Naura ayu harus menelan pil pahit ketika calon suaminya arfan harlan berselingkuh dengan seorang wanita bernama elviana stefany, padahal beberapa hari lagi mereka akan menikah.
Naura pun mencari tahu siapa wanita yang menjadi selingkuhan calon suaminya itu, dan ternyata ia adalah wanita bersuami akhirnya mau tak mau naura mengadu pada suami elvi yang ternyata adalah jendral arsyad. pria dimasa lalunya.
Siapa jendral arsyad itu ? apa hubungan mereka berdua dimasa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gala anakku juga!
Naura dan jendral menoleh ke arah sumber suara. Terlihat wanita paruh baya itu terkejut, lalu sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi senang.
Dia mendekati pasangan muda itu dengan begitu angkuhnya. Menatap naura dan jendral bergantian, lalu tersenyum semringah.
Sedangkan jendral dn naura terkejut melihatnya muncul disaat yang tak terduga. Jendral melepaskan genggaman tangan naura, hingga wanita itu tak sadar dan terus melebarkan matanya yang terkejut sekaligus takut.
"Ma-mah" gumam jendral terbata.
" Jawab mamah jendral, anak kamu itu laki-laki kan. Mana anak itu? mamah mau ketemu dia. Apa dia mirip dengan mu atau tidak?" tanya bu siska dengan begitu antusias.
Namun jendral maupun naura diam saja tak menjawab pertanyaan wanita paruh baya dengan dandanan menor dan bergaya glamor itu.
"Kenapa kamu diam jendral? Jawab pertanyaan mamah" desak bu siska menatap lekat sang anak yang hanya diam.
Melihat mantan mertuanya berada dihadapannya, naura segera pergi dari tempat itu. Dia tak tahan mengingat masa lalu nya yang begitu gelap setelah mengenal jendral.
Sementara jendral membiarkan wanita itu pergi tanpa mencegahnya lagi. Ia melengos pergi mengabaikan ibunya yang terus-menerus bertanya tentang cucunya.
" Kamu ini kenapa sih jendral? Cepat jawab mamah bukan diam saja " desak bu siska, setelah mereka sudah berada di rumah mewah dan megah milik jendral.
" Aku belum yakin mah, aku harus lakukan tes DNA ulang" sahut jendral akhirnya dengan bersuara.
" Jadi begitu, tapi seperti apa anak itu jen? Jangan membuat mamah nanti mati karena penasaran!" ujar wanita paruh baya itu dengan memalingkan wajahnya ke arah lain.
Jendral merogoh ponselnya yang berada disaku dalam jasnya. Membuka galeri, lalu menunjukan foto anak laki-laki pada sang ibu.
Bu siska meraih hp nya dan melihat foto anak tersebut dengan mata yang melebar. Senyum terukir dibibir wanita paruh baya itu.
" Ini baru anak kamu jendral. Lihatlah matanya, hidungnya bahkan bibirnya benar-benar mirip sama kamu. Nanti ajak dia kerumah jendral" ujar bu siska dengan begitu menggebu-gebu seolah mendapatkan barang yang diinginkannya dengan mudah.
" Mah! Aku harus punya bukti dulu. Aku harus lakukan tes DNA " ucap jendral menjelaskan keinginannya.
" Alah! Untuk apa melakukan tes sialan itu? Lihatlah tanpa melakukannya saja kamu sama anak ini sudah seperti ayah dan anak. Ingat bagaimana hasil tes DNA waktu itu pasti tertukar sama jena. Anak perempuan itu gak ada mirip-miripnya sama kamu" imbuh bu siska cemberut.
" Sudahlah, nanti mamah jemput cucu mamah yang tampan ini dan bawa dia tinggal dirumah bersama mamah" ujar wanita paruh baya lagi dengan tanpa rasa tahu malu.
Jendral melihat mamah nya dengan mengerutkan dahinya. Sungguh kesal hatinya mendengar perkataan ibunya itu.
...*****************...
Naura menghela nafas lega, setelah ia sudah berada dirumah panti. Dengan nafas yang masih ngos-ngosan ia berjalan masuk kedalam. Terlihat bunda astrid tengah menimang bayi yang berusia 15 bulan.
Wanita itu mengambil minum yang ada dimeja. Meneguknya sampai tandas. Ia melihat bayi yang digendong itu tampak asing baginya.
" Anak baru ya bun? Perasaan baru lihat" tanya naura sembari menaruh gelas kosong ke atas meja.
" Iya nak! Ada yang nemu dijalan gak tahu siapa, masih dicari siapa orang tuanya sama polisi" jawab bunda astrid sembari memegang botol susu kecil bayi itu.
" Kamu gak kerja ?" tanya wanita paruh baya itu menoleh pada naura yang duduk bersandar didinding.
" Cuti bun, besok baru kerja lagi" sahut naura yang diangguki bunda.
" Nak ! Kamu masih berhubungan sama arfan?" tanya bunda dengan mata menyipit.
"Gak lah bun! Buat apa aku berhubungan dengan pria brengsek kaya dia" bantah naura mendengar nama lelaki yang sudah melukainya.
" Iya! Tadi ibu nya nelpon bunda, sepertinya dia masih berharap kamu jadi menantunya. Dia curhat ke bunda wanita bernama elviana itu, dia tak menyukainya malah berharap anaknya bisa balikan sama kamu" imbuh bunda astrid.
" Aku gak mau bun! Tolong jangan paksa aku lagi" tolak naura yang beranjak dari tempat duduknya. Tak ingin melanjutkan obrolannya tentang arfan.
...****************...
Jendral sudah berada dikantor, dengan hidung yang kembang kempis ia menatap tajam anak buahnya. Han yang hanya menundukkan kepalanya enggan menatap mata elang tersebut.
Jika sudah begini sudah pasti ia yang disalahkan, meski ia sempat memberikan solusi.
" Tuntut rumah sakit sialan itu beraninya mereka melakukan kesalahan" perintahnya pada han yang mulai mengelap tangannya yang dingin.
" Aku tak peduli mau rumah sakit itu bangkrut atau tidak. Tuntut mereka apalagi laboran yang menukar tes DNA itu" tambahnya lagi.
" Tapi_" seolah tak ingin mendengar jendral memotong perkataan anak buahnya.
" Hannan, berani kau menjawab! Tak ada tapi-tapi, mereka harus tahu berhadapan dengan siapa. Penjarakan saja laboran itu! " titahnya lagi dengan suara yang kian meninggi.
" Aku hampir dekat dengan gala, tapi tes sialan itu malah membuat kami jadi jauh lagi" gerutu jendral, lalu beranjak dari kursi kebesarannya.
" Bukannya bos belum menaklukan hati bocah itu kan bos ?" ralat hannan menoleh pada bosnya yang berjalan dan berdiri didepan jendela kaca.
" Siapa yang bilang? Ikatan kami sangat kuat jadi kami sangat dekat" ujar jendral membantah.
Hannan hanya menelan salivanya berat dan kembali menundukkan kepalanya. Mau bicara apapun dia akan kalah.
" Ngapain kamu masih disini?" tanya jendral dengan wajah galaknya.
" Memangnya sekarang bos ?" tanya han ia berfikir bosnya masih ada yang ingin dibicarakan.
" Ya iyalah sekarang masa tahun baru " ujar jendral dengan mata mendelik.
" I-iya bos, kalo gitu saya pamit" ujar han yang langsung beranjak meninggalkan jendral sendirian.
Jendral menatap keluar jendela. Terlihat pemandangan kota yang dipenuhi gedung-gedung pancakar langit itu.
Tangannya terkepal kuat sedangkan yang sebelahnya ia masukkan ke dalam saku celana. Masih jelas bagaimana naura mencoba berbohong padanya.
"Lihat saja naura aku tak akan berhenti mengejarmu" ucapnya dengan dada yang naik turun bersamaan dengan helaan nafasnya yang berat.
...****************...
Naura menjemput gala lebih cepat agar tak bertemu dengan jendral. Wanita itu tak peduli dengan yang lainnya yang penting adalah gala.
Namun wajah mantan ibu mertuanya ternyata melihat ke arahnya yang memegang tangan anak lelaki itu. Segera ia menyembunyikan gala dibelakang tubuhnya.
" Jadi benar dia cucuku?" tanya bu siska menatap naura dengan bingah.
" Bukan !" tegas naura yang langsung melengos pergi menarik tangan gala yang tak mengerti apa-apa.
" Sialan! Anak panti itu berani meremehkan aku. Lihat saja nanti anak itu akan menjadi milikku" ujar wanita paruh baya itu memicingkan matanya pada naura yang sudah berjalan menjauh dari sekolah.
Setelah sampai rumah naura segera mengambil tas besarnya, lalu memasukkan pakaian milik gala ke dalam tas itu. Dia belum siap kehilangan gala.
Dia tak punya waktu, ia harus mengajak gala ikut bersama nya dan mungkin pindah sekolah. Mengingat ibunya jendral ada disekolah gala artinya wanita paruh baya itu sudah tahu tentang gala.
" Mah! Kenapa baju gala dimasukkan kedalam tas " tanya gala melihat pakaiannya di masukkan dengan cepat.
" Kamu ikut mamah ya! Kita pindah" tentu saja gala terkejut mendengarnya.
Dulu ketika ia ingin ikut bersama mamanya, wanita muda itu melarang dan memaksanya tinggal dipanti. Tapi sekarang, ada apa ? Itu yang ada didalam fikiran anak lelaki itu.
Setelah semuanya beres ia bergegas keluar melihat ke sana kemari mencari sosok untuk segera berpamitan.
" Bunda! Aku mau bawa gala tinggal bersama ku mulai sekarang" ucap naura, setelah bertemu dengan ibunya.
Bunda astrid mengerutkan keningnya terkejut begitu juga yang lainnya. Dan bersamaan itu jena dan arhan baru pulang.
"Aku cerita lain kali bun, sekarang aku bawa gala bersamaku. Aku tak punya waktu lagi" ucap naura yang langsung bersalim pada wanita paruh baya itu yang masih mematung.
Sedangkan para anak kecil itu, yang masih memakai seragamnya melihat mamah nya itu dengan bingung terlebih gala.
Naura bergegas keluar dari rumah menarik tangan anak laki-lakinya yang manut saja apa yang dilakukan oleh ibunya.
Namun saat sudah berada di teras rumah naura membelalakkan matanya. Terlihat jendral ada dihadapannya.
" Mau kemana kamu?" tanya jendral melihat naura memegang tangan gala sambil membawa tas besar.
" Bukan urusan kamu!" jawab naura tak menghiraukan keberadaan jendral dan tetap pada pendiriannya. Membawa gala bersamanya.
Namun jendral tak tinggal diam. Dia tak ingin berpisah dengan anaknya meski ia baru mengenalnya. Belum terlambat baginya untuk bisa dekat dengan sang anak.
Jendral menarik tangan naura membuat wanita itu berhenti melangkah.
" Dia juga anakku! Gala anakku juga! Kamu gak bisa memisahkan aku dengan gala, naura" ujar jendral dengan suara meninggi hingga rahang laki itu mengetat.
Semua orang terkejut tak terkecuali jena dan gala. Dua anak itu saling tatap tak menyangka.
" Tes DNA itu pasti salah gala lah anakku buka jena"
jgn lupa mampir ceritaku yaa
semangat up thor...