan agar bisa memancing perkututnya yang telah mati. Hingga pada suatu malam, usahanya membuahkan hasil. Seorang gadis manis berlesung pipi berhasil membangunkan p3rkurutnya. Namun karna sikap tempramental dan arogannya membuat si gadis katakutan dan memutuskan melarikan diri. Setelah 4 tahun berlalu, Daniel kembali bertemu gadis itu. Tapi siapa sangka, gadis itu telah memiliki tiga anak yang lucu-lucu dan pemberani seperti dirinya.
____
"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" Azkia
"Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." Azam
"Talau olang dahatnya atang agi. Tami atan ucil meleka." Azura.
_____
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Bergelut Manja
Tengah malam, Daniel keluar dari kamarnya. Ia melangkah pelan dan sangat hati-hati hingga suara tapak kakinya nyaris tak terdengar ketika menuruni anak tangga. Tujuannya tak lain dan tak bukan tentu saja ke kamar yang di tempati Ayanh. Ia sudah tak tak dapat lagi menahan hasrat yang kembali bergejolak dalam tubuhnya sejak melihat Ayang.
"Eh, kamu mau kemana?"
Daniel tersentak mendengar suara di belakangnya.
"Setan! Kenapa manusia jadi-jadian itu belum juga tidur!" gumamnya pelan.
Daniel berdehem kecil sebelum berbalik kebelakang. Meski cahaya di ruangan remang- remang, tapi ia bisa melihat jelas sosok tubuh yang berdiri di depannya. "Ini rumahku. Aku mau pergi kemana, terserahku. Masalah kau apa?" sinis Daniel dengan gaya angkuh.
"Kamu benar, ini rumahmu, tapi kalau kamu berani mengusik Ayang dan anak-anakku. Aku gak akan diam saja."
Mendengar itu, darah Daniel lansung mendidih. Ia tidak suka pria gemulai itu terus-terusan mengakui anak-anak sebagai anaknya. "Sekali lagi aku peringatkan, jangan pernah lagi mengatakan mereka anak-anak kau!" ancam Daniel berteriak. Suaranya menggema di ruangan itu.
Entah keberanian dari mana, Udin malah mendekat dan membekap mulut pria berdarah dingin itu. "Bicaranya pelan-pelan aja bisa gak?"
Daniel yang sudah emosi lansung melayangkan tinjunya ke arah perut Udin yang berdiri tepat di depannya.
Plak
Dengan mudah, Udin menangkis tangan pria itu. Tak cukup sampai di sana, Udin juga bergerak kebelakang badan Daniel dan mengalungkan kedua tangannya di leher pria berperawakan tinggi besar itu.
"Setan! Lepaskan tangan kau yang menjijikkan itu!" Erangan Daniel semakin keras terdengar.
"Ssssttt....Pelankan suaramu, Tuan. Anak-anak sedang tidur." Udin kembali membekap mulut Daniel membuat darah di kepala Daniel semakin mendidih.
Bugh!
Daniel menghentakkan sikunya ke belakang mengenai perut Udin.
"Aduh....sakit....Jangan kasar dong sama-" Udin tak melanjutkan, ia sendiri bingung menyebut dirinya apa
"Dasar manusia jadi-jadian! Kau sendiri tak tahu harus menyebut diri kau apa," umpat Daniel.
"Iiih, jaga mulutmu ya? Aku ini laki-laki tau," sungut Udin, tanpa melepaskan kalungan di leher Daniel. Sejurus kemudian ia menendang balakang lutut pria bertubuh tegap itu dari belakang, hingga lutut Daniel jatuh ke lantai.
"Arghhh! Sial! Awas kau manusia jadi-jadian!"
Dengan menggunakan kedua tangan, Daniel berusaha meraih bagian tubuh Udin yang ada di belakangnya. Setelah berhasil mendapatkan kedua tangan pria gemulai itu, sekuat tenaga ia membantingnya kedepan
Bugh!
Punggung Udin terhempas ke lantai, tapi kepalanya tepat berada di selangkangan Daniel.
Udin tak tinggal diam, ia masih memberikan perlawanan. Kedua kaki diangkat dan di kalungkannya ke leher Daniel, hingga tubuh Daniel yang terduduk sedikit menekuk ke depan. Sekarang posisi mereka, kepala Daniel tepat berada di selangkangan Udin, sedangkan kepala Udin berada di selangkangan Daniel.
"Tuan, apa yang terjadi?" Salah satu pengawal yang berjaga di luar bertanya. Ia menyorot cahaya senter tepat kearah Daniel dan Udin yang sedang bergulat sengit. Posisi pergelutan mereka membuat para pengawal yang melihat geli sendiri.
"Ma-maafkan kami, tuan." Para pengawal pun segera berlalu dari sana.
Daniel yang baru menyadari posisinya saat ini berusaha melepaskan kalungan kaki Udin. "Shit! Lepaskan kaki kau setan!"
"Heheheh!"
Setelah kaki pria gemulai itu terlepas, tanpa sepatah kata Daniel lansung pergi ke lantai dua.
Di ruangan itu tinggal Udin sendiri yang terlentang di lantai. "Aduh... Punggungku sakit sekali," ringis Udin berusaha bangkit.
.
.
.
Pagi-pagi sekali Ayang sudah bangun, karna Azkia dan Azura telah merengek minta susu. Mau tak mau Ayang harus keluar dari kamar itu untuk membuatkan susu mereka.
Terlebih dulu Ayang mengintip dari dalam kamar melalui celah pintu yang telah ia buka sedikit. Dirasa aman, barulah Ayang keluar dari dalam kamar, ia berjalan menyusuri sebuah lorong yang di yakini jalan menuju dapur.
"Nona mau kemana?" tanya seorang pelayan yang kebetulan melihat keberadaan Ayang.
Ayang menggunakan bahasa isyarat dengan pelayan itu kalau ia mau kedapur untuk membuat susu anak-anaknya. Pelayan tersebut pun lansunv mengerti dan mengantarkan Ayang ke dapur. Pelayan juga menyiapkan susu formula dan botol dot yang telah di sediakan tuan mereka malam tadi. Setelah selesai membuat susu Ayang kembali ke dalam kamar dan memberikan susu untuk kedua putrinya.
.
.
.
Sang surya telah berangsur naik, tapi Ayang dan anak-anaknya masih berada di dalam kamar. Azam, Azkia dan Azura, mereka semua mulai risih dengan badan yang bau ompol karna malam tadi Ayang tidak ada memakai kan mereka pempers.
Tok tok tok
Mendengar pintu kamar di ketuk, Ayang menajamkan pendengaran. Setelah memastikan suara wanita yang ada di luar barulah Ayang membuka pintu kamar.
"Apa Nona membutuhkan sesuatu?" tanya Susi yang berdiri diambang pintu.
Ayang mengangguk, ia menyampaikan dengan bahasa isyarat jika ia memerlukan pakaian ganti dan perlengkapan mandi untuk anak-anaknya.
"Baiklah, Nona tunggu sebentar, saya akan sampaikan pada Tuan."
Sebelum Susi pergi, Ayang menahan tangan wanita itu. Ia menanyakan keberadaan Udin karna belum juga melihat pria itu. Takut saja Daniel membunuhnya.
"Nanti saya akan. lihat ke kamarnya." Susi pun segera berlalu. Cepat-cepat Ayang menutup pintu kamar setelah kelibat wanita itu berlalu.
Sepuluh menit berselang, terdengar lagi pintu kamar di ketuk. Setelah mendengar suara Udin yang ada di luar, barulah Ayang membukakan pintu.
"Maaf ya Aya. Aku ketiduran, baru bangun,"
Mata Ayang menyipit melihat pria itu sedikit meringis seperti menahan sakit.
Ayang pun menanyakan apa yang terjadi padanya.
"Punggung aku sakit, Aya." Udin meringis sambari berjalan masuk kedalam kamar.
Ayang kembali bertanya menggunakan bahasa isyarat apa yang terjadi dengan pria itu.
"Nanti aja deh aku ceritain."
Ayang mengangguk.
Udin mendekati anak-anak yang masih berada di atas ranjang. "Iiih, bau pesing semua. Kenapa pada belum mandi?"
"Tadi Unda biyang, unggu papi duyu." Azkia yang menjawab.
"Ay, hari ini kamu yang memandikan mereka ya. Pinggang aku sakit banget, apalagi kalau di bawa jongkok."
Ayang mengangguk, ia juga menyampaikan pada Udin, alasan belum memandikan anak-anak karna pakaian ganti untuk mereka tidak ada.
"Kamu tunggu disini, biar aku minta sama dia. Keterlaluan sekali bisanya dia menyuruh anak-anak tinggal disini tapi gak ada persiapan apapun!" omel Udin.
Ayang mencegah pria itu yang akan keluar kamar, ia menyampaikan kalau tadi sudah memberitahukan pada pelayan.
Udin kembali duduk di pinggir ranjang. "Sepertinya pinggangku butuh diurut Aya," ucap Udin sembari meregangkan otot-otot tubuhnya.
Ayang mengambil alat tulis yang ada diatas meja, lalu menulis sesuatu disana. Sebenarnya Kak Dini kenapa?
"Tadi malam aku dan si beruang kutub itu bergelut. Aku di bantingnya ke lantai sampai punggung aku remuk begini. Tapi kamu tau gak, Ay?" Udin lansung cekikikan sambil menutup mulutnya dengan tangan.
Ayang menatap heran pria itu. Heran saja, tadi meringis kesakitan tapi sekarang malah cekikikan.
"Aku malu mengatakannya." Udin bicara masih menutup mulut.
Ayang menyipitkan mata, menunjukkan wajah keingin tahuan.
"Sini deh aku bisikin." Udin melambaikan tangan meminta Ayang mendekat dan membisikkan sesuatu ke telinga Ayang setelah wanita itu mendekat
Plak!
Seketika Ayang memukul pundak Udin, wajahnya pun merona merah setelah mendengar bisikan Udin.
"Benaran loh Ay, aku melihat sendiri. Besaar banget loh. Iih, gemes deh aku." Udin masih cekikikan menggoda Ayang.
Ayang melempar kertas di tangannya pada Udin lalu masuk kedalam kamar mandi.
.
.
.
Beberapa menit kemudian, pintu kamar Ayang kembali di ketuk dari luar. Susi mengantarkan apa yang di minta Ayang tadi, beberapa pakaian untuk anak-anak juga untuk Ayang. Udin merenggut kesal karna tak ada pakaian untuk dirinya.
Setelah memandikan anak-anak. Susi meminta Ayang keluar untuk sarapan, sementara kamar akan mereka bereskan. Bersama Udin Ayang keluar dari kamar menuju ruang makan.
"Silahkan Nona, Tuan," ucap Susi mempersilahkan mereka duduk di meja makan yang sudah terhidang banyak makanan.
Ayang hanya berdiri menatap meja makan yang di penuhi beraneka ragam makanan.
"Unda ayo uduk, adik awu mamam," Azura merengek.
"Aya, kamu mikirin apa? Sudah, duduk aja, kasihan anak-anak sudah lapar," kata Udin.
Ayang menatap anak-anaknya yang masih berdiri memeluk kakinya, lalu membantu mereka duduk diatas kursi.
"Wah! Anyaknya akanan! Ada ayam goyeng uga," seru Azkia.
"Unda, Ajam awu Ayam goyeng upin ipin itu." Azam menunjuk ayam goreng tepung yang terhidang, makanan kesukaannya.
"Adik uga awu."
"Akak uga."
"Akhem... "
Suara deheman itu membuat suasana hening seketika.
Ayang tersentak, raut wajahnya lansung berubah.
yg ada ayang tambah stres dan membenci danil
lanjut kak/Drool/
hadirkan kebahagiaan untuk ayang
sudah 3 THN kok masih asih Tor...?
Ayahnya Ayang ada sangkut sama si Daniel?
vote untuk mu thor