Berawal dari pertemuan tidak sengaja dengan seorang gadis yang disangka adalah seorang wanita malam malah membuat Letnan Rico semakin terjebak masalah karena ternyata gadis tersebut adalah anak gadis seorang Panglima hingga membuat Panglima marah karena pengaduan fiktif sang putri.
Panglima memutasi Letnan Rico ke sebuah pelosok negeri sebagai hukumannya setelah menikahkan sang putri dengan Letnan Rico namun tidak ada yang mengira putri Panglima masih menjalin hubungan dengan kekasihnya yang notebene adalah sahabat Letnan Rico.
Mampukah Letnan Rico mendidik sang istri yang masih sangat labil. Bagaimana nasih sahabat Letnan Rico selanjutnya??? Apakah hatinya sanggup merelakan sang kekasih?? Siapakah dia??
Konflik, Skip jika tidak sanggup..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Bu Danton ngambek.
Nindy sudah mulai tenang. Bang Danar pun tidak berani meninggalkan Nindy lagi. Kini Bang Danar yang lebih aktif mengarahkan ini dan itu karena tidak ingin istrinya kelelahan.
"Abang..!!"
"Dalem..!! Kenapa, sayang?" Tanya Bang Danar karena Nindy tiba-tiba saja menggoyang lengannya saat dirinya sedang memberi pengarahan.
"Maaf menyela..!!"
"Nggak apa-apa. Ada apa, sayang??" Tanya Bang Danar lagi.
"Bolehkah kita pelihara ayam, bebek, kambing, sapi atau kerbau?"
Bang Danar terdiam sejenak, ia menerka permintaan Nindy. Ia tidak paham apakah saat ini istrinya serius meminta hewan tersebut ataukah hanya mengidam semata. Rasanya mulai gemas memikirkan hewan kesayangan Nindy di rumah, hatinya menolak keras.
"Kita sudah punya puluhan anak ayam, belum lagi Moli dan Milo. Sekarang minta lagi hewan??" Ujar Bang Danar menyebutkan apa saja yang sudah berada di rumahnya.
"Nggak boleh ya, Bang?"
"Jelas...... Boleh donk, sayang..!!" Jawab Bang Danar pada akhirnya. Entah kenapa wajah innocent Nindy membuatnya tidak tega untuk menolak.
Beberapa anggota menunduk menahan tawa memberi muka pada Danton sangar super galak tapi kalah telak di hadapan istri tercinta. Bahkan untuk mengatakan 'tidak' saja, Danton pun tak sampai hati.
...
Bang Danar mendengarkan dan mencatat segala permintaan sang istri. Kini Bang Danar bagai ajudan pribadi yang siap siaga dengan segala permintaan ibu komandan.
"Bisa, Bang??" Tanya Nindy.
"Bisa, nanti Abang siapkan. Kambing dan sapinya mau tidur di kandang atau di kamar??"
Seketika lirikan Nindy mengarah tajam pada Bang Danar.
"Siap salah, Bu..!!" Jawab Bang Danar tak lagi mengoceh.
"Satu lagi..!!"
"Apa?" Bang Danar masih siap siaga dengan pena di tangannya.
"Di dekat sini ada penangkaran buaya.............."
"Nggak ada, Abang nggak mau ada cerita ibu Danton pelihara buaya?" Dengan tegas Bang Danar menutup buku dan meletakan penanya dengan kasar.
Nindy beranjak membawa wajah kesal. Saat itu juga Bang Danar menjadi panik. Tidak ada ekspresi marah dari Nindy tapi diam seribu bahasa agaknya membuatnya lebih takut.
Bang Danar segera mengikuti langkah Nindy. Ia tidak membiarkan Nindy kemanapun sendirian.
Nindy berjalan menuju kantin, wajah Nindy semakin kesal karena Bang Danar terus saja mengikutinya.
"Abang nggak ada pekerjaan?????" Tegur Nindy.
"Ada, ngikutin kamu..!!" Jawab Bang Danar.
Nindy yang malas tetap melanjutkan langkahnya sampai kantin. Beberapa puluh meter saja rasanya sudah ngos-ngosan. Beberapa anggota yang tengah berada di sana memilih untuk beranjak tapi Bang Danar meminta mereka untuk duduk kembali sembari memberi kode bahwa Ibu Danton sedang badmood.
"Selamat sore, Ibu." Sapa mereka.
"Selamat sore, Om..!!" Jawab Nindy dengan sopan sembari mengurai kilas senyum untuk menghormati para anggota suaminya.
Pak Gimin pemilik kantin Kompi tersenyum melihat paras wajah ayu Ibu Danton yang agaknya sedang ngambek. Pak Gimin pun menyenggol istrinya yang sedang sibuk melayani pelanggan agar menyapa Bu Danton.
Bu Gimin ikut tersenyum melihat ekspresi lucu Bu Danton yang memendam kesal tapi masih berusaha menjaga wibawa suaminya.
"Lapar ya dek? Mau makan apa siang ini?"
Nindy tidak menjawabnya sebab masih malas bicara dengan Bang Danar.
"Pakde punya pecel, Bu Danton mau?" Tanya Paak Gimin.
"Mau, Pakde." Jawab Nindy dengan senyumnya.
"Saya soto ya, Pakde..!!" Pinta Bang Danar.
Sesegera mungkin Pak Gimin dan Bu Gimin menyiapkan pesanan orang penting kedua di Kompi tersebut.
Tak menunggu lama, pesanan mereka pun siap. Bu Gimin menyerahkan soto ayam itu pada Bang Danar tapi Nindy menyambarnya.
"Abang pecel aja..!!"
Bang Danar tidak banyak bicara dan menerima pecel dari Pak Gimin.
"Hati-hati, panas..!!" Bang Danar membantu mengaduk soto ayam yang kini sudah di kuasai ibu Danton sepenuhnya.
Nindy pun diam menunggu meskipun masih marah.
"Minumnya apa Bu Danton?" Pak Gimin sengaja mendahulukan Nindy.
"Es jeruk, Pakde."
Bang Danar meminta kopi hitam pahit setelah Pak Gimin meliriknya dengan senyum.
Setelah semua siap, lagi-lagi Nindy menyambarnya.
"Abang es jeruk saja..!!" Kata Nindy.
Bang Danar hanya bisa menggeleng dengan senyum tipis melihat tingkah menggemaskan Nindy yang terbilang langka. Ia membiarkan Nindy berekpresi layaknya wanita yang sedang marah. Tidak peduli tingkah kekanakan atau jiwa innerchild Nindy, yang jelas Bang Danar begitu menyukainya.
Beberapa detik kemudian, Nindy tersedak. Istri Letnan Danar itu menyambar kopi panas dan langsung meminumnya.
"Aaaa.. panaaass, pahiiitt..!!" Jerit Nindy.
Sontak saja Bang Danar ikut kelabakan. Bang Danar langsung mengangsurkan es jeruk untuk menetralkan bibir Nindy. Hampir saja Nindy muntah karena tidak tahan dengan pahitnya kopi milik Bang Danar.
"Naahh.. itu oleh-olehnya kalau banyak ngambek. Sudah enak ada es jeruk kenapa ambil kopinya Abang. Itu kopi lanang, lancang betul istri Abang nih..!!" Tegur Bang Danar sambil membersihkan bibir Nindy.
"Sampun bathi to, Pak?" Tanya Bu Gimin.
"Alhamdulillah, sudah Bu. Saya jadi momong dua." Jawab Bang Danar dengan senyumnya.
"Sabar Pak. Saya malah lima kali merasakan begitu. Kita yang mau jadi bapak kudu maklum, kudu banyak ngalah."
"Nggih Pak. Yang penting anak istri sehat. Pokoknya saya mampu, Insya Allah di turuti..!!" Jawab Bang Danar menanggapi ucap Pak Gimin.
.
.
.
.
hayo kak remake tokoh²nya