NovelToon NovelToon
BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:913
Nilai: 5
Nama Author: Yuli Yanti

Widuri Azzahra, seorang gadis cantik yang lahir di Cianjur tepatnya di sebuah desa di kabupaten cianjur, namun saat ia sudah berusia 15 tahun Widuri di bawa pindah ke Bandung oleh kedua orang tuanya, Widuri tumbuh menjadi gadis cantik, saat ia menginjak sekolah menengah atas, Widuri bertemu dengan Galuh, selang beberapa bulan mereka berpacaran, namun salah satu pihak merugikan pihak yang lain, ya sayang sekali hubungan mereka harus kandas, karena Galuh yang kurang jujur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17: Bayangan Masa Lalu

Sementara itu, Galuh terus mencoba memperbaiki dirinya. Dia mulai lebih fokus pada studinya dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Meski rasa penyesalan masih sering menghantuinya, dia tahu bahwa ini adalah konsekuensi dari kesalahan-kesalahan yang dia buat di masa lalu.

Di sisi lain, Damar terus mendukung Widuri dari kejauhan. Dia tidak pernah memaksakan apapun, hanya hadir sebagai teman yang selalu siap mendengarkan.

Widuri mulai merasa bahwa hidupnya

---

Pagi itu, udara di taman kota terasa lebih segar dari biasanya. Widuri kembali ke sana setelah beberapa hari penuh dengan rutinitas sekolah. Tempat itu selalu memberinya ketenangan, jauh dari hiruk-pikuk tugas OSIS dan tekanan akademis. Dia membawa sebuah buku catatan dan pensil warna, mencoba menuangkan perasaannya melalui gambar.

Saat dia sedang asyik melukis langit yang cerah, seseorang memanggilnya.

"Hei, Widuri," suara itu membuatnya terkejut. Dia menoleh dan melihat Galuh berdiri tak jauh darinya.

Widuri menghela napas, mencoba menjaga ketenangannya. "Apa lagi, Gal? Aku pikir kita sudah cukup jelas waktu itu."

"Aku tahu, tapi aku cuma mau bicara sebentar. Aku nggak akan lama," jawab Galuh dengan nada yang lebih tenang.

Widuri menatapnya sejenak, lalu mengangguk. "Oke. Cepat, aku nggak punya banyak waktu."

Galuh duduk di bangku yang sama, menjaga jarak agar tidak membuat Widuri merasa tidak nyaman. Dia tampak ragu, seperti mencari kata-kata yang tepat.

"Semakin lama aku mikir, aku semakin sadar kalau aku ini egois banget. Aku ngerasa selalu punya waktu untuk memperbaiki semuanya, tapi kenyataannya aku cuma menunda-nunda. Aku nyakitin kamu, Wid," ucapnya, nadanya penuh penyesalan.

Widuri memalingkan wajahnya, menatap langit yang cerah. "Gal, aku udah bilang, aku nggak mau hidupku terus diganggu sama drama yang sama. Aku capek. Dan jujur aja, aku nggak yakin aku bisa memaafkan semuanya."

Galuh mengangguk pelan. "Aku nggak minta kamu memaafkan aku sekarang. Aku cuma mau kamu tahu kalau aku nyesel. Dan aku berharap suatu hari nanti, kita bisa ngobrol lagi tanpa rasa sakit ini."

Widuri tersenyum tipis, meski hatinya masih terasa berat. "Mungkin, suatu hari nanti. Tapi untuk sekarang, aku butuh ruang, Gal."

"Baik. Aku ngerti," jawab Galuh sebelum bangkit dari bangku itu. "Jaga diri kamu, Widuri."

Setelah Galuh pergi, Widuri merasa lega, meski ada sedikit rasa sedih yang tersisa. Dia tahu bahwa meninggalkan masa lalu tidak selalu mudah, tapi itu adalah langkah yang harus diambil demi kebaikannya sendiri.

 

Di sisi lain, Damar mengamati Widuri dari kejauhan. Dia berada di taman yang sama, tidak sengaja melihat percakapan antara Widuri dan Galuh. Meski ingin tahu apa yang terjadi, Damar memilih untuk tidak mengganggu.

Beberapa menit kemudian, dia mendekati Widuri dengan membawa dua cangkir kopi.

"Kayaknya kamu butuh ini," katanya sambil menyerahkan secangkir kopi hangat.

Widuri tersenyum kecil. "Thanks, Dam. Kamu selalu tahu kapan aku butuh bantuan."

"Well, aku cuma kebetulan lewat. Tadi itu, semuanya baik-baik aja, kan?" tanya Damar, berhati-hati.

Widuri mengangguk. "Galuh cuma mau minta maaf. Tapi aku rasa, aku udah nggak punya apa-apa lagi buat dia. Semua udah selesai."

Damar mengangguk pelan. "Bagus kalau kamu bisa ngambil keputusan. Kadang, melepaskan itu lebih baik daripada terus menggenggam sesuatu yang menyakitkan."

Widuri menatap Damar, merasa bersyukur punya teman seperti dia. "Kamu bener. Aku cuma perlu waktu buat benar-benar sembuh."

 

Hari-hari berlalu, dan Widuri mulai fokus pada lomba seni yang akan diadakan di sekolahnya. Dia mendaftar untuk kategori melukis, sebuah keputusan yang cukup mengejutkan teman-temannya.

"Serius, Wid? Kamu ikut lomba seni? Bukannya kamu sibuk banget sama OSIS?" tanya Rania saat mereka sedang mengerjakan tugas bersama.

Widuri mengangguk sambil tersenyum. "Aku butuh sesuatu yang bikin aku bahagia. Dan aku rasa melukis bisa jadi jawabannya."

Damar, yang juga berada di sana, memberikan dukungan penuh. "Aku yakin kamu bakal menang, Wid. Kamu punya bakat."

Ucapan Damar membuat Widuri merasa lebih percaya diri. Dia menghabiskan waktu luangnya untuk berlatih, menuangkan perasaannya ke dalam kanvas. Setiap goresan kuas adalah bentuk pelarian dari semua tekanan yang pernah dia rasakan.

 

Namun, di tengah persiapannya, Galuh kembali muncul. Kali ini, dia mencoba berbicara dengan Rania, berharap bisa mendekati Widuri lewat teman-temannya.

"Rania, aku cuma mau tahu, gimana kabar Widuri sekarang? Dia baik-baik aja, kan?" tanyanya.

Rania menatap Galuh dengan tatapan skeptis. "Kenapa kamu nggak tanya langsung aja ke dia?"

"Aku nggak mau ganggu dia. Aku cuma... penasaran," jawab Galuh.

Rania menghela napas. "Widuri baik-baik aja. Dia lebih fokus sama dirinya sendiri sekarang. Dan jujur aja, aku rasa itu lebih baik daripada terus mikirin masa lalu."

Galuh mengangguk, meski hatinya terasa berat. Dia tahu bahwa semakin lama, jarak antara dirinya dan Widuri semakin jauh.

 

Ketika hari perlombaan tiba, Widuri merasa gugup tapi juga bersemangat. Dia membawa lukisan yang berjudul "Jalan Baru," sebuah karya yang menggambarkan perjalanan seorang gadis yang meninggalkan masa lalunya dan melangkah ke depan.

Damar menemani Widuri sepanjang hari, memberikan dukungan moral yang dia butuhkan.

"Kamu bakal baik-baik aja. Percaya sama dirimu sendiri," katanya sambil tersenyum.

Ketika hasil lomba diumumkan, nama Widuri disebut sebagai juara kedua. Meski bukan juara pertama, Widuri merasa sangat puas dengan pencapaiannya.

Di tengah keramaian, dia melihat Galuh berdiri di kejauhan, tersenyum kecil. Namun, Widuri memilih untuk tidak mendekatinya.

Dia tahu bahwa perjalanan hidupnya baru saja dimulai, dan dia siap menghadapi semua tantangan dengan hati yang lebih kuat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!