Vernando Permana. banyak orang yang memanggilnya Nando, seorang siswa yang dikenal berekspresi datar. namun banyak siswi-siswi yang mengidolakan nya, tidak ada seorang siswi manapun yang bisa menembus dinding hati beku nya Nando.
Sampai takdir yang mempertemukan dirinya dengan seorang gadis ceria bernama Monisha Listiani yang biasa dipanggil Mona, kisah hidup dan kisah cintanya berawal dari situ.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PHB | 24. Support System Boxing.
Mona terlihat mengenakan celana jeans highwaist kulot, atasan kaos lengan pendek bergambar kupu-kupu. Berdiri di depan cermin kaca kamar nya, memandangi dirinya yang sudah terlihat sempurna.
Malam ini dia akan melihat pertandingan Boxing Nando sesuai janjinya kepada pria itu.
Nantinya Mona akan di temani Novia, Novi sendiri ingin melihat mantan pacar nya itu bertanding. Lain dari itu, pacar nya juga akan tanding setelah pertandingan Nando.
Ya, Arip dan Nando dapat jadwal tanding boxing ber-ketepatan sehabis tanding basket di sekolah tadi pagi. Kedua laki-laki itu tidak sama sekali mengeluh, apa lagi tak kenal kata lelah.
Tok.. Tok..
Pintu rumah diketuk dari bawah, Mona masih dalam keadaan bersolek. Bu Sisil yang buka pintu itu, sekaligus berteriak dari sana.
"MONA ADA NOVI NIH"
Kecupan bibir sempurna menghentikan waktu berdandan Mona, ia pun langsung pergi menuju lantai bawah.
"Yuk, maaf ya ngerepotin Nov, soalnya motor saya lagi di bawa papah ke kantor."
"Udah gak apa-apa, ayo keburu dimulai" Novi langsung menggamit lengan Mona, sekaligus berpamitan kepada Bu Sisil.
Di jalan Mona dan Novia bercengkrama ringan. Keduanya gugup sebenarnya ke area boxing itu.
"Napa kamu Mon, lagi mikirin apa?" Novi memecah keheningan di perjalanan.
"Aku lagi takut isi nya om-om semua saat sudah di dalam arena"
Novia tertawa tipis "Tapi yang kumis tebal itu lebih mempesona loh Mon"
"Idih, HUWEKKK!!" Mona bergidik merinding.
"Gausah lah bahas gituan anjir" Sembur Mona
Novia kali ini tertawa lepas "Lah situ yang mulai"
Mona menabok helm bogo yang dipakai Novia "Yaudah fokus nyetir, jangan ketawa bahaya"
"Mampir ke indomaret dulu gak?" Tawar Novia
"Ngapain anjir"
"Lah kamu mah gak peka cowok nya tanding gak di beliin susu, kalau aku mah mau mampir dulu buat Arif"
Mona terpejam singkat "Aku antar kamu aja, Nando gak suka sama susu"
"Aduh iya aku lupa, yaudah ikut aja dulu" Novi menaikan kecepatan motornya, Mona hampir terjengkang "Astaghfirullah!" Pekik Mona.
Tiba Indomaret Mona digeret oleh Novi, sebagai mantan pacar Nando, Novi tau cemilan kesukaan nya.
Novi menunjuk beragam makanan wafer di rak dekat kulkas "Terserah bebas, Nando suka itu."
Novi juga menunjuk cincau cap panda, minuman yang paling di sukai Nando.
Mona langsung membelanjakan itu semua untuk Nando saat di arena.
"Makasih banyak loh"
Novia tersenyum "Sama-sama loh"
**
Sampainya di kawasan Antapani, Mona dan Novia masuk ke dalam Arena Street Fighting Club Indonesia Camp.
Sorakan bergemuruh dari penonton sudah mulai menggema, seakan pecah saat itu juga, disana Nando tengah diberi instruksi oleh pelatih sebelum bertanding.
Hal serupa juga dengan lawan yang duduk di seberang nya.
Mona tersenyum ketika melihat kembali tubuh roti sobek nya Nando, kedua tangan Nando pun sudah terpakai sarung tinju.
"NANDOOOO" Teriak Novi sambil melambai, tangan kirinya nunjuk wajah Mona yang lagi tenggelam liat tubuh pacarnya.
Yang mendelik adalah pria berusia tiga sampai puluh tahunan.
"Buat ulah aja nih bocah" Mona berkacak pinggang dalam hati, keringat dingin nya pun sudah keluar.
Nando tak mendengar teriakan Novi, karena suasana emang lagi riuh. Apa lagi jaraknya sangat jauh.
Mona dan Novia langsung berjalan di dekat tribun yang sangat dekat dengan ring tinju.
Mereka pun sudah duduk dengan tenang
"Gimana? sudah gak gugup lagi kan kamu Mon kalau semakin dekat gini sama Aa nya?"
Mona berdecak sebal "Pala kau, aku geli banget tadi dilihat banyak om-om"
"Itung-itung pemanis lah ya"
"Semanis sayur pare gitu?"
"Tuh pait dodol" Mona menyenderkan punggung di kursi lipat, koaran heboh mereka langsung di dengar oleh Nando.
Nando menoleh kepala ke belakang, Novi mencolek pinggang Mona, Mona yang reflek geli langsung menatap tajam, tatapan tajam nya berubah menjadi manis saat melihat Nando yang sedang tersenyum padanya.
"SEMONGKO NANDO!!! SEMANGAT!!!" Mona berteriak cempreng. Nando mengangguk kepala.
Support system nya sudah muncul membuat mental Nando semakin meronta.
Begitu kedua pemain sudah masuk ke area ring tinju, sorak sorai penonton semakin menggema, seakan teriakan Mona yang cempreng itu kalah telak.
"Njir lah, om-om kalau teriak mana kaya kebo lagi dengus" Mona menutup kedua telinga.
"GO NANDO GO! GO NANDO GO! AYO KALAHKAN DIA NANDO, BIKIN MONA SEMAKIN JATUH CINTA!" Novia berteriak histeris.
"NANDO SEMANGAT!!" Mona tak mau kalah memberi semangat.
Lonceng belum di bunyikan, keringat Nando sudah membahasi kening dan punggungnya.
Yang dirasakan Nando adalah ketegangan, bukan dibuat oleh musuhnya, tapi di lihat Mona yang terus berteriak memberi nya semangat.
Nando melihat musuh di depan nya dengan tatapan tajam, seolah beraura dingin dan angker.
Setelah lonceng berbunyi, Nando dan lawan nya saling bertukar pukulan.
Setiap pukulan hook lawan yang mengenai pipi Nando mendapat sorakan, Nando yang membalas dengan uppercut hanya mendapat sorakan dari Mona dan Novia.
Bagi Nando itu lebih dari cukup, dari pada tidak ada yang mendukung kan?
Nando menghindar dengan lincah ketika pukulan lawan akan menghantam wajah nya, namun tangan kiri musuh ternyata bergerak menghantam Nando hingga terhuyung jatuh.
"Aduh AA cepat bangun!!" Teriak Mona. Tegang sekali rasanya dia.
Teriakan Mona kalah disaat penonton lain yang mayoritas mendukung sang lawan mulai berdiri "HAJAR K.O BOS!!"
Mona menoleh "Saya yang akan kamu hajar nanti!" Protesnya sebal.
Nando mengeras rahang, rasa sakit yang diterima seakan membuat terpacu, apa lagi Mona terus mendukung dari balik punggung nya yang sangat dekat dengan ring tinju.
"SEMANGAT AA!!!"
Wasit hampir mulai menghitung, Nando bangkit setelah tersenyum singkat tadi.
Pertukaran pukulan dari mereka mulai terasa, blok demi blok juga mulai terasa juga. Nando terus memojokkan lawan sampai wajah nya sudah babak belur.
Teng-Teng-Teng.
Round pertama disudahi, Nando dan lawan pergi ke area pojok untuk beristirahat minum terlebih dahulu.
Mona ingin menawarkan minuman cincau panda tapi ditahan oleh Novi "Jangan kocak, nanti dimarahin pelatih"
Mona nyengir "Gak tau sorry"
Pertandingan round kedua dimulai.
Babak kedua Nando yang terus diberi semangat oleh Mona seakan lebih agresif, pukulan bagus yang didaratkan ke lawan seakan tak terbendung.
Penonton yang semula mendukung lawan kini berubah ke arah Nando.
BUGH!!
Dalam pukulan terakhirnya, Nando mengayun pukulan lebih cepat dan terarah ke dagu lawan.
Nando berhasil menjatuhkan lawan ke bawah.
Wasit menghampiri dan menghitung satu sampai tiga, penonton termasuk Mona dan Novia menahan nafas menunggu hasil.
Satu... Dua... Tiga...
Dalam hitungan sampai ke sepuluh, wasit mengangkat tangan Nando yang keluar sebagai pemenang.
Di belakang nya, Mona dan Novia menjerit hingga mereka berpelukan lebay ke kiri dan ke kanan, mereka sangat menyambut bahagia kemenangan Nando.
"Kan saya bilang apa, Nando itu gak terkalahkan kalau tanding"
Mona melepas pelukan Novia, lalu melihat Nando dengan tersenyum, senyuman itu di balas senyuman juga oleh Nando.
Tak lama setelah Nando keluar ring. Mona menghampiri sambil malu-malu kucing.
"Kenapa neng?"
"Mmmm" Mona terdiam, yang bisa dia lakukan hanyalah mengalungkan kedua tangan nya ke leher nando. Nando pun peka, lalu memeluk erat Mona.
"Makasih sudah tepatin janji, love you neng"
"Iya, love you to Aa" Mona semakin mendalami pelukan dari Nando.