NovelToon NovelToon
Simpanan Tuan Reyhan

Simpanan Tuan Reyhan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Nikah Kontrak
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nova Diana

Demi masa depan, Tania Terpaksa menjadi wanita simpanan dari seorang pria yang sudah beristri. Pernikahan Reyhan yang di dasari atas perjodohan, membuat Reyhan mencari kesenangan diluar. Namun, dia malah menjatuhkan hatinya pada gadis yang menjadi simpanannya. Lantas, bagaimana hubungannya dengan Kinan, dan rumah tangganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Keluarga Ibu.

Untuk ke kampung Ibu memakan waktu tiga Jam, Tania tidur selama perjalanan bersandar di bahu Ibu.

Ibu membangunkan Tania ketika sudah sampai gerbang desa, Tania mengucek matanya yang masih ada rasa kantuk.

Pematang sawah menjadi ucapan selamat datang, hijau dan sejuk menjadi pemandangan yang indah.

Tania membuka jendela mobil, mengeluarkan wajah, merasai angin yang sejuk menerpa wajahnya.

Kampung Ibu lebih indah dan lebih hijau dari kampung Ayah, disini masih banyak orang menanam padi, dan bekerja di kebun karet.

“Bu, kenapa dulu kita tidak tinggal disini, saja?” Kini Tania menarik wajahnya, dan mulai bergelayut di tangan Ibu.

“Keluarga Ibu tidak punya tanah untuk diwariskan, sedangkan Ayah dan Ibu tidak punya uang untuk membeli tanah disini. Jadi kami memutuskan untuk membangun rumah kecil di tanah warisan kakekmu.” Ibu bercerita dengan lembut, sambil mengelus kepala Tania.

Tania hanya sebentar bersama dengan kakek dan nenek dari Ibunya, mereka meninggal saat Tania masih bayi, karena faktor usia.

Ibu, anak bungsu dari delapan bersaudara, semua keluarganya bahu membahu untuk hidup dulu. Dan sekarang setelah terpisah jarak, mereka akan berkumpul lagi.

Kakak tertua Ibu sudah sukses, kakak kedua dan ketiga ibu memilih menjadi TKW di negeri tirai bambu, abang Ibu yang ke empat dan lima menjadi petani di desa setelah menikah hingga sampai saat ini, dan kakak ke enam memilih menjadi ibu rumah tangga. Sedangkan abang ibu yang terakhir meninggal saat masih kecil dan Ibu yang terakhir, anak bungsu.

Setelah melewati persawahan, baru terlihat rumah- rumah warga. Banyak yang berubah dari kampung Ibu, sudah banyak warga desa yang memiliki rumah dengan bangunan beton permanen.

Rumah di desa memang khas, rumah yang bersih dengan halaman yang tertata rapi bunga- bunga dan pohon buah.

“Pak budi, tolong berhenti di rumah warna pink yang pagarnya bambu ya.” Ibu menyuruh Pak budi menghentikan mobilnya di rumah yang tidak jauh dari mereka.

Mobil menepi di pinggir jalan, karena halamannya tertutup pagar. Pak budi turun, di susul Ibu dan Tania.

Setelah membuka lebar pagar, Pak budi kembali melajukan mobilnya dan memasukannya ke halaman.

Rumah yang tadinya tertutup kini di buka oleh empunya rumah.

“Wati,” panggil wanita setengah baya dari depan pintu.

“Yuk.” Ibu menyambut wanita itu, berjalan cepat ke arahnya, saat sudah bertemu mereka berpelukan. Melepas rasa rindu antar kakak dan adik.

Ada sesi tangis setelah pertemuan keduanya, Tania yang melihat pun ikut meneteskan air mata haru.

“Itu siapa, Ti?” Bude baru sadar keberadan Tania.

Tanpa menunggu disuruh, Tania menyalami tangan Budenya dan mengenalkan diri.

“Aku Tania, bude.” Tania duduk di teras rumah Bude Santi.

Bude Santi terlihat agak kaget, gadis kecil itu sudah beranjak besar dan dewasa. Saat terakhir Bude melihat Tania saat usianya baru enam tahun. Sejak saat itu Ibu tidak pernah pulang lagi meski hari lebaran sekalipun.

Ayah tidak mengizinkan, selain itu Ibu juga tidak punya uang untuk pulang kampung. kalaupun memaksa untuk pulang, Ibunya tidak enak jika tidak membawa oleh- oleh.

“Ya ampun, nduk. Kamu sudah besar, makin cantik. Bude sampe nggak ngenalin.” Bude santi meraih tubuh Tania, memeluknya erat.

Tania pun menyambut pelukan Bude.

Setelah bercengkrama dengan Bude, Ibu memutuskan untuk menyuruh Bude wati menghubungi saudaranya yang lain berkumpul di rumah Pakde hasan, abang tertua Ibu.

Selain Pakde orang yang paling tua, juga rumahnya paling besar. Bude ikut Ibu dan Tania menaiki mobil, sedangkan suaminya dia suruh menyesal menaiki motor metic milik Bude.

Rumah pakde tidak terlalu jauh, hanya berjarak sepuluh menit dari rumah Bude.

Mereka sampai di depan rumah pakde hasan, ternyata Pakde, bude serta anak cucunya menyambut kedatangan Ibu juga Tania.

Saat mobil berhenti, Ibu langsung keluar, berhambur ke pelukan Abangnya, dan kakak iparnya.

Sama seperti dirumah Bude santi, mereka menangis cukup lama meluapkan rasa rindu yang mendalam.

“Pakde.” Tania mulai bersalaman, menyalami dengan sopan orang- orang yang ada disana.

“Ini siapa, Wat.” Bude bertanya pada Ibu.

“Ini Tania, yuk.” Ibu memegang bahu Tania.

“Tania! Cantik sekali, Pakde sampai pangling.” Pakde memeluk Tania.

“Iya, bude juga sampe nggak inget wajah kamu dulu gimana. Cantik sekali anakmu, Wat.” Kini bude yang menimpali perkataan Pakde.

“Terima kasih pakde, Bude.” Tania menjawab sopan.

“Mari, masuk, ayo masuk- masuk. Istirahat di dalam.” Pakde mengajak semua orang untuk masuk.

Pak budi di bantu anak mantu Pakde hasan membawa oleh- oleh yang di bawa Ibu kedalam rumah.

Keluarga Ibu, meskipun ramai, tapi mereka semua akur, tidak saling iri dan jika ada kesalah pahaman atau perselisihan, mereka akan berkumpul dan menyelesaikan permasalahan yang ada.

Hari semakin sore, para pekerja di sawah dan kebun sudah pada pulang kerumah masing- masing.

Semua keluarga Ibu berkumpul setelah maghrib. Mereka semua menyambut hangat kedatangan Ibu, jug Tania.

Menerima oleh- oleh dari ibu dengan suka cita. Cucu- cucu dari pakde dan bude juga mendapat jatah uang jajan dari Tania. Mereka mengantri untuk menerima uang dari Tania.

Sementara itu di tempat lain.

Ada wanita sedang mengamuk di pusat perbelanjaan di tempat barang branded berwarna orange.

“Maaf, nona, tapi kartu anda sudah di blokir.” pegawai toko, mencoba menjelaskan apa yang terjadi.

“Bagaimana bisa, tidak mungkin kartu tanpa batasku di blokir.” Kinan masih tidak terima, ia sudah memilih banyak sekali barang. Ia pasti akan malu jika tidak bisa membayar.

“Berikan itu. Pakai ini,” Kinan meminta kartu yang masih di pegang pegawai, dan memakai kartu pribadinya.

Pegawai toko itu menerima kartunya dan measukan ke alat ATM. Memasukan nominal yang harus di bayar kinan lalu memberikan alat itu pada Kinan untuk memasukan pin ATM nya.

Kinan mendengus kesal, bagaimana tidak. Ia menghabiskan hampir lima puluh milyar dari uang pribadinya.

Sebenarnya Kinan sengaja berbelanja begitu banyak barang, untuk membalaskan perlakuan Reyhan terhadapnya kemarin. Tapi kini malah Kinan yang harus membayar sendiri belanjaanya.

“Sial! Ini pasti ulah Reyhan.” Kinan memukul sofa yang ia duduki. Memaki Reyhan.

Ya, siapa lagi memang jika bukan Reyhan, dia yang punya kuasa atas ATM yang di pakai Kinan, dia yang memberikan, pasti dia juga yang sudah memblokir kartunya.

Reyhan, kau sedang mengujiku, ya! Baiklah kita lihat. Siapa yang akan hancur.

Kinan mengepal tangannya erat, menahan emosinya terhadap Reyhan.

Halo dear, terima kasih sudah membaca, tinggalkan jejak dengan subscribe, Like dan komen, ya! Biar aku lebih semangat lagi menulisnya. Salam sayang >_•

1
Nova Diana
Hallo Readers. Mohon dukukangan untuk pemula seperti aku, ya. Tinggalkan Like dan komentar kalian. Jika ada yang kurang mohon di sampaikan untuk aku perbaiki, ya. Terima kasih. 🫶
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!