Pertemuan di suatu peristiwa yang cukup menegangkan. membuat sang pria yang ditolong jatuh hati pada penolongnya.
Aland Rey Dewantara menklaim bahwa Sera Swan adalab miliknya.
Hai.. readers..
Karya pertama ku dan pengalaman pertamaku..
Semoga suka ya. mau tes duku nih ombaknya.. hehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunavery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24 : Mencari Kado
Hari hari berlalu dengan cepat. Sera pun menyetujui untuk menjadi sekretaris Aland sementara karena dirinya tidak ingin menjadi bualan para pegawai meskipun Aland sudah mewanti untuk tidak menyinggung Sera namun Sera tetap menolak untuk menjadi sekretaris tetap.
Aland pun meminta untuk Sera sendiri nantinya yang mencari pengganti untuknya karena tak ingin kekasihnya itu cemburu kembali.
Siang ini biasanya Sera akan pergi makan siang dengan Aland namun dirinya memiliki rencana lain yaitu membelikan kado untuk Aland.
“Aku harus ke kantor mama dulu ya. Aku izin sekalian untuk pulang cepat.” Ucap Sera saat berada di ruangan Aland.
Aland yang saat itu sedang membaca sebuah berkas menutupnya dan memandangi kekasihnya. Tumben sekali Sera menolak untuk di antarkan pikirnya.
“Mau aku anter gak? Sekalian makan siang dulu.” tawar Aland melepaskan kacamata yang sejak tadi bertengger di hidung mancungnya. Dirinya sedikit mengurut pangkal hidungnya yang kaku setelah lama menggunakannya.
“Gak perlu. Aku pinjam mobil kamu aja Al. Kamu makan sama Davin aja lagian kerjaan kamu juga kan masih banyak.” Pinta Sera mendekat untuk mengambil kunci mobilnya.
Bukannya memberikan kunci, Aland malah menarik tangan Sera sehingga duduk di pangkuannya. Sera terkejut dan merasakan dag dig dug karena bersitatap sangat dekat dengan Aland. Hanya tinggal beberapa senti lagi bibir mereka menyatu.
“Aku maunya makan sama kamu.” Ucap Aland pelan sambil melirik ke arah bibir mungil kekasihnya itu.
Sera berusaha bangun namun tangan Aland merengkuh pinggang Sera utuk tidak bergerak.
“Al..” lirih Sera. Jantungnya sudah berdegup tak karuan. Ini terlalu dekat pikir Sera.
Aland pun yang mendengar suara rendah milik Sera tak tahan dan menyentuh tengkuk Sera dan mencium bibir itu dengan lembut. Sera menikmati perlakuan yang sangat lembut juga dari Aland dan memejamkan mata.
Hanya kecupan singkat namun efeknya luar biasa. Wajah Sera terlihat merah merona dan sadar karena masih berada di kantor, Sera segera mendorong Aland pelan dan berdiri meski awalnya agak terhuyung. Aland pun terkekeh melihatnya lalu merogoh saku celananya dan memberikan kunci mobil miliknya.
“Hati hati sayang...” Teriak Aland saat Sera berjalan dengan cepat keluar dari ruangannya dan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Sera masih berada dalam mobil Aland saat dirinya mengingat lagi kejadian barusan.
“My First Kissed” lirihnya menyentuh bibirnya yang dikecup lembut oleh Aland tadi.
Sera menggeleng dan fokus kembali pada tujuannya. Sera melajukan mobilnya ke sebuah Mall besar. Dirinya berbohong untuk bertemu dengan Nadin melainkan ke Mall dan memberikan sesuatu untuk Aland di hari ulang tahunnya Besok.
“Apa yah yang harus aku kasih. Dia bisa sendiri membelinya. Aku harus memberikan yang berbeda." gumam Sera sambil celingak celinguk melihat deretan toko brand mewah disana.
Mata Sera tertuju pada sebuah toko Jam yag bermerk dan masuk ke dalam saat sebuah ide terlintas di dalamnya.
Sera melihat lihat hingga pilihannya jatuh pada sebuah jam yang mewah namun akan bagus di pakai oleh Aland pikirnya.
Setelah membeli jam itu Sera lalu membeli sesuatu di toko elektronik lainnya dan segera pulang ke apartemennya. Diliriknya jam itu dan waktunya tak banyak untuk membuatkan kado terbaik untuk Aland.
Sesampainya di apartemen Sera beristirahat sejenak lalu mulai mengerjakan sesuatu yang akan di berikannya pada Aland.
Sera pun tanpa sadar tertidur setelah membungkus kado unuk Aland. Dirinya lupa jika harus memberikan kabar bahwa dia tak kembali ke kantor.
Hingga ketukan di apartemennya terdengar dan Sera terbangun lalu membuka saja pintunya.
“Kamu ketiduran?” Aland menelisik Sera yang mengucek matanya persis orang baru bangun tidur.
Sera mengangguk dan membiarkan pintunya terbuka agar Aland bisa masuk. “ Habis darimana aja kok kayak capek gitu?” tanya Aland lagi.
Sera menuju dapurnya dan menuangkan 2 gelas minuman lalu duduk di sofa bersama Aland.
“Gak kemana mana Cuma ketemu mama trus balik kesini mau ngambil barang mama yang ketinggalan gak taunya ketiduran.” Jawab Sera bohong.
Melihat itu Aland pun tak menanyakan perihal dirinya yang ingin mengajak Sera keluar untuk makan.
“Aku pesenin makanan aja ya kayaknya kamu capek banget.” Sera tak menolak dan menyetujuinya.
“Mau makan apa?” Tanya Aland.
“Apa aja yang penting bikin kenyang.” Jawab Sera.
Keesokannya Sera bergegas mandi dan bersiap untuk menuju kantor. Sejak semalam Aland mengajaknya untuk keluar duduk di taman pun ditolaknya dengan alasan capek. Padahal Sera tau maksud Aland ingin menghabiskan waktu bersama menyambut ulang tahunnya.
Lalu sekarang Sera berangkat terburu buru sebelum Aland tahu dirinya berangkat duluan ke kantor. Tak lupa dirinya memberi kabar bahwa berangkat terlebih dahulu.
“Aneh.” pikir Aland lalu bersiap untuk segera ke kantor juga.
Sesampainya di kantor pun Aland tak menemukan Sera di meja kerjanya. Diliriknya Davin yang sibuk menatap ipad miliknya.
“Dimana Sera?” tanya Aland.
“Beli sarapan di kantin katanya. Kalo di cari nanti dia ke ruangan pak Aland langsung.” Pesan dari Sera. Padahal yang sebenarnya Sera sedang mengintip di balik ruang meeting untuk menghindari Aland sementara.
Aland bergegas masuk dan matanya tertuju pada kotak kado berwarna hitam dengan aksen pita abu di luarnya. Segera dibukanya dan terlihat jam tangan mewah namun tak ada ucapan atau tulisan apapun dari si pengirim.
Aland lalu segera keluar ruangan dan..
“SURPRISEE....!!”
*****
Bagi yang setia membaca ceritaku hingga bab ini aku ucapkan terima kasih.
Tolong tinggalkan jejaknya ya. Semoga selalu jadi pembaca setia dan kasib support ke aku.. ^^
seharusnya,
"Berhenti disana atau kami tembak?"
kamu harus tau arti sinopsis dan prolog. dan itu pengenalan tokoh lebih baik dibedakan bab lainnya, biar enggak campur begini.