tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jeni Hanya Mengingatkan 1
Jeni tergeragap ketika melihat mobil Melati menjauh. Dan makin terlonjak kaget ketika berbalik badan. Dika berdiri disamping mobilnya. Sementara Putra dan Dian nampak berdiri juga tak jauh dari mobil Jeni. Mata Dika berkilat marah, sementara Putra nampak menggenggam jemari Dian. Jeni memutar bola matanya sebal.
"kenapa? Mau marah juga? Kalian ya, mentang mentang punya adek baru, sahabat lama kalian campakkan. " kata Jeni, menyembunyikan rasa takutnya.
"benar kata mama, kami menyesalkan pernah mempunyai sahabat yang minus attitude kayak kamu. " kata Dika keras. Jeni tersenyum smirk.
"yaa.. Yaa.. aku hanya minus attitude kata kamu sekarang, kamu Putra? Apa yang mau kamu katakan tentang saya? " tantang Jeni.
"banyak! Tapi saya tak mau menghabiskan waktu untuk mengatakannya, karena saya mau mencari cincin pertunangan kami. Mari dek. " ajak Putra, membukakan pintu mobil untuk Dian. Dika pun beranjak masuk mobilnya.
Jeni menghentakkan kaki dan berlari menuju ke mobilnya. Mengejar mobil Dika. Dika yang tahu kalau Jeni membuntutinya, beralih pikiran, dia segera menuju ke mall, tempat Putra dan Dian yang mau mencari cincin. Jeni tetap mengikuti.
Putra dan Dian sudah berada di toko perhiasan.
"kami mau bertunangan mbak, bisa tunjukin kami sepasang cincin? " tanya Putra.
"baiklah mas, mau yang gold atau white? "
"Dian mau yang mana? " tanya Putra, menatap lembut pada sang calon istri.
"mmmm yang gold untuk tunangan, white untuk cincin kawin nanti, gimana mas? "
"oke, tolong dibantu ya mbak. "
"pilihan yang tepat itu mbak. Ini rekomendasi saya. " petugas toko mengeluarkan display yang ada dalam etalase.
Setelah mendapatkan model yang mereka mau, Putra mengajak Dian berkeliling sebelum akhirnya mereka menuju ke restoran yang ada dalam mall itu, karena Dika sudah menunggu disana..
"sudah dapat cincinnya dek? " tanya Dika, begit7 adek dan calon iparnya muncul.
"sudah mas. "
Dika mengangguk
"ayo pesan makanan kalian, mas sudah pesan ini. "
Dian menatap Dika..
"kenapa dek? " tanya Dika heran.
"Dian mau tanya boleh? "
"boleh, tanyalah. " Dika meletakkan hp yang baru akan dipegangnya.
"mas sebenarnya ada hubungan apa sama mbak Jeni? Kenapa dia begitu marah sama aku dari awal bertemu, sampai saat ini, padahal aku gak ganggu dia sama sekali. " tanya Dian. Putra dan Dika saling pandang.
"nggak ada hubungan apa apa di antara kami dek, kami berempat dari dulu emang dekat, dan kami bertiga menganggap dia sahabat baik, dekat juga sama mama dan ayah, karena dia satu satunya perempuan, tentu kami menyayangi layaknya saudara perempuan kami. " jelas Dika.
"tapi sepertinya mbak Jeni menyukai mas. "
Dika menghela nafas.
"mas gak tahu juga sih dek, waktu dulu kuliah.. Jeni emang dekat dengan mas, dengan kami bertiga, kemana mana sama mas, Yogi atau Putra, gak pernah pergi sendiri atau lebih tepatnya gak kami biarkan, tapi makin kesini selepas kuliah emang ada yang beda pada Jeni, cuma mas gak peduli aja, lagian mas juga belum memikirkan untuk punya wanita spesial selain mama, mbak Cia dan sekarang ada kamu. "
Dian tersenyum.
"mbak Jeni sepertinya tak suka aku dekat sama mas Putra, mas Yogi dan mas Dika. Dia selalu mengatakan kalau aku kampungan. " ucap Dian pelan, dan itu sukses membuat Dika menjadi tambah marah pada Jeni. Sang adek, di awal merasakan bahagianya, direcoki oleh hal hal remeh begini.
"jangan dipikirin dek, siapa dia? Dia cuma orang lain dalam kehidupan kamu, terlepas kami mengenalnya lebih lama, kamu dengar kata mama tadi? Mama menyesal membiarkan dia jadi teman kami. "
"tapi ya gak boleh gitu mas, siapa tahu mbak Jeni hanya merasa kehilangan perhatian dari kalian saja. Mungkin Dian yang belum terlalu kenal sama mbak Jen itu mas, jangan di jauhi gitu. "
Putra menatap sang kekasih dengan bangga.
Dika melempar tisu bekasnya pada Putra.
"heii!! Masih ada abangnya disini, alihkan matamu! " seru Dika sebal. Putra dan Dian tertawa jahil.
Jeni memperhatikan interaksi mereka dari kejauhan. Terlihat begitu akrab dan hangat, apalagi tak lama kemudian Yogi dan pacarnya juga ikut bergabung, dada Jeni terasa kebakaran.
"seharusnya 2 perempuan gatel itu tak disana, hanya aku yang boleh ada diantara mereka. " gumam Jeni. Jeni bergegas balik badan. Dan...
Brak!!!!
Jeni menabrak seorang mbak cleaning service.
"mbak kalau jalan liat liat dong mbak, jadi tumpahkan ya. " omel mbak itu. Jeni menatap dengan wajah memerah. Emang dia yang salah, apalagi menatap tatapan pengunjung lainnya, yang menyalahkannya.
"eh... Iya mbak, maaf ya, maaf banget, saya buru buru, maaf ya mbak.. Maaf.. " Jeni buru buru kabur. Mbak cs itu hanya bisa menghela nafas panjang, segera membersihkan tumpahan air pel kembali, karena pengunjung ramai. Sementara Dika dan kawan kawannya tak peduli sama sekali, karena emang mereka tak tahu.
Jeni bergegas menuju ke mobilnya. Dia menuju ke sebuah butik gaun penganten terbesar di kota ini.
Jeni bergegas masuk, karena hari mendadak gerimis. Jeni melindungi kepala dengan tasnya.
"tante Dini ada? " tanya Jeni. Petugas itu mengangguk.
"ada mbak, diruang bahan. " jawabnya. Jeni langsung menuju ke ruang yang dimaksud. Terlihat Dini sedang berkutat dengan bahan, terlihat sibuk juga memadu padankan bahan bahan itu.
"tante... " sapa Jeni. Dini menoleh cepat.
"eh Jeni, apa kabar? " tanya Dini, menghentikan kegiatannya. Terbiasa dengan Jeni, yang tak pernah salim, Dini pun tak hendak mengulurkan tangannya.
"kabar baik tante.. Waawwww! Cakep bener ini bahan.. ada yang pesan ya tan...Cantik bener. " kata Jeni kagum.
"bagus ya Jen, ini buat gaun pengantin Dian nantinya, eh.. kamu juga dapat bahan jadi bm nanti, beda dengan yang lain, punya kamu yang paling bagus, Putra akan lamaran lusa Jen. Hah.. Kenapa tante bilang ke kamu ya, kan kamu sudah tahu pasti. " jawab Dini, tak memperhatikan wajah Jeni yang sudah seperti lampu lalu lintas, merah kuning hijau.
"mmm iya sih tante, ternyata jodoh Putra datang lebih cepat ya tan.. " jawab Jeni.
"Alhamdulillah Jen, anaknya bu Melati lagi, adek sahabatnya pula. " binar bahagia terlihat jelas.
"eits tante salah. Bukan anak mama Melati, tapi anak selingkuhan ayah Yudi, anak pelakor. " sela Jeni cepat! Dia menemukan celah untuk menjatuhkan Dian.
Dini menatap mata Jeni.
"kamu sudah tahu? "
"sudah dong tante, dan apakah tante m🙏au punya mantu anak pelakor? Bisa bisa itu nanti turunan ke anaknya lo tan. " hasut Jeni.
Dini menghentikan pekerjaannya, dan menatap Jeni dengan tajam.
"apa kamu mengatakan hal ini kepada Melati? " tanya Dini lagi.
Dengan cepat Jeni mengangguk bangga.
"sudah tante, tapi mama Melati tak mau mendengarkan, kali aja dia hanya mengaku ngku saja kan tante? " tanya Jeni santai.
"astaga Jeni!! Kamu benar benar ya, tak habis pikir saya sama kamu, seenaknya saja mulut kamu berkata begitu sama Melati? " Dini bertanya dengan suara keras.
Jeni tergeragap. Wajahnya berubah melihat reaksi Dini.
"A-pa Jeni salah bicara tante? "
"salah!!! "
"dimana salahnya tante? " tanya Jeni bingung.
"kamu pikir saja sendiri, maaf saya sibuk, silahkan keluar Jen. " ucap Dini dingin.
Jeni ternganga.