Brielle dibuang keluarganya saat masih bayi dan ditemukan kembali setelah bertahun-tahun, namun diperlakukan sangat buruk. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah rahasia besar dibalik alasan dia dibuang sejak bayi. Dia bahkan dibenci oleh orang tua dan saudara-saudaranya. Mereka lebih menyayangi anak angkat yang licik dan manipulatif.
Untuk meluapkan kebencian mereka, saudara laki-lakinya sengaja menyertakan Brielle dalam sebuah program televisi untuk menyingkirkannya. Dalam variety show yang disiarkan secara langsung, para tamu kehilangan kontak dengan tim program. Perla yang terkenal sebagai selebriti yang baik hati dan lemah lembut mencoba untuk mengisolasi Brielle Camelia.
Saat menghadapi pengganggu, Brielle menyerang semua orang tanpa pandang bulu. Ia melepaskan diri di dalam hutan, mengaum bak singa, mengguncang akar pohon yang merambat, merangkak, mencuri pisang dari monyet, memukuli setiap hewan yang ditemuinya. Namun dia tidak tahu bahwa hutan itu penuh dengan kamera tersembunyi. Segala sesuatu yang terjadi di hutan direkam oleh kamera dan disiarkan secara langsung.
Brielle membalas semua perlakuan buruk keluarganya dan bahkan menghancurkan mereka dengan cara yang luar biasa. Seorang pria tampan dan kaya, ternyata selalu mendukungnya di balik layar. Bagaimanakah kisah akhir Brielle? Rahasia apa yang ditemukannya? Akankah dia memiliki akhir yang indah dan menemukan cinta sejati setelah dendamnya terbalaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33.
Perla menggeratkan rahangnya dan berusaha berdiri. Lalu dia bebralik dan pergi dengan marah. Jackson, Austin dan Quinsha ikut berdiri dan bersiap meninggalkan tempat itu. Terlalu menyakitkan melihat orang lain makan dengan lahap sedangkan mereka tidak bisa makan. Mereka tidak tahan lagi berlama-lama disana.
Ketiga orang itu merasa pusing karena kelaparan dan mereka tidak menyadari kalau Jordan masih berbaring ditanah. Brielle menemukan Jordan berbaring namun tak terlalu mempedulikan dan melanjutkan makan.
“Jordan tidak mati kan? Kenapa tim acara bermain-main sampai separah ini? Jordan dalam keadaan terluka parah, kenapa tidak ada yang mengirimkan tim penyelamat untuk membawanya keluar dari sana?”
“Meskipun Jordan bodoh dan tak punya hati nurani, dia tak seharusnya dibiarkan mati disana.”
“Jordan terluka parah dan dia dihajar habis-habisn oleh gerombolan monyet. Mungkin dia terinfeksi virus! Tim acara cepat selamatkan dia Jangan sampai Jordan mati dihutan seperti itu.”
“Perla terlalu kejam. Jordan terluka parah gara-gara dia tapi dia malah tak peduli.”
“Jordan pantas mati! Otaknya hanya dipakai untuk dibodohi Perla. Dia melindungi dan memanjakan binatang! Sekarang dia rasakan akibatnya kan? Mampus kau, Jordan!”
Pada saat ini pimpinan acara terdiam didepan kamera. Deputi direktur bertanya dengan cemas, “Direktur Norman, sepertinya Jordan dalam keadaan sakit. Kenapa kau tidak mengirimkan seseorang untuk membawanya keluar dari sana? Jika ada yang mati, semuanya tidak akan berjalan baik……”
Direktur Norman pun terdiam, “Dia tidak selemah itu kan? Semua monyet itu sudah diperiksa sebelumnya. Mereka tidak terinfeksi virus atau bakteri apapun. Makanya kami memutuskan untuk membiarkan monyet itu turun dari gunung. Jordan tidak akan mati karena tercakar monyet.”
“Tapi luka-lukanya harus diobati dengan baik. Lukanya bisa terinfeksi dan mengakibatkan peradangan yang berbahaya. Tubuhnya lemah dan dia belum makan selama beberapa hari. Dia tidak akan bertahan lama, kondisinya akan semakin memburuk.”
Direktur Norman terdiam cukup lama dan akhirnya memutuskan. “Beritahukan pada orang-orang kita yang bersembunyi dihutan itu untuk mendekati Jordan. Mereka harus menunggu sampai Brielle pergi. Setelah itu suruh mereka membawa Jordan secara diam-diam seolah dia diculik, syuting tetap akan berlangsung.”
Deputi direktur pun mengangguk setuju, “Baiklah. Aku akan mengatur orang-orang itu agar segera bertindak. Mereka harus menyelamatkan Jordan terlebih dahulu! Jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, kita akan disalahkan dan dituntut!”
Sementara itu di kediaman keluarga Galasti. Sarah, Bramasta, Robin dan Devan sedang menonton siaran langsung. Ketika mereka melihat kondisi Jordan, mereka menjadi khawator. Sarah menangis tersedu-sedu, “Ini keterluan! Tim pelenggara acara itu keterlaluan. Jordan terluka parah seperti itu.”
“Kenapa mereka mengirimkan orang untuk menyelamatkan Jordan? Apa mereka ingin melihat Jordan mati mengenaskan? Jika sesuatu terjadi pada Jordan, aku akan menguburkan hidup-hidup semua tim penyelenggara acara itu!” ujar Sarah menangis sedih.
“Perla juga keterlaluan kali ini. Dia menarik Jordan agar berdiri didepannya sebagai perisai pelindung dan bahkan merobek kemejanya. Kalau bukan karena tindakan Perla, pasti kondisi Jordan tidak seburuk itu.”
Ekspresi wajah Robin penuh kebencian, “Yang harus disalahkan disini adalah Brielle. Dia yang mengganggu monyet-monyet itu. Gerombolan monyet itu tidak bisa mengalahkan Brielle makanya mereka membalas dendam pada Jordan dan yang lainnya. Meskipun Jordan sudah terluka parah tapi Brielle tidak peduli sama sekali.”
“Dia bahkan tidak memberi apapun pada Jordan. Ketika dia melihat Jordan terbaring dirumput dan acuh tak acuh. Tak punya hati nurani dan kejam! Perla panik dan ketakutan makanya dia menarik Jordan untuk melindunginya dari serangan gerombolan monyet itu.” ujar Robin lagi.
Devan menatap Robin dan berkata, “Ketika Perla bertemu dengan gerombolan monyet, dia terlihat ketakutan. Tapi ketika Perla melihat Jordan terluka parah, dia tidak mengatakan apapun dan tak peduli. Ketika dia keluar dari hutan dan melihat Jordan berjalan lemah, dia tidak membantunya. Quinsha yang membantu Jordan berjalan.”
“Lihat bagaimana Perla pergi sendirian dan tidak mempedulikan Jordan. Bagaimana dia akan memberikan penjelasan tentang sikapnya? Apa Perla masih masih menganggap Jordan sebagai saudaranya?” ujar Devan menatap tajam Robin.
Robin pun kehilangan kata-kata dan tak tahu bagaimana membela Perla lagi. Bramasta yang menyaksikan kedua putranya bertengkar pun merasa tak senang. “Berhenti bertengkar! Jangan bicara lagi!”
“Perla banya menderita dan belum makan selama beberapa hari makanya dia kehilangan akal sehatnya. Itulah penyebab dia bersikap seperti itu. Sebagai saudara laki-lakinya, harusnya kalian kasihan padanya dan memahami kesulitannya. Jangan menyalahkan Perla!”
Bramasta menatap ke layar TV dan melihat Brielle dengan perasaan berkecamuk, “Anak kurang ajar ini, saudara laki-lakinya sakit dan tak bisa diselamatkan. Gadis kejam tak punya hati itu tak bisa dibandingkan dengan Perla kita yang berharga!” Bramasta menarik napas dalam-dalam untuk menekan amarahnya.
“Pikirkan cara untuk menghubungi tim penyelenggara acara dan suruh mereka mengirimkan orang untuk menyelamatkan Jordan. Jangan biarkan apapun terjadi pada Jordan.” ucap Bramasta lagi.
Robin mengangguk, “Baiklah ayah. Aku akan pergi dan mencoba memikirkan jalan keluar dari masalah ini. Aku berjanji akan menyelamatkan Jordan.”
Disaat bersamaan, didalam hutan. Brielle telah selesai makan dan membersihkan perapian. Ketika dia selesai, dia melihat Jordan terbaring di atas rumput tak bergerak. Dia termenung dan mulai berpikir, ‘Apa dia mati?’
Setelah beberapa saat dia bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Jordan lalu menendangnya. “Hei, apa kau masih hidup?”
Namun Jordan tidak merespon dan tidak ada pergerakan sedikitpun. Brielle berjongkok, membuka kelopak mata Jordan dan memeriksanya. Pupil matanya masih terlihat normal, dia belum mati.
Brielle memeriksa denyut nadinya dan mendapati denyut nadinya lemah. Kemudian dia memeriksa tubuh Jordan dan mendapati banyak luka ditubuhnya.
Melihat banyaknya luka ditubuh Jordan, Brielle merasa agak sulit untuk membantunya. Lalu dia mengambil peralatan medis dari tas ranselnya. Untungnya dia telah mempersiapkan semuanya dan membawa obat-obatan termasuk anti racun. Peralatan medisnya tidak dihancurkan oleh gerombolan monyet itu.
Namun, dengan kondisi Jordan yang buruk, obat-obatan yang dimiliki Brielle hanya bisa digunakan untuk pertolongan pertama. Luka ditubuhnya memburuk dan mulai infeksi, obat-obatan milik Brielle tidak cukup untuk mengobati luka itu. Brielle mengambil senter dan pisau dan alat memanjat kemudian dia pergi ke hutan.
Setelah beberapa waktu, dia kembali dari hutan dengan membawa beberapa tumbuhan herbal. Dia menggunakan panci untuk menumbuk tumbuhan herbal. Setelah selesai, dia menghampiri Jordan dan melepaskan pakaiannya. Lalu dia mulai membersihkan luka-lukanya lalu mengoleskan ramuan herbal.
Setelah selesai mengoleskan ramuan herbal, dia membiarkan Jordan berbaring diatas rerumputan dan mengacuhkannya. Dia berlari kearah sungai untuk mandi.
Serangan gerombolan monyet itu bukan kesalahan Brielle dan tidak ada hubungannya dengannya. Dia sudah melakukan sebisanya mengusir mereka.
apa su tdk ad klanjutanya🤔🤔🤔