Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Lima tahun lalu...
Silas merasa sangat berantakan serta tidak berguna saat mendapatkan kabar jika Alana telah pergi ke Amerika bersama dengan Ibunya. Padahal Silas sudah mempersiapkan segalanya untuk melamar Alana yang sangat ia cintai. Tapi, semua harapan itu sirna karena Alana sudah pergi jauh darinya.
Sesungguhnya Silas tidak tahu hal apa yang membuat Alana secara tiba-tiba pergi darinya tanpa pamit. Padahal Alana sempat berjanji jika akan menunggu dirinya, memastikan hanya Silas saja yang mendapatkan hatinya nanti.
"Kenapa kau membohongi aku, Alana.. kenapa?" Silas menangis dalam diamnya, menenggak habis minuman alkohol.
Desita yang merupakan Ibu kandung Silas masuk kedalam ruang kerja, ia tahu jika ada Silas yang sangat berantakan didalam sana. Tidak tahu harus bagaimana hanya saja Silas berhasil membuat keluarga Alexander menjadi sangat malu.
"Sebenarnya putri keluarga mana yang berani mempermainkan mu begini, Silas?" Tanya Desita penuh menahan amarah sebenarnya.
Bagaimana Desita tidak marah, Silas tidak pernah sekacau ini sebelumnya. Dunia Silas selalu tersusun rapih dan sangat sesuai dengan keinginannya, lalu apa semua yang telah terjadi ini. Silas tidak menjawab apapun yang Desita tanyakan, hanya termenung menatap jendela.
"Kau telah membuat keluarga besar kita malu, Silas. Kita telah mengundang banyak keluarga inti untuk tunanganmu, tapi apa tadi kau bilang?"
"Jika wanita yang kau cintai itu telah pergi secara tiba-tiba?!" Desita terus murka kepada Silas yang bahkan tidak tahu harus berkata apa lagi.
Desita tidak pernah tahu seperti apa wanita kurang ajar itu, hanya saja ia sudah sangat kesal. "Aku tidak tahu dia pergi kemana, Bu. Aku sangat mencintainya begitu pula dia, tapi kenapa dia pergi dengan cara seperti ini?" Silas melempar gelas ditangannya hingga pecah tidak terbentuk.
Silas memukul dadanya yang sangat sakit, padahal bayangan menjalani kehidupan bahagia bersama dengan Alana sudah sangat Silas harapkan.
"Aku akan melamarmu besok, Alana. Dengan syarat yang telah kau tentukan, aku janji padamu."
"Kau sudah menikah dengan Nadia, Kak. Aku tidak sudi bersama dengan pria yang telah dimiliki wanita lain."
Siapa sangka jika percakapan itu adalah percakapan terakhir kalinya Silas kepada Alana. Wanita itu benar-benar tidak mau memaklumi apa yang Silas ambil tentang mengapa bisa menikah dengan Nadia. Menurut Alana jika Silas sangat mencintai Alana, lalu ada dirinya yang kebetulan menganggu kisah mereka. Menurut Silas mungkin hal itu penyebab utama Alana pergi, tapi mengapa dengan cara kabur seperti ini.
"Dengar, Silas.." Desita memegang pundak Silas, ia ingin membicarakan hal penting kepada putranya kali ini. "Ibu ingin menagih janjimu, wanita yang kau cintai jelas sudah kabur sekarang. Itu berarti kau harus menikah dengan wanita pilihan Ibu, tanpa penolakan." Desita mengingatkan Silas untuk menepati janji.
"Tidak, Bu." Tolak Silas mentah-mentah. "Bella tengah mengandung anak pria lain, dia wanita korban pemerkosaan. Hal apa yang membuat aku harus bertanggungjawab atas perbuatan yang tidak pernah aku lakukan!" Bantah Silas, ia bangkit dari duduknya untuk pergi dari Desita.
Menurut Silas dari pada menghadapi Desita yang sedang ngawur, lebih baik mencari Alana. Setidaknya jika Silas tetap bertahan mencari pasti akan membuahkan hasil, ia yakin itu.
"Kau harus menikahi Bella, Silas! Demi keluarga kita, demi keluarga Alexander!" Teriak Desita hingga langkah Silas terhenti. Tangan Silas saling mengepal erat karna apa yang Desita teriakan, ia ingin marah sebenarnya.
"Aku tidak perduli!"
"Kau harus perduli, Silas! Jika tidak Ibu tidak akan pernah hidup lagi, bagaimana?" Desita mengambil jalan mengancam, ia menatap tajam punggung belakang Silas. Sedikitpun Silas tidak berbalik kearahnya, mengapa keras kepala sekali.
"Ibu tahu, hal apa yang membuatku kehilangan wanita yang sangat aku cintai ini?" Tanya Silas, perlahan ia berbalik badan. Desita terkejut karena tatapan mata Silas sangat menyedihkan, seolah sangat tertekan dengan semuanya. "Karna aku selalu bertanggungjawab atas perbuatan yang tidak pernah aku lakukan!" Teriaknya.
"Aku tidak mau melakukan tindakan ini lagi, Bu. Tidak mau!" Pertegas Silas, ia sangat yakin dengan keputusannya.
Disaat Silas mulai membuka pintu ruang ganti untuk pergi dari segala tekanan sang Ibu, disaat itulah Desita terpikirkan sesuatu.
"Kau harus menikahi Bella, Silas. Hanya dia wanita yang bisa kau nikahi, setidaknya selamatkan Perusahaan kita." Desita tetap mengatakan hal yang sama.
Silas berusaha mengabaikan ingin melanjutkan langkahnya tapi terkejut karena melihat Bella yang berdiri didepan pintu ruangan. Penampilannya sangat kacau sembari memegang pisau, siap menancap perutnya.
"Bella!" Desita langsung berlari ke arah wanita yang kacau itu, sementara Bella sudah berlutut dikaki Silas.
"Aku mohon, Silas.. nikahi aku demi kebaikan nama keluargaku, aku janji.. setelah kau menemukan wanita itu maka aku akan pergi sejauh-jauhnya darimu." Ucap Bella, ia tetap memegang kaki Silas memohon.
"Silas, Bella telah berjanji. Tolong, pikirkan nyawa perusahaan kita, Nak.." Desita menimpali, membuat Silas semakin tertekan dengan semuanya.
Bella semakin erat memeluk kaki Silas, ia yakin pasi Silas masih memiliki sedikit hati nurani. "Aku berjanji akan menjadi istri yang tidak dianggap olehmu, aku tidak akan menuntut banyak."
"Cukup berikan aku tempat tinggal dan perlindungan untukku dan anakku, sudah sangat cukup bagiku. Aku tidak mengharapkan cinta darimu, sama sekali tidak akan pernah. Setelah wanita yang sangat kau cintai ini kembali, aku sangat siap pergi." Bella terus berjanji, ia memohon sepenuhnya kali ini.
Silas melepaskan tubuh Bella yang terus memeluk kakinya, ia menatap wanita itu sangat serius dan tajam. "Ibu, siapkan semuanya!" Silas pergi begitu saja meninggalkan Bella dan Desita, ia tidak tahu apakah keputusannya kali ini benar atau tidak.
Silas yakin pasti segera menemukan Alana, menikahi wanita yang sebenarnya. Setelah membuat Desita yakin jika keluarga Alexander bisa berdiri tanpa bantuan keluarga Bella. Maka Silas akan menikahi Alana, menjadikan Alana satu-satunya wanita yang ia miliki.
END
Silas terus mengecup area leher Alana sementara Alana sangat khawatir jika Bella diluar sana melihat semua adegan yang terjadi. Alana sudah berusaha menghentikan Silas, tapi Silas malah tetap melanjutkan.
"Apa kau tidak mengerti bahasa manusia, ha?!" Tanya Alana disaat Silas membawa dirinya menuju ke pangkuan. "Aku sudah mengatakan jangan maka jangan!"
"Justru kebalikannya bagiku, kalau kau mengatakan jangan lakukan maka otakku akan mengambil keputusan untuk tetap melakukannya. Lebih tepatnya jika kau meminta jika aku harus melakukannya!" Ucap Silas berbisik sembari mengigit kecil telinga Alana.