Gadis Nakal Kesayangan Om Mafia

Malam ini, Jayden harus pergi ke markas. Jack dan anak buah nya juga ada disana, mereka mengadakan rapat mingguan seperti biasa nya, rapat ini memang di adakan setiap Minggu nya. 

Jayden menatap satu persatu wajah anak buah nya dengan tajam, hingga tatapan mata nya berhenti di salah satu orang yang terlihat asing di mata nya. Dia mengetahui wajah semua anggota klan mafia nya, karena bukan hal mudah untuk bisa menjadi anggota klan mafia yang di pimpin oleh Jayden. 

"Hey, kau! Siapa nama mu?" Tanya Jayden, suara nya berat dan terdengar seperti suara malaikat kematian bagi pria yang kini di tatapan setajam itu oleh Jayden. 

"Saya Thomas."

"Sejak kapan kau bergabung disini?" 

"Jay, dia anggota baru yang di rekrut sebulan lalu." Ucap Jack.

"Diam, aku tak meminta mu bicara!" Tegas Jayden. Jack langsung terdiam, kalau sudah begini memang lebih baik diam. Bahkan saat ini dia merutuki dirinya sendiri, kenapa dia bisa mengatakan hal itu. Padahal, diam lebih baik.

"Satu bulan, tuan." Jawab pria bernama Thomas itu. 

"Kalau mau jadi mata-mata, setidaknya pinter sedikit. Kau terlihat sangat mencurigakan!" Ucap Jayden, dia tersenyum smirk saat melihat wajah pria itu memucat seketika. 

"Sita ponsel nya, Jack." 

Pria itu langsung mengambil ponsel dan barang-barang lain yang mungkin saja bisa membahayakan markas dan keselamatan para anggota lain, termasuk Jayden. 

Jack berhasil mengambil ponsel, tapi mata pria itu benar-benar jeli. Dia melihat keanehan yang berada di saku seragam pria itu yang sedikit bolong di tengah nya. Jack langsung merobek paksa pakaian pria itu. 

"Ini kamera, Jay."

"Hancurkan dan cari tahu siapa yang memerintahkan pria itu untuk menjadi penyusup disini, setelah itu kalian tahu apa yang harus di lakukan bukan?"

"Baik, Tuan." Jawab anggota mafia itu dan langsung menyeret pria bernama Thomas yang sudah ketahuan kalau dia adalah penyusup disini. 

"Tidak, tolong lepaskan aku. Aku mohon, aku masih punya anak dan istri di rumah!" Teriak pria itu saat tangan-tangan besar anak buah Jayden menyeret tubuhnya. Dia sudah tahu benar akan kesanggupan nya untuk menyusup kesini, ini benar-benar adalah keputusan yang salah. Kalau ketahuan seperti ini, nyawa taruhan nya.

"Harus nya sebelum menyanggupi tugas berbahaya semacam ini, kau memikirkan semua nya matang-matang, dude!" Cerca salah satu anak buah mafia Jayden, dia bahkan dengan kejam nya meludahi wajah Thomas sambil menyeret nya ke ruangan bawah tanah.

Disana, ada banyak sel yang kosong dan ada beberapa yang terisi oleh musuh-musuh dan penghianat yang berhasil Jayden lumpuhkan. Beberapa dari mereka akan di biarkan begitu saja, tanpa di beri makan atau minum. Hingga akhirnya tubuh mereka akan kurus kerontang dan saat itulah Jayden akan datang seperti malaikat pencabut nyawa. 

Dengan kejam dan sadis nya, Jayden akan menebas kepala mereka satu persatu dan tubuh mereka akan di bedah oleh dokter khusus untuk di ambil beberapa organ bagian dalam tubuh mereka dan akan di jual di pasar ilegal dengan harga yang luar biasa mahal nya. 

Kejam bukan? Tentu saja, entah sudah berapa ratus nyawa yang lenyap di tangan Jayden. Hingga membuat reputasi pria itu sangat buruk di dalam dunia malam, tapi sebaliknya jika di dunia siang hari apalagi di mata Ayyara yang belum mengetahui siapa sebenarnya Jayden. 

"Kalian, waspada lah. Jangan sampai kecolongan lagi, kalau sampai kecolongan kalian akan tahu apa akibat nya!" Tegas Jayden membuat anggota langsung menundukkan kepala mereka mengiyakan.

"Baik, tuan." Jawab mereka serempak. 

"Jack, ikut aku!" Pinta Jayden, Jack pun mengangguk dan mengikuti langkah besar pria itu. Dia mengekor di belakang Jayden, kedua pria berwajah datar itu pun keluar dan meninggalkan markas. 

"Kita akan kemana, Jay?" 

"Tidak kemana-mana, aku hanya ingin bicara berdua dengan mu tentang dunia kemafiaan ini, hanya berdua saja karena kau adalah orang yang aku percayai."

"Oke, Jay." Jawab Jack, kedua nya pun masuk ke dalam mobil sport milik Jayden dan kali ini Jack lah yang mengemudikan kendaraan beroda empat dengan harga fantastis itu dengan kecepatan yang cukup tinggi. 

Jayden terdiam, tatapan mata nya lurus ke depan, dia benar-benar merasa kesepian saat ini. Hidup nya memang terlihat sempurna, wajah tampan, uang yang banyak, tapi hidup nya terasa kosong. 

Sedangkan di rumah nya, Ayyara tidak keluar dari kamar nya sama sekali. Setelah pulang dari kampus tadi, dia benar-benar mengurung diri di kamar nya. Bahkan untuk makan pun, Sania lah yang mengantarkan nya ke kamar.

"Pah.." Panggil Agnes pada David yang sibuk dengan pekerjaan nya. Pria itu melirik sekilas ke arah sang istri, lirikan yang sinis membuat Agnes harus mengumpulkan banyak mental nya untuk bicara pada suami nya.

"Apa?"

"Ayyara tak turun dari kamar sejak tadi sore, Pah."

"Biarkan saja dia, memang kenapa?" Tanya David, bukan nya merasa khawatir tapi David malah terlihat dan terkesan sangat acuh. Dia malah lebih fokus akan pekerjaan nya yang ada di laptop.

"Mama khawatir terjadi sesuatu sama Ayya, Pah."

"Sudahlah, biarkan saja. Jangan terlalu memanjakan gadis itu, nanti ngelunjak. Dari pada kamu ganggu aku kerja, masuk kamar sana!" Perintah David. Kalau sudah begini, Ayyara memilih menurut saja. Sebelum tangan suami nya yang bicara, sudah hampir satu Minggu ini mereka berdua pisah kamar. David akan memilih tidur di kamar tamu dari pada di kamar nya dengan sang istri. 

"Ganggu saja! Sudah tahu punya anak nakal nya kebangetan, tetap saja di bela!" Gerutu David sambil kembali fokus dengan pekerjaan nya. Pria ini benar-benar gila kerja, sampai-sampai dia bisa melupakan segala nya demi pekerjaan nya.

Di kamar, Ayyara hanya termenung saja. Sebenarnya, dia juga merasa bosan. Tapi, mau keluar pun untuk apa? Kalau hanya untuk di ajak berdebat, Ayyara malas dan memilih diam saja di kamar. Dia menikmati semilir angin malam di balkon kamar nya. 

Sejak dia sering di tinggalkan sendirian, Ayyara jadi berteman dengan dingin nya angin malam. Dia sering menghabiskan berjam-jam duduk di balkon di temani angin malam yang terasa dingin nya sampai menusuk kulit, tapi seolah mati rasa, Ayyara tidak merasakan apapun.

Padahal, saat ini Ayyara hanya mengenakan gaun malam tipis yang membalut tubuh sintal nya. Beberapa bercak kemerahan di dada dan pundak nya nampak menghias tubuh gadis itu yang putih mulus. 

"Hufftt, bosan sekali rasanya.." Gumam Ayyara, dia benar-benar mengurung dirinya di kamar. Sama sekali enggan keluar, dia muak. Benar-benar muak, apalagi saat melihat kedua wajah orang tua nya. Tidak kedua nya, hanya pada sang ayah saja dia merasa muak. Karena sang ibu, sekarang sudah mulai berubah pikiran dan kini membela dirinya. 

"Daddy lagi ngapain ya?" Gumam Ayyara, gadis itu mengambil ponsel miliknya dan mengirimkan pesan pada pria itu. Tapi, hanya ceklis satu berwarna abu-abu. Artinya, pria itu sedang tidak aktif bukan?

Ayyara juga mencoba menghubungi nomor sang Daddy, tapi pria itu tidak mengangkat nya sama sekali, membuat Ayyara cemberut. Dia tahu kalau Jayden adalah pria yang sibuk, tapi dia benar-benar membutuhkan pria itu saat ini. 

Rendy? Ayyara seolah melupakan keberadaan Rendy yang notabene nya adalah kekasih nya sendiri, sedangkan Jayden? Dia bukan siapa-siapa Ayyara, pria itu hanya kebetulan bertemu dengan nya dan menjalin kemistri yang baik, itu saja.

......

🌻🌻🌻🌻