🏆🥈Juara 2 YAAW S 10
" Aku akan melakukan apapun untukmu. Meski harus kembali menemui pria itu. Hidupmu adalah hidupku. Bunda mohon bertahanlah sayang. Hanya kamu hidup bunda nak. "
Akibat kesalahan semalam yang dia perbuat Kaluna melahirkan seorang putra yang ia beri nama Taraka. Ia membesarkan Tara seorang diri, namun hancur hati Kaluna saat dokter memvonis putra nya yang berusia 5 tahun ini dengan penyakit yang mengancam nyawa.
Kesehatan Taraka semakin memburuk. Dengan berat hati ia pun Akhirnya pergi mencari pria tersebut agar putranya bisa hidup lebih lama.
Bagaimana reaksi si pria saat tahu dia ternyata memiliki putra dari wanita yang bahkan sama sekali tidak dikenalnya itu?
Akankah hidup Taraka terselamatkan?
Folow IG author @anns_indri
Kalau suka jangan lupa tinggalkan like setelah membaca. Terimakasih. Like Anda dukungan terbesar bagi penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JMB 11. Jalan Pake Kaki Om, Bukan Mata
Ting Tong
Suara bel berbunyi. Terdengar suara orang berjalan cepat ke arah pintu dan membukanya. Pria dengan wajah yang kusut dan rambut acak-acakan itu benar-benar terlihat begitu berantakan. Orang yang ada di depan pintu hanya menghela nafasnya berat. Tidak pernah ia melihat sang teman begitu kusut seperti sekarang ini.
" Kau ini kenapa sih Yas?'
" Masuk dulu Pan, ngomelnya di dalam aja."
Ya, Yasa dan Topan Arsyanendra berteman baik. Yasa yang seorang dosen itu sering membuat jas di butik Topan untuk berbagai acara kampus. Terlebih dia serang profesor muda yang banyak melakukan seminar, ia tentu membutuhkan outfit yang sesuai dengan acaranya. Kedekatan mereka pun terbentuk. Bukan hanya dengan Topan saja sebenarnya, dengan anak-anak dari keluarga Rama dan Juna ia juga dekat.
" Sebenarnya ada apa Yas, kenapa kamu tiba-tiba menggagalkan pertunangan mu. Apa kau tidak cinta dengan Ciara? Jika begitu kenapa kau memutuskan untuk berhubungan dengannya?"
Serentet pertanyaan di utarakan oleh Topan. Mungkin terkesan keterlaluan karena waktunya tidak pas. Tapi sebagai teman dekat Topan jujur terkejut degan apa yang dilakukan Yasa. Yasa adalah seorang pria yang bertanggung jawab sejauh ini Topan mengenalnya.
" Pikiranku kacau Pan. Saat melihat Ciara aku seperti merasa mengenal gadis itu. Seiring berjalannya waktu entah mengapa aku merasa salah orang. Cinta? entahlah, yang jelas aku tidak merasa apapun kepada Ciara. Aku hanya merasa mengenal wajahnya tapi ternyata bukan."
" Heee, gadis itu? Siapa? Maksudmu kamu salah orang begitu. Oh c-mon yang benar saja Yas."
Yasa kembali mengacak rambutnya. Ia merasa frustasi dengan pikirannya sendiri. Ia merasa mengenal Ciara tapi ternyata tidak. Ia berharap rasa nya berkembang tapi rupanya juga tidak. Terlebih saat melihat Ciara berdandan kemarin saat acara pertunangan, Yasa semakin tidak mengenali Ciara.
" Arggghhh kayaknya aku benar-benar sudah gila. Pikiranku kacau banget Pan. Haaah."
" Yas, aku mau tanya. Apa sebelum bertemu dengan Ciara kamu pernah berhubungan dengan gadis lain?"
Yasa seketika terdiam. Ia memejamkan matanya berusaha mengingat sesuatu yang selama ini coba ia ingat. Tapi sekuat apapun ia mengingatnya tetap tidak menemukan celah sedikit pun. Inilah sebenarnya yang membuat YAsa kebingungan setengah mati.
" Sudahlah, bentar ku ambilkan minum biar otakmu encer."
" Apa hubungannya kampret."
Topan tergelak, ia berlalu ke dapur dan mengambilkan air hangat untuk sang teman. Tak lama ia kembali, Topan pun duduk di sofa tepat bersebelahan dengan Yasa. Ia mengulurkan air hangat itu kepada Yasa dan langsung ditenggak habis. Topan hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Baru kali ini ia melihat Yasa benar-benar tidak seperti dirinya sendiri. Yasa seperti kehilangan arah. Topan sedikit prihatin. Profesor muda itu biasanya selalu tenang dalam menghadapi masalah, tapi kali ini Yasa tampaknya kesulitan.
Topan menyandarkan tubuhnya di sofa seperti orang yang kelelahan. Namun tiba-tiba tangannya menyentuh sesuatu. Sebuah benda kecil yang terselip di sudut sofa. Pria itu mengambilnya lalu mengamati dengan seksama.
" Yas, sejak kapan kamu pake anting?"
" Kampret, ane kagak demen ye pake begitu-begituan?"
Topan memberikan benda kecil yang ternyata adalah sebuah anting tersebut kepada Yasa. Yasa tentu saja bingung, sejak kapan ada benda itu di apartemennya. Anting perempuan? Apakah milik Ciara? tentu tidak, Yasa tidak pernah memasukkan wanita manapun ke unit nya kecuali sang ibu dan adik.
" Apa ini punya ibu ya, atau punya Yara?"
" Kamu nggak masukin cewek kan Yas. Apa jangan-jangan itu punya cewek sebelum kamu kenal Ciara."
" Nggak mungkin, aku nggak pernah ya melakukan itu. nanti aku tanya ke ibu aja. Siapa tahu ini punya ibu jatuh saat kesini."
Topan hanya manggut-manggut. mungkin benar itu punya Hasna, ia tidak mau berpikir lebih.
*
*
*
Hasna dan Radi yang masih sibuk dengan analisa-analisa mereka setelah kebali ke ruang rawat tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Ciara. Calon menantunya itu terlihat datang membesuknya dengan membawa parcel buah dan bunga.
Hasna seketika mengubah ekspresi bingungnya menjadi sebuah senyuman.
" Maaf om dan tante, Ciara baru menengok sekarang."
" Tidak apa-apa nak, kami yang seharunya banyak meminta maaf kepadamu dan keluarga mu. Kami sungguh menyesal mengenai kejadian tempo hari."
Hasna benar-benar tulus mengatakan hal tersebut. Ia melihat wajah Ciara sengan seksama. Paras Ciara yang cantik dan perilaku yang sopan dan baik sungguh membuat orang akan senang jika mendapatkan menantu sepertinya. Namun seketika Hasna pun berpikir, jika benar apa yang jadi praduganya mengenai Tara maka sungguh amat sangat kasian Ciara nanti.
Terlepas mengenai Tara yang Hasna rasa memang ada hubungannya dengan Yasa, putranya itu pun harus segera mengambil keputusan mengenai hatinya. Ketika berbicara kemarin sepertinya Yasa tidak mencintai Ciara. Hal ini tentu tidak boleh berlarut, hati gadis yang saat ini duduk di depannya pasti akan semakin sakit.
" Maafkan om ya nak. Mungkin ini semua dalah salah om yang terlalu terburu-buru."
" Bukan om, Om Radi tidak salah. Memang mungkin prosesnya seperti ini. Ciara bisa mengerti. Ciara akan menunggu Kak Yasa mengambil keputusan. Tapi jika boleh jujur sungguh Ciara angat mencintai Kak Yasa. Baik om dan tante, Ciara pamit agar tante bisa istirahat."
" Terimakasih nak, sampaikan salam kami untuk kedua orang tua mu ya."
Ciara mengangguk dan tersenyum, ia kemudian menyalami kedua orang tua Yasa itu bergantian dan pamit untuk pulang. Ketika sampai di luar kamar rawat Hasna, gadis itu menghela nafasnya. Ada sedikit rasa dihatinya yang mengatakan bahwa mungkin ia tidak akan mungkin bisa melanjutkan hubungan ini. Tapi Ciara tentu tidak akan menyerah dengan cepat.
" Assalamualaikum kak, lagi apa. Apa kakak sehat. Aku baru saja menjenguk Tante Hasna."
" Waalikumsalam. Aku sehat. Makasih Ra."
Ciara tersenyum. Paling tidak Yasa masih mau membalas pesannya. Ia pun memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas dan berjalan menuju pintu keluar. Tapi langkahnya terhenti saat tubuhnya menabrak seseorang.
" Woelaaah jalan pakai mata dong."
" Astagfirullah, maaf om. Maaf saya nggak sengaja. Tapi ngomong-ngomong jalan itu pake kaki om nggak pake mata."
" Am om am om, kapan gue kawin sama tante lo. Hisssh, kampret. Gue belum tua juga kali pake dipanggil om."
Pria yang tidak sengaja ditabrak Ciara itu menggerutu sambil berlalu. Ciara hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah orang tersebut. Tapi dia acuh dan kembali melanjutkan langkah kakinya.
Jika Ciara acuh, pria yang tadi itu masih bersungut-sungut. Buket bunga yang ia bawa tadi hampir saja jatuh dan rusak. Beruntung tangannya kuat menggenggam. Pria itu mengetuk salah satu ruang rawat dan membukanya. Senyumnya
mengembang sempurna saat masuk ke dalam ruang tersebut.
" Assalamualaikum om, tante. Gimana kondisi tante."
" Waalaikumsalam nak. Alhamdulillah baik. Bagaimana kabar ayah dan mommy mu?"
TBC