NovelToon NovelToon
WIDARPA

WIDARPA

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Horror Thriller-Horror / Anak Yatim Piatu / Pengasuh
Popularitas:688
Nilai: 5
Nama Author: Karangkuna

Renjana, seorang gadis muda yang baru saja pindah ke kota kecil Manarang, mulai bekerja di panti asuhan Widarpa, sebuah tempat yang tampaknya penuh dengan kebaikan dan harapan. Namun, tak lama setelah kedatangannya, ia merasakan ada yang tidak beres di tempat tersebut. Panti asuhan itu, meski terlihat tenang, menyimpan rahasia gelap yang tak terungkap. Dari mulai bungkusan biru tua yang mencurigakan hingga ruangan misterius dengan pintu hitam sebagai penghalangnya.

Keberanian Renjana akan diuji, dan ia harus memilih antara melarikan diri atau bertahan untuk menyelamatkan anak-anak yang masih terjebak dalam kegelapan itu.

Akankah Renjana berhasil mengungkap misteri yang terkubur di Widarpa, atau ia akan menjadi korban dari kekuatan jahat yang telah lama bersembunyi di balik pintu hitam itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

WIDARPA 14

Renjana berjalan keluar dari ruang makan, merasa cukup nyaman dengan rutinitas pagi yang berjalan tenang. Ketika sampai di depan pintu, dia bertemu dengan dua orang warga lokal yang sedang membawa beberapa pakaian kotor. Mereka mengenakan pakaian kerja yang sederhana, dan sepertinya baru saja selesai dengan tugas mereka.

Sambil tersenyum, Renjana menyapa mereka, "Selamat pagi," katanya ramah. Kedua wanita itu membalas senyuman Renjana, meskipun mereka terlihat sedikit terkejut karena tampaknya belum terbiasa dengan kehadirannya.

"Selamat pagi, Mbak," jawab salah satu pria, yang sepertinya lebih tua dari yang lainnya, sambil menganggukkan kepala. "Kami sedang membawa pakaian kotor untuk dicuci di rumah. Nanti akan kembali lagi setelah selesai."

Renjana mengangguk, "Baik, semoga pekerjaan kalian lancar. Saya permisi dulu." Setelah itu, dia melangkah menuju pintu utama dengan niat mengambil seprai bersih di ruang penyimpanan.

Namun, ketika sampai di depan pintu utama, dia bertemu dengan dua pria yang tampak baru masuk. Naya, menatap Renjana lalu berdiri dan segera mendekatinya dan memperkenalkan dua pria tersebut.

"Renjana, ini Pak Samuel, wakil ketua Widarpa," kata Naya sambil menunjuk pria berkemeja hitam yang berdiri tegak dengan wajah serius, "dan ini Dokter Gio," lanjut Naya, menunjuk pria kedua yang terlihat lebih santai dengan kaos berkerah.

Renjana mengulurkan tangannya dengan senyum sopan. "Senang bertemu dengan anda semua, Pak," katanya.

Samuel, yang lebih formal, mengangguk dan menjabat tangan Renjana dengan tegap. "Selamat datang di sini. Semoga kamu betah bekerja di Widarpa."

Dokter Gio, pria yang lebih santai, tersenyum lebih lebar dan menjabat tangan Renjana dengan cara yang lebih ramah. "Selamat pagi juga. Kamu si pengasuh baru itu ya? Semoga betah di sini," katanya dengan nada hangat.

Renjana merasa sedikit canggung, namun dia membalas senyuman mereka. "Terima kasih, saya senang bisa berada di sini. Saya masih banyak yang perlu belajar tentang tempat ini."

Naya melihat mereka bertiga sejenak, lalu berkata, "Pak Samuel, anda ditunggu diruangan Bu Helena." Dua pria itu berpisah dengan arah yang berbeda, Renjana memperhatikan Samuel yang tampak sangat misterius dan berjarak. Tanpa banyak berpikir dia melanjutkan langkahnya menuju ruang penyimpanan.

Setelah membantu Kiwi merapikan kasur anak-anak di kamar Beruang, Renjana melanjutkan langkahnya menuju ruang belajar. Saat ia masuk, suasana di dalam ruang itu terasa ceria dan penuh keceriaan anak-anak. Di meja segi empat yang terletak di tengah ruangan, tiga balita sedang duduk dengan antusias, memegang buku abjad mereka. Suara tawa kecil dan suara penasaran terdengar dari mereka, yang tampak sedang sibuk mengenali huruf-huruf di buku mereka.

Renjana duduk di kursi di depan meja, mengamati ketiga anak itu dengan penuh perhatian. Dua laki-laki dan seorang perempuan, semuanya berusia sekitar empat tahun. Mereka duduk dengan serius, meski kadang-kadang ada yang melompat-lompat atau saling tertawa kecil, membuat suasana menjadi lebih hidup.

Di sisi meja sebelah kiri, seorang anak laki-laki dengan rambut ikal dan mata cerah memegang buku dengan penuh rasa ingin tahu, mencoba mengucapkan huruf yang tertulis dengan suara kecil. Di sisi kanan, seorang anak perempuan dengan pita di rambutnya terlihat lebih santai, sesekali melirik ke buku temannya yang di sebelah. Di sisi lainnya, seorang anak laki-laki lainnya, dengan wajah polos, tampak fokus menatap abjad yang ada di bukunya, sesekali bertanya dengan suara keras kepada temannya, seolah ingin memastikan jika dia sudah benar.

Renjana tersenyum hangat, merasa senang melihat mereka begitu antusias meskipun baru belajar hal-hal sederhana. “Halo, teman-teman kecil,” kata Renjana dengan suara lembut, menyapa mereka.

Tiga pasang mata kecil langsung menoleh ke arahnya, dan dengan ceria, mereka semua tersenyum lebar. “Halo, Kak Renjana!” teriak mereka hampir serentak, dengan kegembiraan yang jelas terpancar.

Renjana tertawa kecil, senang melihat reaksi mereka yang begitu ceria. “Siapa yang bisa menunjukkan huruf ‘A’ di buku kalian?” tanyanya dengan antusias, mencoba mengajak mereka bermain sambil belajar.

Anak laki-laki pertama dengan rambut ikal itu segera mengangkat tangannya, "Saya!" katanya dengan senyum lebar, lalu menunjuk huruf A di buku. “A, itu A!”

Renjana mengangguk, memuji dengan tulus, “Betul sekali! Keren sekali kamu, A adalah huruf pertama dalam alfabet.”

Anak perempuan dengan pita di rambutnya juga angkat tangan, "Saya juga mau!" dia berkata, kemudian menunjuk huruf 'B'. “B, itu B!”

Renjana tersenyum dan memberi pujian, “Sangat pintar! Kalian semua luar biasa.”

Percakapan ringan dan pembelajaran kecil ini berlanjut, membuat suasana ruangan menjadi lebih hidup dengan tawa anak-anak yang gembira. Renjana merasa sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama mereka, dan sejenak lupa akan segala hal yang membuatnya penasaran.

Malam itu, setelah selesai mandi, Renjana merasa segar dan berniat untuk turun ke lantai bawah. Lintang, pengasuh senior yang bertugas menjaga bayi-bayi malam itu, memberitahunya bahwa ada salah satu bayi yang mengompol dan selimutnya perlu diganti. Renjana pun menawarkan diri untuk mengambilkan selimut bersih dari ruang penyimpanan.

Renjana menuruni tangga dan berbelok ke lorong tempat di mana ruang penyimpanan berada ketika matanya menangkap sebuah mobil sedan hitam yang berhenti tepat di depan teras panti dari balik jendela. Mobil itu masuk perlahan, lampunya menyinari halaman yang temaram.

Penasaran, Renjana menahan langkahnya. Mobil itu berhenti dengan sempurna di depan, namun tidak ada suara pintu terbuka ataupun seseorang yang keluar. Hati Renjana terasa sedikit cemas, namun ia merasa harus mengetahui siapa yang datang.

Beberapa detik berlalu, dan akhirnya pintu mobil terbuka. Seorang pria muncul dengan pakaian gelap yang tampak rapi dan serius. Langkahnya mantap, menunjukkan bahwa dia tahu apa yang harus dilakukan.

Renjana menahan napas, mencoba mengamati dengan seksama. Pria itu berjalan menuju pintu depan rumah dan diam berdiri sambil menoleh kembali pada mobil sedan itu, seolah menunggu sesuatu atau seseorang. Renjana tidak bisa melihat dengan jelas siapa dia, tetapi dari sikapnya, pria itu tampaknya bukan tamu biasa. Ada kesan misterius yang mengelilinginya.

Seorang wanita turun dari mobil. Dari cara dia berjalan, serta pakaian mewah yang dikenakannya, Renjana bisa langsung menilai bahwa wanita itu jelas berasal dari kalangan atas. Dengan gaun simpel namun elegan, dan rambut panjang yang tergerai dengan indah, wanita itu tampak anggun dan penuh percaya diri. Renjana tidak bisa menahan rasa penasaran.

Namun, wanita itu tidak datang sendirian. Di sisi lainnya, seorang perempuan dengan tubuh lebih berisi mengikuti, menggendong seorang bayi di tangannya. Bayi itu terlihat gelisah dan menangis keras, membuat suasana sempat tegang. Wanita itu berusaha menenangkan bayi itu, membujuknya dengan lembut, namun tangisan bayi itu masih terdengar jelas. Renjana bisa mendengar suara bayi itu meskipun jaraknya cukup jauh.

Saat Renjana memerhatikan wajah wanita cantik tersebut, ada perasaan aneh yang datang dalam dirinya. Dia merasa sangat tidak asing dengan wanita itu. Dari mana dia mengenalinya? Sejenak, Renjana mencoba mengingat, membalik-balik ingatannya, hingga akhirnya sebuah kilatan menyadarkan dirinya. Itu... dia selebriti terkenal, kan? pikirnya. Wanita itu adalah seorang aktris terkenal yang sering muncul di layar kaca. Namanya pernah terdengar di berbagai berita dan majalah, namun Renjana tidak bisa mengingat dengan jelas detailnya.

Namun, seketika, Renjana mendengar suara pintu terbuka dari ruang lain, terdengar cukup keras dan jelas di malam yang sepi itu. Suara pintu yang terbuka itu membuat Renjana kaget. Tanpa pikir panjang, ia membelokkan langkahnya menuju ruang penyimpanan yang terletak di dekat tangga, berharap bisa mengintip tanpa terlihat.

Di dalam ruang penyimpanan yang gelap dan sempit, Renjana bersembunyi di belakang tumpukan barang-barang. Dengan hati-hati, ia mengintip dari celah pintu. Matanya tetap tertuju pada pintu utama. Helena dan Samuel sudah berdiri di depan pintu menyambut pada tamu mereka. Pria tadi masuk perlahan disusul oleh wanita selebriti terkenal itu kemudian di belakangnya wanita yang menggendong bayi tampak memandang seluruh gedung dengan pandangan menyelidik.

Renjana masih berdiri diam di sana ketika pintu utama sudah tertutup kembali dan tampaknya mereka semua berada di ruangan Helena. Dalam benak Renjana tiba-tiba muncul satu pertanyaan, rasanya wanita itu belum menikah... apa dia menikah diam-diam? Beberapa waktu lalu di sebuah acara gosip diberitakan bahwa dia tertangkap kamera sedang berkencan dengan anak seorang pengusaha kaya.

Renjana memutuskan keluar dan kembali ke lantai atas, sebuah selimut bersih sudah dia pegang dengan erat, ketika hendak melangkah ke tangga, Dokter Gio muncul dengan sebuah bungkusan yang cukup besar di tangannya. Bungkusan itu terbungkus rapi berwarna biru tua, dengan pita hitam yang terikat sempurna di atasnya. Renjana sempat terdiam sejenak, mencoba bersikap biasa saja sambil melirik bungkusan itu berharap tahu apa isinya, mungkin hanya sampah pikirnya.

Dokter Gio berjalan cepat, tampaknya tidak terganggu dengan kehadiran Renjana di sana. Wajahnya tetap tenang, dan seulas senyum ramah dia tujukan pada Renjana. Dia tampak biasa saja, seperti tidak ada yang aneh dengan apa yang ia bawa. Namun, bagi Renjana, bungkusan itu terasa mencurigakan.

Dengan langkah yang mantap, Dokter Gio berjalan melewati Renjana, dan seketika dia berhenti tepat di depan pintu utama. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia membuka pintu dan melangkah keluar, meninggalkan rumah dengan bungkusan misterius itu di tangannya.

Renjana terdiam beberapa saat, matanya masih tertuju pada pintu yang tertutup. Rasa penasaran semakin menguasainya. Dia menunggu beberapa detik, memastikan bahwa dokter itu sudah benar-benar pergi. Setelah merasa aman, ia kembali melangkah dengan hati-hati, bergerak melangkah menaiki tangga dengan ragu, lalu langkahnya terhenti dan seketika dia berbalik menatap pintu utama tepat di mana pria itu menghilang, ada satu hal dibenaknya, dia tentu tidak keluar dari ruangannya. Ketika Renjana keluar dari ruang penyimpanan Dokter Gio muncul dari lorong berlawanan dengannya, tidak mungkin dia dari ruangan Helena karena ketua sedang ada tamu. Mata Renjana terbelalak ngeri...

Apa dia baru saja keluar dari ruang isolasi?

Lalu apa yang berada dibungkusan itu?

1
Nicky Firma
awal yang bagus, ditunggu part selanjutnya
Karangkuna: terima kasih /Smile/
total 1 replies
Senja
bagus. lanjut thor
Karangkuna: terima kasih /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!