Alana seorang gadis biasa yang sangat suka membaca novel di waktu senggangnya. Hingga ada satu novel yang membuatnya benar-benar sangat kesal.
Tapi siapa sangka ia justru terjebak menjadi pelayan dari penjahat utama dalam novel tersebut.
"Aku benar-benar akan mati jika terus begini." Gumamnya.
"Akh pangeran bajingan !" Umpatnya.
"siapa yang kau sebut bajingan ?"
"Mati aku..."
Dapatkah Melisa terus bertahan hidup dan dapatkah ia merubah akhir dari novel itu ? ayo saksikan kisahnya di "Transmigrasi menjadi pelayan pria jahat."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misteri kematian Mona part 1
Disebuah ruangan yang begitu gelap dengan pencahayaan yang begitu minim tampak seorang wanita masih terbaring tanpa melakukan apapun dengan tatapan yang begitu kosong. Sedangkan disisi lain seorang pria hanya duduk diam menatapnya. Tapi matanya hanya menatap gadis yang masih tetap sama tersebut.
“Huh,” helaan nafas kasar terdengar jelas dari bibirnya. Lalu ia menatap ke arah gorden yang sedang menutupi sinar matahari agar tidak memasuki ruangan tersebut.
Hingga beberapa lama pintu di ketuk pelan dari luar. “Yang mulia saya Robin izin menghadap ada sesuatu yang harus saya laporkan,” ujar Robin yang telah berada di balik pintu kamar Rion.
“Hmm,” hanya deheman dari Rion yang membuat Robin membuka pintu dengan perlahan. Ia berjalan perlahan dengan mendekati Rion yang masih duduk tepat di samping kasur.
“Jangan menatapku seperti itu jika kau tidak mau aku mencungkil bola matamu,” ancam Rion. Tanpa melirik kesamping pun ia mengetahui jika Robin tengah menatapnya dengan intens.
“Maafkan saya yang mulia,” Robin dengan cepat menundukkan kepalanya. Sebelumnya memang ia menatap aneh pada Rion karena tingkahnya yang begitu berbeda. Pria tersebut melakukan sesuatu yang tidak pernah terbayangkan dengan Robin sebelumnya. Seorang Rion yang tidak perduli pada apapun termasuk mengenai hidup dan mati seseorang kini dengan sabar menunggu seorang wanita di kamar miliknya bahkan ini sudah semalaman semenjak Rion duduk disana.
“Aku memerintahkan mu masuk bukan untuk melihatmu terdiam seperti orang bodoh Robin,” ujar Rion saat Robin tidak mengatakan apapun.
“Ah itu yang mulia…” ucapan Robin terpotong saat tiba-tiba saja suara terdengar dari wanita yang sedari tadi hanya terbaring saja.
“Ugh,” Alana mengedipkan matanya beberapa kali saat perlahan ia mulai memperhatikan yang ada di seluruh tempat saat ini ia berada. Manik matanya yang sedari malam terlihat begitu kosong kini sudah kembali bercahaya.
“Alana kau sudah sadar?” tanya Robin dengan begitu semangat bahkan senyum cerah terpancar jelas diwajahnya.
“Memangnya aku kenapa?” tanya Alana yang masih penuh dengan kebingungan. Ia hanya mengingat jika ada kegelapan yang mengerubunginya lalu sadar begitu saja.
“Oh kau baru saja seperti kehilangan jiwa semalaman ini. Untung saja ada yang mulia yang dengan cepat menyelamatkanmu jika tidak kau mungkin tidak akan bisa diselamatkan lagi. Asal kau tau yang mulia bahkan memanggil pendeta dari kuil untuk menye…” Robin menghentikan perkataannya saat merasa dengan jelas sosok Rion yang menatap tajam pada dirinya.
“Hmm biar yang mulia saja yang melanjutkan…” lanjutnya dengan mundur beberapa langkah memberi jarak aman jika saja tiba-tiba Rion memukulinya.
“Anda menyelamatkan saya?” tanya Alana tidak percaya.
“Tidak aku hanya tidak sengaja lewat,” jawab Rion dengan begitu dingin sedangkan disisi lain Robin memasang wajah tidak terima. ‘Tidak sengaja lewat katanya? Jelas-jelas dia menghentikan rapat penting dan berlari tiba-tiba untuk menyelamatkan wanita ini,’ batin Robin dengan penuh kekesalan. Sedangkan disisi lain Alana hanya menganggukkan kepalanya percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rion.
“Jika begitu maka saya mengucapkan terima kasih banyak yang mulia atas kebaikan anda,” ujar Alana dengan sedikit menundukkan kepalanya. Hingga pada saat menundukkan kepalanya ia baru menyadari dimana saat ini ia sedang berada dan selimut siapa yang sudah ia gunakan.
“Maafkan saya yang telah begitu lancang yang mulia, saya telah begitu berani berada di tempat tidur anda seperti ini. Tenang saja saya akan mencuci semuanya.” Jelas Alana dengan cepat menyingkir dari atas kasur tersebut. Sedangkan dua orang pria tersebut hanya diam tanpa mengatakan apapun.
“Hmm lakukan sesukamu,” gumam Rion yang masih bisa didengar jelas oleh Alana.
“Baik yang mulia saya akan mengerjakannya sekarang,” tanpa menunggu jawaban dari Rion Alana dengan cepat mengumpulkan selimut,seprei, dan semua sarung bantal. Sedangkan Rion hanya bisa menghela nafas sebelum akhirnya ia menatap ke arah Robin yang masih berdiri disana.
“Ehem yang mulia yang ingin saya laporkan tadi adalah mengenai pelayan wanita yang ditemukan meninggal tersebut dia…” perkataan dari Robin berhasil membuat Alana menghentikan kegiatannya lalu menatap pria tersebut, membuat seisi ruangan begitu hening. Rion melihat sejenak pada Alana yang masih terpaku di tempatnya.
“Lanjutkan Robin,” perintah Rion.
“Huh itu yang mulia, semua penyelidikan telah selesai jadi mayatnya sudah bisa untuk dimakamkan hari ini,” jelas Robin. Biasanya ini hanya laporan formal saja jika ada pelayan atau prajurit yang meninggal dunia didalam istana. Biasanya Rion hanya menganggukkan kepalanya lalu menyuruh Robin untuk pergi.
“Urus pemakamannya dengan baik dan berikan kompensasi yang layak bagi keluarga yang ditinggalkan,” pinta Rion yang kembali membuat Robin terdiam tidak percaya.
“Yang mulia apa saya boleh melihat mayatnya hanya sebentar saya mohon,” ujar Alana dengan wajah yang terlihat cukup sedih.
“Jika aku melarang mu maka kau pasti akan melompat dari jendela lagi. Dari pada merepotkan lakukan sesukamu,” mendengar perkataan tersebut membuat Alana tersenyum dengan begitu lebar.
“Terima kasih banyak yang mulia, jika begitu saya izin meninggalkan tempat ini,” ujar Alana dengan begitu semangat ia bahkan telah keluar dari kamar Rion dengan selimut dan juga yang lainnya tanpa menunggu jawaban dari Rion.
“Robin ikuti terus dia dan jangan biarkan dia melakukan hal-hal konyol lainnya,”
“Mengikuti Alana yang mulia?” ragu Robin. Ini adalah pertama kalinya ia diperintahkan untuk mengikuti pelayan biasa.
“Jadi menurutmu siapa?,” kesal Rion dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
“Baik yang mulia,” jawabnya dengan begitu cepat lalu pergi dari tempat tersebut.
Sedangkan Rion hanya menghela nafas kasar setelah kepergian dari Robin.
“Sebenarnya makhluk apa itu? Apa iblis?” gumamnya saat kembali mengingat sosok bayangan aneh tersebut. Tapi kemudian Rion memperhatikan gorden yang kembali bergerak ke kanan dan kekiri dengan perlahan.
semangat terus ya buat ceritanya Thor 💪😊👍
semangat terus ya buat ceritanya Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor