Kisah seorang anak laki-laki yang beruntung menemukan sebuah batu misterius yang menuntunnya menuju takdir tertinggi.
Takdir yang akan menjadikannya yang terkuat dan takdir yang akan membuatnya menundukkan semua jenius yang ada.
Ini adalah takdir yang telah menghilang dari dunia, ini adalah takdir tertinggi...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lin Kay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah Yang Cacat
Di dalam hutan di sebuah area rerumputan yang dikelilingi oleh pepohonan, tampak dua orang anak laki-laki tengah berdiri berhadapan di bawah sinar jingga sore hari. Yang satu mengenakan pakaian bangsawan biru yang secara alami adalah Xiao Dan, sementara yang lainnya tentu adalah Xiao Yuan.
"Hehe, Xiao Yuan, yang aku pelajari ini adalah seni beladiri tingkat dua dari klan kita. Aku akan sedikit menahan diri jadi jangan khawatir..." Ucap Xiao Dan dengan senyuman licik sementara ketiga bawahannya yang duduk diatas pohon juga ikut tertawa.
Xiao Yuan yang mendengar itu tampak tegang bahkan menelan ludahnya dengan sulit. "Seni beladiri tingkat dua? Ini terlalu berlebihan..." Ucapnya dalam hati.
Ketika dirinya tengah berpikir dalam ketegangan, Xiao Dan tampak mulai melangkah maju dengan senyuman lebar.
"Baiklah akan aku mulai!..." Ucapnya bersemangat.
Melihat itu, Xiao Yuan segera mengeluarkan kuda-kudanya dan mulai fokus untuk memblokir semua serangan fisik dari Xiao Dan.
Tap! Tap!
Kedua orang ini tampak bertarung dengan sengit, tapi terlihat dengan jelas bahwa Xiao Dan masih menahan diri sehingga Xiao Yuan masih bisa menahannya walau masih dengan bersusah payah.
Bang!
"Uhuk!.."
Xiao Dan berhasil mendaratkan satu tendangan kuat di perut Xiao Yuan hingga membuatnya memuntahkan sedikit darah dari mulutnya.
Xiao Dan kemudian tersenyum dengan licik bersamaan dengan tangan kanannya yang telah mengepal dengan kuat. "Hehe, ini adalah akhirnya!..."
Energi spiritual tampak berputar dengan kuat hingga menciptakan empat putaran gelombang energi di tangan kanan Xiao Dan.
"Tinju Sembilan Gelombang!..."
Ketika Xiao Dan telah melangkah jauh untuk mendekati Xiao Yuan, dirinya langsung memajukan tangan kanannya untuk memberikan serangan mematikan pada Xiao Yuan.
"Bahaya!.." Xiao Yuan segera bereaksi setelah merasakan bagaimana tingkatan serangan dari Xiao Dan. Dirinya kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada untuk menahan serangan tersebut.
Bang!
Krak!
Tinju Xiao Dan dan lengan Xiao Yuan kemudian bertabrakan hingga membuat Xiao Yuan patah tulang di salah satu tangannya bahkan dirinya terpental jauh menabrak sebuah pohon di belakang.
"Akh..." Xiao Yuan mengerang kesakitan ketika dirinya telah berbaring di atas rumput dengan mulutnya yang telah mengeluarkan banyak darah.
Melihat keadaan Xiao Yuan yang sudah tidak berdaya di depan sana, Xiao Dan tampak tersenyum puas dengan hasil 'latihan'nya tersebut.
"Haha, Xiao Yuan ini sangat bagus! Terimakasih telah bersedia berlatih denganku. Aku merasa bahwa pemahamanku atas seni beladiri ini semakin meningkat..." Ucapnya
Setelah mengatakan kata-kata tersebut, Xiao Dan kemudian berbalik dan berjalan perlahan untuk menjauh. Begitu pula dengan ketiga bawahannya yang melompat turun untuk menyusulnya.
Dalam beberapa langkah kemudian, Xiao Dan berhenti. "Ah, benar. Aku akan mempelajari seni beladiri ini lebih lanjut dengan kakakku. Ketika aku selesai, aku akan mencarimu lagi, hahaha..." Ucapnya lalu berjalan pergi sambil tertawa.
Sementara empat sosok pergi, Xiao Yuan masih terbaring di tanah. Dirinya terlalu lemah untuk bergerak dari sana, kini ia hanya bisa menatap keempat orang itu berjalan pergi meninggalkannya.
"Akh, sialan.. kesadaran.. ku.."
Setelah dirinya berucap dalam hati, kedua matanya terpejam dan kesadarannya menghilang begitu saja.
.
Di sebuah ruangan tidur dengan cahaya lilin, tampak Xiao Yuan telah berbaring di tempat tidurnya dengan luka luka yang telah di bersihkan.
Dirinya yang pingsan di hutan tampaknya telah diselamatkan oleh seseorang yang kemungkinan besar adalah ayahnya.
Setelah beberapa jam tertidur, Xiao Yuan kemudian membuka kedua matanya untuk menatap langit langit dengan kedua mata merahnya.
"Ah, ini... Dikamarku?..." Ucap Xiao Yuan dengan bingung.
Ia kemudian teringat dengan kejadian sore tadi saat Xiao Dan menghajarnya dalam duel. Mengingat hal tersebut, Xiao Yuan tampaknya sangat marah hingga kedua tangannya mengepal kuat untuk mencengkram selimutnya.
Dia benar-benar marah tapi bukan hanya pada mereka yang telah membullynya. Tapi juga pada dirinya sendiri karena begitu lemah sampai beberapa orang akhirnya menganggap remeh dirinya.
Tapi, saat dirinya masih dalam rasa marah yang besar, Xiao Yuan kemudian merasakan hal yang aneh. Ia mengangkat tangan kirinya dan menatapnya dengan bingung.
"Tanganku.. telah sembuh?..." Ucapnya pelan dengan kebingungan karena memang harusnya tangan kirinya patah oleh serangan Xiao Dan. Bahkan jika harus menggunakan ramuan dan energi spiritual untuk menyembuhkannya, butuh beberapa hari baginya untuk benar-benar sembuh.
Saat Xiao Yuan tengah dalam keadaan bingung, tampak sebuah langkah kaki terdengar berjalan diatas lantai batu dan mengarah kearah kamar Xiao Yuan.
"Kau berkelahi lagi?..." Sosok yang mulai membuka pintu bertanya dengan lembut pada Xiao Yuan.
Xiao Yuan kemudian melihat ke arah pintu dan melihat sosok paruh baya dengan wajah muda yang tampak mirip dengannya, dengan mata merah dan rambut hitam.
Meskipun tampan, sosok pria ini nampaknya memiliki suatu luka dalam, terlihat dari wajahnya yang sedikit pucat.
Orang ini adalah mantan jenius klan Xiao pada generasi sebelum-sebelumnya, juga adalah ayah dari Xiao Yuan, orang terbuang klan Xiao, Xiao Xuan.
"Ayah?! Kau telah kembali?..." Tanya Xiao Yuan, karena memang ayahnya telah berpamitan sebulan yang lalu untuk bepergian berharap dapat meringankan luka dalamnya.
Ayah Xiao Yuan kemudian tersenyum lembut dan berjalan kearah Xiao Yuan perlahan. Dirinya kemudian berhenti dan mengelus rambut anaknya.
"Yuan'er kau pasti telah sangat kesulitan selama ini..." Ucap Xiao Xuan dengan lembut. Dirinya merasa bersalah karena tidak bisa memberikan pelatihan yang layak pada anaknya karena sebenarnya kultivasinya sebelumnya telah rusak. Ia bahkan hanya sedikit berbicara selama ini.
"Apakah terlalu sulit berlatih tanpa sumberdaya?..." Lanjutnya.
Mendengar pertanyaan ayahnya, Xiao Yuan sedikit menunduk dan dengan perasaan yang campur aduk dirinya menggenggam selimut dengan erat.
Ia kemudian mengangkat kepalanya dan menunjukkan senyuman palsu pada ayahnya untuk menunjukkan beberapa kebohongan. "Ayah, percayalah. Bahkan tanpa dukungan apapun, selagi aku memiliki ayah, aku akan mencapai kesuksesan besar sedikit demi sedikit..." Ucapnya dengan lembut.
Menyadari kesakitan dalam diri anaknya, Xiao Xuan kemudian memejam. "Ini salahku karena menjadikan diriku sebagai orang tak berguna sejak dirimu mulai tumbuh..." Ucapnya.
"Ayah!.." Xiao Yuan tampak memekik untuk membantah ayahnya saat ayahnya kini mulai memalingkan wajahnya.
Xiao Xuan kemudian mulai berjalan perlahan dan menatap ke arah bintang-bintang di langit melalui jendela kamar yang terbuka.
Dirinya mengingat bagaimana luka dalamnya kemarin-kemarin yang bahkan belum sembuh sedikitpun selama bertahun-tahun. Dengan begitulah dirinya dengan enggan harus membiarkan anak kesayangannya untuk berlatih tanpa bimbingan.
Pihak klan melalui kakak tertuanya sebagai patriak sebenarnya telah berulang kali menawarkan bantuan sumberdaya baginya dan Xiao Yuan, tapi itu segera ia tolak karena tidak ingin menyusahkan klan. Bagaimanapun, kepergiannya saat muda dahulu memberikan dampak penurunan bagi klan dan itu memberikan dirinya perasaan bersalah yang lain.
Ketika angin sepoi-sepoi mulai menerpa wajahnya dengan lembut, Xiao Xuan berangsur-angsur memejam. "Yuan'er. Besok ayah akan melatihmu secara pribadi..." Ucapnya ketika kedua matanya kini kembali menatap ke arah langit.
Mendengar ini, wajah Xiao Yuan yang sebelumnya murung tampak mulai berubah dan keceriaan segera tumbuh disana. "Ayah, apakah akhirnya kau telah sembuh?!.." Ucapnya dengan mata yang berbinar.
Xiao Xuan melirik ke arah anaknya dan tersenyum lembut untuk menanggapi keceriaan anaknya itu. "Hanya sedikit, tapi ayah rasa ayah bisa memberikan beberapa hal untuk kau pelajari..."
"Baiklah, kau harus bangun pagi sekali besok. Jadi lekaslah tidur..." Lanjut Xiao Xuan ketika langkah kakinya yang ringan mengarah pada pintu keluar.
"Baik ayah..." Xiao Yuan tak ada pilihan selain menurut.
...