Pernikahan yang awal bahagia harus goyah saat sang mantan istri dari suami Delia Ismawati kembali dari Hongkong. Mampukah Delia mempertahankan rumah tangganya dengan Husni sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khaula Azur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 27
"Harusnya aku lebih mempercayaimu, Del! Aku memang bodoh." Husni merutuki kebodohannya sendiri.
Husni menambah kecepatan laju mobilnya ingin segera sampai di rumah, dan bertemu sang istri.
Sampailah tiba Husni di rumahnya, ia langsung turun keluar dari mobil menginjakkan sepatu kakinya ke tanah. Husni masuk begitu saja ke dalam rumahnya memanggil -manggil nama Delia, istrinya.
"Delia... Sayang, kamu di mana?." Teriak Husni panggil Delia.
Husni melangkah kakinya kearah menuju dapur, ia begitu terkejut melihat Bu Marni ada di rumahnya. Yang baru saja selesai mencuci piring.
"Bu Marni, ibu di sini?." Husni tanyanya heran, bukankan ia memperkerjakan art nya dari pagi hingga sore saja, lantas sedang apa dia di sini. Dalam pikiran Husni.
"Iya, tuan. Tadi nyonya Delia menelpon, meminta aku datang kesini menjaga non Mia yang sedang tidur, katanya dia mau pergi ada urusan." Bu Marni menjelaskan pada majikan.
Deg..
Seketika ia teringat ancaman istrinya jika ia pergi menemui Dita, Delia akan meninggalkan rumahnya. Dada Husni berdebar kencang, berbagai kemungkinan berkecamuk dalam hati dan pikirannya. Husni meninggalkan Bu Marni tanpa permisi dan basa basi, ia berlari menuju kamarnya dan langsung masuk kamarnya. Husni membuka pintu lemari.
Deg..
seperti apa yang ada di pikirannya sang istri sudah meninggalkan rumah mereka. Baju-baju dan beberapa miliknya sudah tidak ada di dalam lemari. Husni menutup kembali pintu lemari itu, ia mengusak rambutnya frustasi.
"Jadi kamu beneran pergi, Del?." Husni sangat sedih, tak terasa air mata menetes di pipinya.
"Mama..." Suara teriakan Mia terdengar di telinga Husni memanggil sang Mama.
Husni berlari ke kamar anak bungsunya, Husni masuk kamar Mia, ternyata sudah ada Bu Marni yang mencoba menenangkan anak majikannya.
"Tenang ya, Non! Ada ayahnya non dan ibu Marni di sini. Cup.. cup." Bu Marni duduk di dekat Mia dan memeluk Mia.
"Mama mana, Bu?." Mia tanyanya dengan Isak tangis, derai air mata yang mengucur deras.
"Mia, sayang. Ini ayah, Nak!." Husni dengan lembut.
"Ayah... Mama mana? Hiks.. tadi Mia mimpi buruk, Mia mimpi Mama bilang pamit sama Mia, Mama gak pergi, kan. Yah?" Tanya Mia menatap sang ayah.
Husni menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap wajah sang buah hatinya, bahkan ia tak mampu menjawab pertanyaan dari Mia. Hatinya pilu anaknya mencari ibu sambungnya.
"Ayah.. kenapa diam saja, mama mana?." Tanya Mia sekali lagi.
"Mia, sayang. Mama lagi ada urusan di luar, Mia sabar dulu, ya!." Husni bujuknya.
"Gak, Mia mau Mama, hiks.." Mia rengeknya.
Husni bingung anaknya merengek mencari Mamanya.
"Mia, tenang dulu ya. Ayah akan telpon Mama Delia dulu." Husni.
Husni mengambil handphone nya di saku belakang celana panjangnya, ia mengotak-atik handphone miliknya menghubungi Delia. Namun beberapa kali tak di angkat.
"Handphone Mama gak aktif sayang." Husni putus asa.
Husni benar-benar kewalahan menghadapi sikap tantrum anaknya, mencari Mama Delianya.
Husni terpaksa menemani Mia tidur, ia berbaring menghadap Mia, sambil menepuk-nepuk bahu sang putri yang baru saja tidur.
Setelah memastikan Mia pulas Husni turun dari ranjang, menginjakkan kakinya di lantai kamar Mia.
Husni berjalan gontai mengantuk tapi tak dapat memejamkan mata dengan pikirannya yang terus pada Delia. Husni menghela nafas beratnya.
"Kamu dimana sayang." Husni setelah sampai di kamarnya duduk di tepi ranjang. Ia mengambil foto yang terpajang di nakasnya, foto dan Mia yang nampak bahagia dengan senyuman indah mereka.
"Apa kamu benar-benar marah, sampai meninggalkan rumah." Gumam Husni pada diri sendiri. Husni meletakan kembali foto itu di atas nakasnya, membaringkan tubuh lelahnya, baginya hari ini adalah hari yang panjang menguras emosi. Husni berbaring terlentang kedua kakinya saling bertaut, tangan kirinya di jadikan bantal kepala dan tangan kanannya meletakannya di atas keningnya. Husni berusaha memejamkan matanya yang kini sudah mulai terlelap karena lelah.
Setelah mengantar Mia ke sekolah taman kanak-kanak, Husni berniat mengambil cuti untuk mencari Delia. Sejak pagi Mia terus saja memanggil mama Delianya. Mia jadi rewel membuat Husni pun kewalahan.
Terpaksa ia membuat janji akan mencari Mama sambungnya. Barulah setelah itu Mia mau menurut padanya.
Husni sudah sampai di depan butik milik Delia. Ia pun masuk ke dalam butik itu.
Elisa terkejut melihat Husni yang sudah lama tak mampir ke butik mereka.
"Mas Husni, ada apa kamu datang kesini? Sudah lama loh kamu gak kesini sekedar antar atau jemput Delia." Elisa saat ia menemani pembeli.
"Iya, belakangan ini aku sibuk. O, ya. Bisa kita bicara sebentar ad yang ingin aku bicarakan sama kamu." Husni meminta waktu.
Kening Elisa berkerut, ada apa gerangan suami sahabatnya ingin bicara dengannya.
Saat ini kini Elisa dan Husni sudah ada di depan butik berdiri berhadapan.
"Ada apa Mas Husni? tumben kamu mau bicara sama aku." Elisa.
"Kamu tahu gak Delia ada dimana?" Tanya Husni to the poin.
"Loh, kok mas Husni tanya sama aku? Kan, Mas Husni yang tinggal satu rumah?." Tanya balik Elisa heran.
"Semalam Delia pergi dari rumah, tolong, El. Kalau kamu tahu keberadaan istriku kasih tahu sama aku." Husni.
"Delia gak mungkin pergi dari rumah kalian, jika tidak ada sesuatu yang sangat menyakiti hatinya. Mas Husni pasti sudah menyakiti Delia, kan? Atau jangan-jangan mas ketahuan selingkuh sama mba bibit pelakor si Rindu itu, iya'kan?." Tanya Elisa bertubi-tubi.
"Gak, El. Aku gak selingkuh, ya. Aku akui, aku sudah sangat melukai hati istriku. Semalam kami bertengkar." Husni terangnya.
"Gak, Mas. Kalau aku tahu aku gak mau memberi tahu sama kamu, Mas! Aku juga sakit hati sama kamu, Mas! Bisa-bisanya kamu tidak senang mendengar Delia hamil. Di mana hati kamu, mas? Kamu gak tahu'kan gimana sedihnya Delia, karena kamu gak mau menerima anakmu sendiri." Elisa menjelaskan panjang lebar.
Husni akhirnya menyerah ternyata percuma saja berbicara dengan Elisa, yang tak mau membantunya menemukan Delia. Husni pun pergi dari butik.
Setelah kepergian Husni, mobil mewah milik Rahman berhenti di depan butik, Elisa menghampiri Rahman yang turun menginjak kaki di aspal.
"Wah.. ada angin apa ini tiba-tiba pak direktur mampir ke sini?." Elisa pada Rahman menyambut dengan gurauan.
"Iss.. emang tidak boleh aku mampir kesini, El?." Tanya Rahman memutar matanya malas.
"Boleh dong, suatu kehormatan bagi kami, pak direktur mau berkunjung kesini." Elisa dengan senyum manisnya.
"Kamu kaya sama siapa aja sih, El. Udahlah gak usah panggil aku pak direktur, panggil kaya biasa aja." Rahman protesnya.
"Ok, siap, kak!." Elisa dengan senyum dan tangan memberi hormat.