Pernikahan yang awal bahagia harus goyah saat sang mantan istri dari suami Delia Ismawati kembali dari Hongkong. Mampukah Delia mempertahankan rumah tangganya dengan Husni sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khaula Azur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 35
"Del.. aku masuk bantuin Umi dulu ya!." Elisa yang mengerti Rahman ingin bicara berdua, Delia jadi tak enak hati dengan sahabatnya. Namun ia pun harus bicara dengannya perihal perasaan Elisa yang masih memendam perasaan pada kakak senior mereka.
Elisa meninggalkan Delia dan Rahman untuk berbicara berdua, sambil melangkah menuju dapur, sekilas Elisa menengok ke belakang kearah mereka yang terlihat canggung.
"Kak Rahman mau bicara apa ya? Apa dia meminta Delia meninggalkan mas Husni? Dan memintanya menerima cintanya?." Tanya Elisa dalam hati. Raut wajahnya sendu.
"Del.. gimana kalau kita ngobrolnya di halaman aja?." Rahman memecahkan kecanggungan di antara mereka.
Delia pun mengiyakan, Rahman berjalan mendahuluinya di susul Delia di belakangnya.
Kini mereka sudah berdiri di halaman rumah orang tua Delia, Rahman duduk di kursi panjang menyenderkan punggungnya ke punggung kursi bercat biru.
"Gimana hubungan kamu dengan suami kamu, Del?." Rahman mulai membuka mulutnya memecahkan keheningan sesaat.
"Sebenarnya apa maksud kak Rahman, tanya seperti itu?." Delia.
Sementara itu di dalam rumah orang tua Delia, diam-diam mengintip mereka dari jendela kaca, Elisa yang sedang membantu Umi Rosni memasak. Elisa mendapat bagian memotong mengiris-iris bawang merah.
Tes..
Tes..
Tetesan air mata Elisa menetes dari pelupuk matanya. Punggung tangannya mengusap cairan bening itu yang sudah membasahi pipinya yang mulus. Hatinya sesak pria yang di cintainya sedang berbicara berdua dengan wanita lain, terlebih wanita itu adalah sahabatnya sendiri. Wanita yang di cintai oleh crush nya.
"Loh.. Nak Elisa nangis, kenapa, toh?." Tanya Umi Rosni panik, ketika mendengar Isak tangis Elisa.
"Gak papa Umi! ini gara-gara lagi ngiris bawang merah, jadi bawaannya nangis!." Elisa berkilah.. Umi Rosni melihat dari jauh Rahman dan Delia sedang berbicara berdua, pantaslah Elisa sedih dan cemburu. Ia sedih melihat Elisa cintanya bertepuk sebelah tangan.
"Aku tahu hubungan kamu dengan Husni tidak baik-baik saja, bahkan kamu sampai meninggalkan rumah. Del.. kalau kamu butuh bantuan, aku siap membantu kamu. Bahkan jika kamu perlu pengacara, kamu bisa menggunakan pengacara keluargaku." Rahman tawarnya.
"Terima kasih.. Kak! Tapi aku gak perlu bantuan Kakak, aku bisa mengurus diriku sendiri, Kak.. please jangan ikut campur dalam rumah tanggaku." Delia tolaknya.
"Tapi aku ingin melihatmu bahagia, kalau kamu tidak bahagia bersama Husni, lebih baik kamu melepaskan dia, Del!." Rahman bujuknya.
"Kak.. Stop! Ini bukan ranah kak Rahman untuk ikut campur dalam rumah tanggaku, bahagia atau tidak, kakak gak ada hak ikut campur." Delia mulai emosi.
"Tapi.. Del.." Rahman ucapnya menggantung.
Delia menyela ucapan Rahman,
"Kak.. kalau kakak masih keukeuh ikut campur urusan rumah tanggaku, aku gak akan pernah berbicara dengan kak Rahman lagi." Delia ancamannya.
Rahman pun tak mengatakan apa pun lagi.
Hari semakin sore, Elisa dan Rahman pamitan pada keluarga Delia, Abah Herman sudah pulang dari lapak kiosnya yang tak jauh dari rumahnya. Sudah sepuluh tahun Abah Herman menjadi seorang bakul sayur, para tetangga dan para tetangga desa sebelah, menjual sayur mereka kepada Abah Herman. Dari sayur tetangga dan tangga desa sebelah itulah yang akan di bawa ke pasar di jual kembali.
"Maaf ya, El..! gak bisa temenin kalian tadi, Lain kali kasih kabar, El..! Kalau mau main kesini. Abah' kan. Bisa luangkan waktu buat temenin kalian." Abah Herman tak enak hati.
"Gak papa, Bah! Ya.. lain kali aku kabarin deh!." Elisa sambil menyalami tangan Abah Herman. Ia emang cukup dekat dengan keluarga Delia.
Giliran Elisa menyalimi Umi Rosni lalu memeluknya. Umi Rosni pun balas memeluknya.
"Hati-hati ya, kalian!." Umi Rosni. Sementara Rahman menyalimi Abah Herman lalu memeluknya dan di balas Abah Herman memeluk dan mengelus punggungnya.
"Jangan ngebut, ya!." Abah Herman mengingatkan. Dan di anggukan Rahman. Kedua orang tua Delia lebih dulu masuk rumah, setelah Rahman dan Elisa pamitan.
Tinggal Delia yang masih ngobrol dengan mereka. Suara klakson mobil menarik perhatian mereka, mobil berwarna hitam masuk ke dalam pagar rumah keluarga Delia. Delia sangat mengenal mobil itu, ya.. mobil itu adalah mobil milik suaminya, Husni.
Seketika ketegangan pun terjadi di antara mereka. Terlebih ketika Husni turun dan menginjakkan kakinya keluar mendekati mereka. Suasana menjadi mencekam.
Sorot mata Husni tajam menatap Rahman.
"Mas Husni, jangan salah paham, ya.. aku yang ajak Kak Rahman, kok! Bukan Delia." Elisa yang takut Husni marah dengan Delia. Dan salah paham lagi.
"Gak usah, jelasin apa-apa El..! Sekarang udah gak penting." Delia..
"Aku percaya kok sama istri aku, gak perlu jelasin apa-apa." Husni jawabnya, sungguh di luar ekspektasi mereka, Elisa kira Husni akan marah melihat Rahman di rumah keluarga Delia. Elisa menghela nafasnya lega. Sekali lagi Elisa pun pamitan pada Delia dan Husni.
"Del, kok kamu gak Salim sama aku, aku baru pulang, loh!." Husni.
Delia memutar matanya malas. Ia pun menyalimi suaminya, walau tanpa mencium tangannya. Delia melengos masuk ke dalam rumah. Melihat sikap dingin istrinya, Husni pun sudah pasrah.
Delia dan Umi Rosni sedang di dapur. Delia sedang membuatkan kopi untuk suaminya, ia memang masih marah, tapi ia masih mau membuatkan kopi untuk suaminya. Sementara Umi Rosni sedang mencuci bekas piringnya.
"Del, tadi kamu bicara apa aja sama Rahman?." Tanya Umi Rosni.
"Gak penting kok, Umi?." Jawab Delia.
"Kamu harus bisa menjauh dari Rahman, tadi Umi lihat Elisa menangis, ibu kasian sama dia, tolong ya, nak! Rahman milik Elisa, kamu juga sudah punya suami, sebaiknya kamu beri Husni kesempatan kedua, dengan begitu Rahman gak akan dekati kamu lagi." Umi Rosni bujuknya. Delia hanya mengangguk.
Keluarga Delia kini sedang berkumpul di ruang tamu, duduk di sofa. Kopi dan teh sudah di atas meja. Delia duduk di dekat kedua orang tuanya, sementara Husni duduk sendiri.
"Husni.. Abah dan Umi sudah regukan, kami akan memberimu waktu tiga bulan, memberimu kesempatan.. kembali dengan Delia. Jika sekali saja kamu membuat kesalahan. maaf, Abah akan membawa Delia pergi." Abah Herman serius.
"Kamu gimana, Del?." Tanya Husni menatap kearah istrinya yang diam saja.
"Jangan cemas, Nak Husni! Delia sudah setuju. Bahkan dia sudah mengemas baju-bajunya dan baju Mia, sudah di masukan ke dalam ransel, tinggal kamu aja yang belum." Umi Rosni yang menjawab.
"Ya, Umi!." Husni. Ia menatap Delia yang diam saja.
Malam semakin petang, Husni akan membawa istri dan anaknya pulang ke rumah mereka. Kini Husni pun pamitan pada kedua orang tua Delia.
"Hati-hati, ya!."
kmu ntti x dapat penggan ti..
yg lebih baik segalax ...